8

10.3K 546 14
                                    

SELAMAT MEMBACA~

_

_

_

Tengah malam Eza terbangun, badannya sudah tidak sepanas sore tadi. Dia menggercapkan kedua matanya, dan melihat wajah pulas Tian.

Eza tidak berniat membangunkan Tian, yang di lakukannya hanya menatap lebih dalam lagi wajah tampannya.

Eza tersenyum sambil menggerakkan tangannya ,dengan lembut dia  bawa jari-jemari halusnya  untuk mulai menelusuri lekukan wajah Tian.

Eza sangat mengenal lekukan wajah itu. Eza mengenal semua yang merupakan bagian dari dirinya, dengan baik. Bahkan sangat baik!

Sentuhan tangan Alus itu membangunkan Tian, Dia tersenyum dengan mata yang  masih terpejam.  Tangannya yang hangat memegang tangan Eza yang masih berada di wajahnya.

"Gimana keadaan lu ?" Tanya Tian.

"Sudah mendingan "

"Kenapa gak angkat telpon gue, hmm ?"

"Males " jawab Eza.

"Males kenapa ?" Tian tidak melepas pandangannya.
Terus saja menatap Eza

"Lu lebih sering sama cewek itu ketimbang Gue"

Tian menghela nafas panjang, dia menarik tubuh Eza membawa ke dalam dekapannya.
"Dia sakit zaa, sakitnya parah bahkan kata dokter hidup dia gak bakal lama lagi. " Ucap Tian sambil mencium rambut Eza.

"Kalau gue sakit kek gitu, lu bakal terus sama gue ?"

"Kenapa lu ngomong gitu? Lu gak boleh sakit  tanpa seijin gue. Ngerti !?"

"Gue cuma nanya. "

Suasana malam itu kembali hening, ketika Tian tidak lagi berargumen.

Eza memilih kembali mengeratkan pelukannya, sejujurnya dia merindukan Tian.
Malam itu bulan purnama, jadi meski semua lampu di kamar itu mati
Eza masih bisa melihat dengan jelas wajah Tian yang dari tadi menatapnya tanpa kata.

"Tian ?" Panggil Eza.

"Hmm "

"Kenapa di bawah sini, kembung ?" Tanya Eza

"Lu menggesekannya dari tadi. "

"Maksud lu apaan ?" Suara Eza meninggi,

"Tolong zaa bantu gue. "

"Tapi—... " Eza paham maksud Tian dia benar-benar malu dan ini terasa canggung.

"Please " mohon Tian sekali lagi.

Dengan keterpaksaan Eza membantu Tian melepas hasratnya.

Tian membuka setengah celananya, kejantanan itu sangat menegang.
Eza sampai kaget di buatnya
Melihat ukuran penis Tian, itu terlalu besar 5 kali lipat dengan miliknya, kalau di bandingkan.

Tangan Eza mulai menyentuh kejantanan Tian.

"Aah~"

Eza menaik turunkan tangannya dengan ritme yang  pelan kemudian semakin cepat.

Samar-samar Eza mendengar suara desahan Tian yang tertahan.

Tian menatap Eza menarik wajah Eza lantas menciumnya.

"Aahh~ "

"Hhhmm "

"Ahh-"

Leher Eza terasa menggelitik  saat Tian menghembuskan nafasnya.

Tian My Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang