Sejak masuk kelas, Sehun tidak bisa berhenti menatap meja Jongin. Matanya seperti tertarik secara otomatis ke arah sosok yang diam-diam merayap di dalam hatinya, mengukir nama itu hingga tidak pernah dapat dia lupakan walau sesaat.
Sebenarnya Sehun merasa bersalah pada Jongin karena tidak langsung menjelaskan apa yang terjadi semalam, tapi penolakan yang Jongin lakukan juga membuat dia ragu untuk menghubungi lewat ketikan ataupun panggilan. Sehun ingin berhadapan langsung dan menemukan tatapan mereka sehingga Jongin dapat melihat kejujuran miliknya.
Oleh karena itu, Sehun memulai rencana dengan datang lebih awal ke rumah Jongin untuk berangkat bersama. Sayangnya, rencana hebat yang Sehun susun telah kalah oleh sifat rajin Jongin. Saat Sehun mengetuk pintu rumah itu, Jongin sudah lima belas menit lebih awal pergi ke sekolah. Tentu saja Sehun tidak membuang waktu, dia langsung pergi untuk menemui Jongin di sekolah. Hanya saja, saat mereka berhadapan, sekali lagi Jongin menolak dirinya.
Sehun membuang napas berat. Dia masih setia menatap Jongin yang duduk dengan satu tangan menyangga dagunya. Sinar matahari yang sedikit mengintip dari jendela, menerpa wajah cantiknya. Sehun terdiam. Dia tidak pernah bilang, tapi Sehun selalu menikmati ketika Jongin menjadi lebih bersinar oleh matahari yang menyorot ke arahnya. Seperti melihat emas, menyilaukan.
"Pretty," gumam Sehun pelan.
Hah!
Rasanya Sehun tidak bisa menahan rindunya untuk menjahili Jongin yang terlihat begitu menawan. Dia mengambil ponsel yang tersimpan di laci meja, membuka aplikasi WhatsApp dan mengetik beberapa kata singkat untuk dikirimkan pada Jongin.
Saat notifikasi pesan masuk ke ponsel, Jongin segera melirik pada layarnya. Dia tidak membuat terlalu banyak reaksi hingga Sehun yang menantikan pun merasakan detak jantungnya mulai tidak normal.
Jongin menoleh sebentar, mendengkus pelan ketika bertemu tatap dengan Sehun. Dia meraih ponsel dan mengetik di sana. Hanya beberapa detik hingga balasan dari pesan yang Sehun beri tadi terkirim. Sehun menatap layar ponselnya tidak percaya, dia lalu melihat lagi Jongin yang sudah kembali menatap keluar jendela seolah tidak peduli akan eksistensi dirinya.
Ah, jadi begini rasanya?
Sehun terkikik pelan, mengirim pesan lain pada Jongin. Dan Jongin, dengan posisinya yang enggan menatap Sehun, terus membalas pesan-pesan yang cowok itu kirimkan.
•
Sehun
MaafGue yang slh
Gue gakan cari2
alasan lgKarena gue yg salah
Maaf
Hm
Dimaafin gk?😔
Hm
Maafin kan?☹️
Hm
Kasih kecup
dulu dongBiar gue percy
Gue bunuh, mau?
😁😁😁
Mksh, Jongin
Janji, gk bakal
ulangin lagi...Udh lo ulang
Gada yang ketiga
Janji 😉😉
Hmm
Heheee
Mau beli es krim?
Mlz
Tumben?
Mau apa, maniezz?
Ayang beliin nanti
Ketoprak Pak Asep
Okee, cantikk
Nanti habis basket,
mau?Gk sudi
Lo bau
Bau yang bikin
lo klepek2 kan?Ngaku aja
Diem
Baru dimaafin
lgsng ngelunjak☹️☹️☹️
Plis, jan galak2 kek
baru kenal gitu dongGue kan nemenin lo
pas msih di kandunganKita udah kek anak
kembar, kan?Ya, kan?
Ya kan, Jong?
☹️☹️☹️
Gk sudi jd kembaran
jenglotKalau gue jenglot,
lo duyungnya, dong?Mana ada jenglot
kembaran sama
duyung?Adaaaa
Kan mereka sama2
hidup di lautTerus sama2
setengah manusya
setengah ikanDahlah
Gk mood bercanda
sama loLo masih marah, nih?
Msh
Dkt
☹️
Jan lama2 ya
marahnyaGue kangen
☹️
Kangen ketek gue?
Itu juga sih
Tapi yang paling
gue kangenin, yaaSenyum manis lo
Ngomong sama berak
aja sana!😠😠Yahhh
Beneran masih
marah, ya?Jong
Yang
Beb
Cintaaa
☹️☹️
•
Wajah gue merah, gak, ya? —Kji
Gue salah lagi?☹️ —Oseh
KAMU SEDANG MEMBACA
WhatsApp | Hunkai
FanficSatunya nggak peka, satunya atheis-eh, tsundere maksudnya.