Selamat membaca ~
_
_
_
"Lu kenapa Ian ? Kok lihat hape Mulu, hmm ?"
"Minum dulu gih. " Felly memberikan minuman ke Tian yang sedang duduk di ruang tamu.
"Eza gak jawab telpon " kata Tian.
"Eza ? Oh, temen mu yang itu "
"Ya "
Felly duduk di samping Tian, memeluk lengan Tian. Dia bercerita tentang dirinya dulu, katanya dia sakit, jantungnya bocor. Katanya juga hidup dia gak bakal lama karena itu Felly sangat bahagia bisa bertemu dengan Tian kembali.
"Lu serius ?" Tanya Tian.
"Lu gak percaya ? Kapan gue pernah bohong sama lu Tian. " Felly mengambil surat dari laci dan menyerahkan itu ke Tian.
"Ini buktinya. "
"Orang tua lu udah tau ?"
"Belum, gue gak berani ngasih tau mereka, gue anak satu-satunya dan gue gak mau ninggalin mereka, gue takut Tian " suaranya sedu wajahnya mengekspresikan kesedihan. Felly menangis
Tian menarik Felly membawanya masuk kedalam pelukannya yang hangat. " Jangan di percaya, kadang dokter juga bisa salah. Gue yakin lu pasti hidup lu gak mungkin meninggal "
Karena cerita sedih itu, Tian melupakan Eza.
Malam hari, tepat jam menunjuk pukul 09:30
Tian pulang, memarkirkan motornya di garasi rumah
"Tian ?" Panggil seorang perempuan
Tian menoleh dan melihat ibu Eza sedang menghampirinya.
"Eza tidak bersamamu ?" Dari suaranya ibu Eza sebut saja vania merasa khawatir karena anak semata wayangnya belum kunjung pulang hingga malam, ponselnya juga tidak bisa di hubungi.
"Eza belum pulang Tan ?"
"Dia belum pulang, Tante kira Eza bersama Mu, Tante coba menghubungi Eza tapi hapenya gak aktif. Tante juga menghubungi kamu, gak kamu jawab. "
Tian langsung melihat ponselnya 10 panggilan tidak terjawab dari Vania. dia minta maaf karena tidak sengaja mengabaikan panggilannya.
Di samping itu kenapa Tian tidak tau kalau hape nya berdering."Coba aku cari Eza, di rumah Gio, Dia pulang sama Gio Tan "
"Gio ?" Ulang Vania yang di balas anggukan kecil oleh Tian.
"Makasi Tian, Tante khawatir kalau dia tidak bisa di hubungi. Maaf ya Tante ngerepotin kamu. "
"Eza hilang ?" Tanya seorang laki-laki keluar dari rumah Tian.
"Pa—papa !"
"Kenapa kamu pulang gak sama Eza hah ?"
"Aku nganter Felly Pa, "
"Gak mau tau, cepet pergi dan cari Eza. " Titah nya membuat Tian bergegas dan pergi.
Bram Papa Tian, dia juga sangat menyayangi Eza menganggap Eza seperti anaknya sendiri begitu pula dengan istrinya ibu Tian juga sangat menyayangi Eza melebihi kasih sayangnya kepada Tian anaknya sendiri.
Tian bergegas pergi, melakukan motornya dengan kecepatan penuh di jalan raya yang sepi. Dia pergi menuju rumah Gio.
Setelah beberapa menit Tian sampai di rumah Gio
Tian masuk begitu saja ke dalam berhubung pintunya tidak di kunci.