"Jadi menurutmu, bagaimana cara mengartikannya?" Tanya Halilintar.
(Nama) melangkah lambat ke sekeliling benda-benda temuan Halilintar. Bundel kain itu berisi selongsong senapan berlaras panjang, revolver, senapan flintlock dan musket. Semua senapan itu berpeluru sedikit, bentuknya aneh serta jadul, dan disembunyikan di sembilan titik ruang bawah tanah. (Nama) cukup yakin, senapan-senapannya bukan milik Kakek Retak'ka, atau para orang tua, karena senapan mereka jauh lebih mumpuni, dan mereka tak punya cukup banyak senapan—di keluarga ini, tak ada satu pun orang dengan hobi berburu, kecuali Sai, dan Sai hanya mengoleksi senapan modern.
"Semuanya milik pendahulu kita?" Kata Solar. "Benarkah begitu? Untuk apa mereka menyimpannya di titik yang sulit dijangkau, kalau mereka mempersiapkannya untuk memerangi Kakek Retak'ka dan antek-anteknya? Bayangkan saja begini. Bagaimana jika sewaktu-waktu, mereka membutuhkan alat perlindungan diri? Aduh, capek sekali. Mereka harus turun ke ruang bawah tanah yang gelap itu, menginjak lantai becek, menghirup udara lembab, basah, dan bau minuman fermentasi, lalu memecahkan teka-teki pada setiap titik persembunyian senjatanya, dan barulah bisa mengakses senapannya."
"Baiklah, senapannya memang milik generasi pertama." (Nama) menimpali. "Tapi aku ragu mereka menyimpannya di lantai bawah tanah untuk diri mereka sendiri."
"Jadi pikirmu mereka mengeset semua ini untuk generasi selanjutnya?" Balas Ice. "Kenapa mereka bisa tahu, akan ada generasi selanjutnya?"
"Apa yang bisa kamu harapkan dari keluarga ini?" Blaze mendelik. "Manusia memerlukan makanan seumur hidupnya."
"Apa ... kamu yakin?" Gempa menatap Halilintar. "Apa landasan dari kecurigaanmu? Maksudnya jejak gigi manusia pada tubuh mayat anjing di hutan? Dan bunker dengan peralatan jagal? Dan fakta bahwasanya kita semua diadopsi? Apa itu cukup untuk menuduh Kakek Retak'ka dan keluarganya?"
Gempa masih bingung, seperti apa dia akan bertindak. Gempa rasa, mereka melangkah terlalu jauh, tanpa ada bukti konkrit. Gempa bukannya tidak memercayai saudara-saudaranya. Dalam dirinya, bahkan Gempa memiliki kecurigaannya sendiri terhadap Kakek Retak'ka dan orang tua asuhnya. Namun, dia tetap bertanya-tanya.
Tuduhan yang mereka lontarkan terdengar masuk akal, dan semua hipotesisnya dapat dipertanggungjawabkan—benarkah demikian? Gempa skeptis.
(Nama) berdeham, "aku akan segera membeberkan buktinya, tapi tidak sekarang. Supaya kamu tidak lagi merasa denial."
"Dan," (Nama) menyambung ucapannya. "Benar katamu. Kurasa generasi pertama telah menyiapkan ini untuk generasi berikutnya. Apa yang bisa mereka perbuat? Setidaknya mereka membantu dengan logistik. Dengar, biar aku jelaskan. Keluarga Kakek Retak'ka kelihatannya mengeksekusi dengan terstruktur. Semuanya diatur rapi, terjadwalkan secara elok, dan berpola. Sebelum merencanakan untuk kabur, sebaiknya kita mencari tahu soal identitas generasi pertama."
"Waktu itu kamu bilang generasi pertama setidaknya berjumlah dua, dan mungkin lebih daripada dua?" Thorn angkat suara. "Satunya orang yang suka mengawetkan kupu-kupu, dan satu lagi pemilik senapan di kamarku?"
(Nama) mengangguk.
"Kalau begitu bisa aku katakan, generasi pertama sekurang-kurangnya berjumlah tiga orang." Thorn menyilang tangan.
-
"Kamu mengenalinya?" (Nama) melebarkan kertas koran itu di depan mukanya Taufan. (Nama) menarik korannya sebentar, dan memincingkan mata. (Nama) lalu mendecak dan membetulkan posisinya dalam membentangkan korannya; korannya tadi terbalik.
Ketika (Nama) telah memastikan korannya berada dalam pose yang tepat, (Nama) kembali menginterogasi Taufan, "katakan sesuatu, tolonglah, setidaknya kamu perlu mengangguk atau menggeleng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taufan x Reader| Retakka's Family
Fiksi Penggemar|Taufan x Reader | Keluarga itu hampir menyentuh kata sempurna. Sebagai anak jalanan yang biasa hidup mengandalkan belas kasih dari para bangsawan dermawan, (Nama) cukup terkejut karena tiba-tiba, dia diadopsi oleh keluarga bangsawan. Hidupnya berub...