11

146 19 3
                                    

Pagi menyapa dengan ramahnya, menyapu secara lembut kedua wajah sejoli yang sedang dimabuk asmara itu.

Yoshi lebih dulu membuka matanya karena merasa silau yang mengenai wajahnya, dirinya meregangkan tubuhnya dan melihat kearah jam digital yang berada di nakas samping tempat tidur dimana handphone miliknya juga berada disana.

07.00 a.m

Masih cukup pagi, dirinya mengambil handphonenya dan mendapati 5 panggilan tak terjawab dari ibunya, panik? Tentu saja, dirinya langsung turun dari tempat tidur dan bahkan melepaskan pelukan Jihoon di pinggangnya.

Dirinya berjalan menjauh dan langsung melakukan panggilan kepada ibundanya.

Setelah beberapa detik, panggilan tersebut langsung diterima oleh lawan bicaranya dengan nada gugup Yoshi berbicara,

"Halo, Bunda? Ada apa nelfon Yoshi pagi-pagi? Maaf Yoshi baru banget bangun, semalem abis begadang sama Jihoon, makan ramen bareng" ucapnya secara lengkap, tak menutupi apapun namun tidak menjelaskan segala hal dengan detail.

"Yoshi, bisa pulang kerumah sekarang?" Mendengarkan ucapan bundanya yang bahkan tidak menanggapi perkataannya membuat Yoshi panik tak karuan, sepertinya bundanya marah akibat ia tidak pernah ada dirumah sejak hari pertama bundanya tiba dari Jepang.

"O-oh, bisa bunda... Se.. sebentar Yoshi mau mandi dulu nanti Yoshi langsung pulang ya bunda" dirinya dengan panik segera mengumpulkan barang barang miliknya membuat Jihoon terganggu dari tidurnya.

Namun, Yoshi memberi isyarat agar Jihoon tetap diam karena bundanya yang menelponnya.

"Iya bunda, Yoshi mandi dulu ya, iyaa nanti Yoshi sampaiin salam bunda ke Jihoon. Iya bunda nanti Yoshi hati-hati" Tubuh Yoshi terus bergerak sampai sekiranya seluruh barangnya sudah lengkap, ia pun mengucapkan salam dan segera menutup sambungan telfonnya dengan ibundanya.

Yoshi melirik kearah Jihoon yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya dengan duduk diatas kasur, Yoshi menghampirinya dan duduk disebelahnya.

"Jihoon... Aku sekarang pulang dulu gapapa? Bunda udah nyariin, pasti dia marah karna aku ga ada dirumah sejak dia pulang.. gapapa ya? Nanti pas bunda udah agak tenang atau udah balik ke Jepang lagi aku bakalan main kesini lagi, ya?" Yoshi seolah ngerap saat menjelaskan keadaannya kepada Jihoon.

Karena jujur saja, jika ibundanya sudah marah maka hidupnya akan berakhir, agak hiperbola memang namun bagaimana lagi? Bundanya adalah orangtua yang tersisa untuknya yang sudah menjadi dunia tempat ia pulang, dia tidak ingin membuat dunianya merasa kecewa padanya.

Jihoon tersenyum lembut dan mengusap rambut si manis dengan sayang. "Iya gapapa, titip salam buat Bunda ya, bilang juga ke Bunda aku nungguin oleh-olehnya"

Yoshi langsung memeluk Jihoon dengan erat, "Makasih banyak! Nanti aku minta oleh-oleh yang bunda bawa sebanyak-banyaknya ya! Aku mandi dulu!" Dan tepat setelah itu tanpa menunggu tanggapan yang akan Jihoon berikan, Yoshi langsung berlari dengan cepat ke kamar mandi.

Jihoon tersenyum lembut melihat kelakuan menggemaskan kekasihnya, betapa beruntungnya dia memiliki kekasih yang sangat perduli pada orangtuanya kan?

Yoshi bahkan tidak pernah berani untuk sekedar membalas ucapan ibundanya jika ibundanya sedang marah.

Seolah waktu berjalan begitu cepat atau mungkin karena Yoshi yang sangat terburu-buru dengan ekspresi paniknya membuat Jihoon tak menyadari bahwa kini rumahnya sudah kembali hening.

Yoshi pergi dengan motor kesayangan pemuda itu, meninggalkan Jihoon kembali dengan keheningan yang selalu menemaninya.

Hanya saja.. Jihoon merasa bahwa hidupnya buntu setiap kali Yoshi pulang.. Lihatlah seberapa gilanya Jihoon hanya karena mencintai sahabat masa kecilnya.

[01] 𝓑𝓮𝓼𝓽𝓕𝓻𝓲𝓮𝓷𝓭 || 𝓙𝓲𝔂𝓸𝓼𝓱✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang