6 S5OL

14 6 3
                                    

HAPPY READING 💐💐💐
٭
٭
٭


"Buset panas banget gila"

"Ini mataharinya ga bosen apa terik terus, panas banget coy"

Temannya yang bersebelahan itupun melirik sinis cowok yang tak berhenti menggerutu itu.

"Berisik anjing makin panas nih"

Setelah kepergok sang waketos, mereka semua berakhir berjemur di lapangan, sungguh nikmat.

"OII WAKETOS CANTIK UNYU, KAPAN INI HUKUMAN SELESAINYA" teriak salah satu dari mereka.

Zeana memantau mereka dari gedung lantai dua, dengan tangan melipat didepan dada.

"SAMPE BEL JAM PULANG SEKOLAH BUNYI."

Tamat riwayat mereka setelah ini, berjemur hampir seharian, apakah akan membuat kulit mereka semakin gosong.

****

"Kita duduk dimana nih, gak ada meja kosong"ujar satria.

Setelah memesan makanan mereka sibuk mencari bangku kosong di kantin yang entah kenapa hari ini rasanya ramai sekali, Lia yang melihat bangku kosong di pojok kantin pun berseru.

"Noh! Bangku kosong nya cepet nanti keburu ada yang nempatin."

Mereka pun berjalan kearah pojok kantin, tapi sayangnya langkah mereka terhenti ketika para Most Wanted duduk di meja yang akan mereka tempati.

"Si anjir keduluan, gimana dong ege? masa kita harus lesehan dilantai, ga banget deh" cerocos satria dengan gaya anggunly.

"ANJ LAH, GIMANA NIH?" frustasi sekali.

Di pintu kantin, Zeana berjalan dengan sedikit lesu karena perihal sakit hati dan lelah saat menghukum anak-anak bandel di lapangan tadi, cuaca yang sangat panas menambah rasa kesalnya.

"sial, penuh banget lagi ni kantin" protes Zeana yang ntah kesekian kalinya.

Saat dirinya tengah memesan bakso dan menunggu dengan posisi berdiri sambil memainkan ponsel miliknya, seseorang dengan sengaja menabrakan diri dan menumpahkan semangkuk bakso panas pada badannya.

"aww ssshh, panas" ringisan itu mampu diredam oleh suara tangisan pelaku yang menabraknya tadi.

Amarahnya memuncak, bahkan jika dalam sebuah komik mungkin kepalanya sekarang sudah berasap, namun disaat akan bersuara pahlawan kesiangan datang memeluk sang pelaku, oh tidak hatinya kembali sakit.

"Kali ini, hal licik apalagi yang lo lakuin sama Ratu?" geraman itu mampu membuat Zeana mati kutu, dalam situasi seperti ini dirinya malah ingin menangis.

"JAWAB ANJING!"teriakan itu mampu membuat perhatian seisi kantin tertuju pada mereka bertiga.

"Sa, b-bukan gue yang salah"Zeana sudah tidak kuat menahan air mata yang sudah memupuk dimatanya.

PLAKK

Tamparan keras itu berasal dari tangan besar yang mendarat sangat keras di pipi mulus seorang Zeana, ya pelakunya adalah AKSA BRAWIJAYA.

Adel yang baru saja masuk ke kantin, memilih berlari ketika melihat sahabatnya diperlakukan begitu kasar oleh laki-laki yang di kaguminya.

"AKSA, APA YANG LO LAKUIN SIALAN" Adel sudah sangat muak dengan perilaku laki-laki bajingan satu itu.

"Tanya sama sahabat murahan lo itu" setelah mengatakan itu, Aksa berjongkok merapihkan rambut Ratu yang menutupi wajah sembab wanitanya itu dengan penuh kasih sayang.

Dengan sigap Adel melihat bekas tamparan Aksa, tamparannya jelas berbekas di pipi putih Zeana. Adel melirik ke arah perempuan yang menurutnya biang masalah di sini.

"Heh pick me, ini semua gara gara lo kan" tudingnya dengan menunjuk tepat di depan wajah Ratu.

"Adel lo jangan ikut ikutan goblok kayak temen lo itu" bela Aksa.

"LO DIEM!" telunjuk itu berganti arah, Adel melanjutkan ucapannya "puas kan lo liat temen gue di kasarin kaya gitu? PUAS KAN? JAWAB SIALAN!"Adel sangat geram dengan isakan jengkel yang keluar dari mulut jahanam di depannya ini.

Aksa yang sedari tadi diam, mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih, menurut Aksa apapun yang berhubungan dengan Zeana itu menjengkelkan.

"Lo jangan merasa paling tau, bahkan lo sendiri gak tau kejadiannya kaya gimana kan, jadi gue harap lo diem" Aksa berusaha untuk tidak terbawa emosi saat menghadapi ocehan Adel.

"Zeana gak bodoh sa, semenjak lo kenal tuh cewe...sikap lo semakin jauh dari sebelumnya, alesannya apa sih sampe lo sebegitunya sama temen gue?"

Aksa tidak mempunyai jawaban yang cukup kuat untuk pertanyaan yang di lontarkan Adel barusan.

"Cih, gini ketua Osis yang selalu disanjung guru dan katanya harus jadi panutan seantero sekolah, seriously?" dengan nada meledek di iringi lirikan tajam ke setiap penjuru kantin.

"Minimal punya mata tuh dipake, punya mulut juga gunain tuh, kasian  gak berguna banget keliatannya".

Seisi kantin ramai dengan berbagai opini tentang masalah yang terjadi dihadapan mereka sekarang.

"gila ya ppb banget si ratu"

"kasian ngga sih liat si ratu di gituin"

"caper ko sama cowo orang, malu dong"

"gila woe, Zeana gak salah"

"segitu jalanan luas, buta kali dia sampe gak bisa liat dengan bener"

"ew malu-maluin Osis aja lo Zeana"

Komentar negatif tentang Zeana terlalu banyak, membuat seseorang disana menampilkan senyum pertanda puas dengan apa yang dia dengar barusan.

"Rasain lo, setelah ini gue harap Aksa semakin benci sama lo, dan gue bakalan pastiin itu" batinnya

Seseorang menyadari itu dari kejauhan, dan sangat disayangkan dia bahkan tau akhir dari kepura-puraan tersebut, cukup memantau saja.

"MILA" panggil Adel dengan cepat pada adik kelasnya yang tengah berdiri diantara kerumunan.

"kenapa ka Adel?" tanya Mila cukup panik.

"Gue minta tolong lo beliin seragam baru ke koperasi, pake duit lo dulu ntar gue ganti" setelah Adel mengucapkan terimakasih, Mila pergi dengan berlari menuju koperasi sekolah yang terbilang cukup berjarak dengan kantin.

Di lorong kelas menuju ke arah koperasi, Mila dihadang oleh manusia yang menurutnya sangat menjengkelkan dan seperti jelangkung.

"Minggir" Namun orang itu tak mengindahkan ucapan Mila.

"Lo budeg? gue bilang minggir"

"Mil, gue suka sama lo" ucapnya begitu lugas.

"Gue harus nolak lo pake cara apalagi sih Ric?" lelah, itu yang dirasakan oleh Mila.

"Mending sekarang lo minggir, gue buru-buru" Urung didengar, dengan perasaan muak Mila menabrak bahu laki-laki dihadapannya cukup keras.

Rasanya koperasi begitu jauh jika berjalan dengan rasa kesal yang membuncah, setiap hari ada saja masalah yang lekat menghampiri dirinya.

Setelah membeli apa yang kakak kelasnya minta tadi, dirinya bergegas kembali ke kantin melewati lorong yang berbeda dari sebelumnya.

Sesampainya dikantin, suasana masih begitu ramai, padahal lima menit lagi bel pergantian jam pelajaran berbunyi.

"Kak, sorry lama tadi sempet ada problem dikit" Mila menyodorkan sepasang seragam pada Adel.

"Thanks Mil, nih uangnya gue ganti" menyerahkan selembaran uang berwarna merah pada Mila.

"Sisanya lo ambil, itung-itung sebagai upah jalan kaki lo" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Adel pergi menyusul Zeana menuju ruang ganti di gedung C.

Di rasa suasana kantin mulai sepi, Ricky datang kembali menghampiri sang pujaan hati yang sepertinya berniat membolos setelah membeli minuman Favoritnya.

SIDE 5 OF LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang