Suara teriakan itu menggema di lorong-lorong kosong sekolah, seperti angin yang berdesir kencang, membawa pesan gelap yang semakin mendekat. Mereka berlari tanpa berhenti, sepenuhnya dipenuhi rasa cemas dan ketakutan yang semakin menguasai pikiran mereka. Setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat, semakin membuat mereka merasakan betapa besar ancaman yang sedang mengintai.
"Yeonjun!" Hanni berteriak, berusaha mendekati teman yang kini memimpin mereka. "Apa yang terjadi? Siapa yang berteriak tadi?"
Yeonjun tetap fokus ke depan, wajahnya serius. "Aku tidak tahu. Tapi kita harus segera ke ruang utama. Kita harus mencari tahu siapa yang memanggil kita dan kenapa."
Sekolah yang mereka kenal sekarang terasa sangat berbeda. Lorong-lorong yang biasa sepi dan tenang kini dipenuhi oleh aura gelap yang menakutkan, dengan bayangan yang bergerak di setiap sudut ruangan. Hanni bisa merasakan hawa dingin menyusup ke dalam tubuhnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Setiap pintu yang mereka lewati seakan tertutup rapat, tidak membiarkan mereka pergi. Ketegangan di udara semakin kuat, seolah ada sesuatu yang mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Mereka akhirnya sampai di ruang utama, dan di sana mereka berhenti sejenak, mata mereka mencari sumber teriakan yang tadi. Ruangan itu terlihat kosong, tetapi sesuatu terasa tidak benar. Ada jejak-jejak darah di lantai, membentuk pola aneh yang mengarah ke sudut ruangan.
"Ini... ini tidak mungkin," gumam Taesan, matanya terpaku pada jejak darah yang mencurigakan. "Apa yang terjadi di sini?"
Yeonjun mendekat dengan hati-hati, lalu menunduk untuk memeriksa jejak tersebut. "Ini bukan hanya darah biasa. Ada sesuatu yang lebih besar di sini, sesuatu yang lebih gelap."
Saat itu, mereka mendengar suara pintu yang terbuka dengan keras. Semua kepala menoleh cepat ke arah pintu utama, dan mereka melihat sosok yang sudah mereka takuti—pria yang muncul dari kegelapan malam sebelumnya.
"Jadi kalian datang juga," kata pria itu dengan suara serak yang menggema di seluruh ruangan.
"Apa yang kamu inginkan dari kami?" teriak Hanni, dengan wajah penuh kebencian. "Kami sudah menghancurkan simbol itu! Apa lagi yang kamu rencanakan?"
Pria itu tersenyum, tatapannya penuh dengan kebencian yang mencekam. "Kalian pikir kalian sudah mengakhiri semuanya dengan menghancurkan simbol-simbol itu? Kalian hanya mengganggu permukaan dari sebuah permainan yang lebih besar. Sekarang, saatnya kalian menghadapi konsekuensinya."
"Konsekuensinya?" tanya Rei, suaranya gemetar. "Apa maksudmu?"
Pria itu melangkah lebih dekat, matanya berbinar dengan kegilaan yang menakutkan. "Kalian telah mengganggu keseimbangan. Dan sekarang, kalian harus membayar harga untuk itu. Sekolah ini adalah tempat yang terkutuk, dan kalian semua adalah bagian dari takdir yang lebih besar. Kalian tidak bisa melarikan diri dari ini."
"Sudah cukup!" teriak Yeonjun, langkahnya mantap meski ketakutan melanda. "Kalian mungkin berpikir kita bisa dikendalikan, tapi kami tidak akan membiarkan kalian menghancurkan kami lagi!"
Dengan sekejap, Yeonjun melangkah maju, melepaskan sejenis energi yang membentuk perisai pelindung di depan mereka. Namun, pria itu hanya tertawa terbahak-bahak, seperti tidak terpengaruh oleh apapun.
"Kalian pikir kekuatan kalian bisa mengalahkanku?" tanya pria itu dengan nada menghina. "Kalian sudah terlambat. Kalian tidak bisa mengubah apa yang sudah dimulai."
Namun, pada saat yang sama, suara keras lain terdengar dari balik dinding ruangan. Semua terkejut ketika sebuah pintu tersembunyi terbuka, mengungkapkan sebuah ruang rahasia yang dipenuhi dengan lebih banyak simbol-simbol yang bersinar samar.
"Ini adalah sumber dari segalanya," pria itu berbisik, suaranya berubah menjadi lebih dalam dan seram. "Ruang ini adalah tempat kekuatan sejati berada. Kalian tidak tahu siapa yang benar-benar mengendalikannya."
Tanpa peringatan, pria itu melangkah menuju ruang tersembunyi tersebut, dan tiba-tiba saja dinding-dinding sekolah bergetar. Ruangan itu mulai mengeluarkan cahaya yang memblar, mengalir ke seluruh bangunan, menutupi setiap sudut dengan gelombang energi yang menakutkan. Hanni merasakan tubuhnya lemas oleh energi yang sangat kuat ini, seolah-olah dunia sekitarnya sedang runtuh.
"Ini adalah akhir dari kalian semua," suara pria itu bergema, semakin keras, semakin menakutkan.
Namun, dalam kekacauan itu, Yeonjun tetap berdiri tegak, memegang tangannya di atas simbol yang terukir di lantai. "Tidak... ini belum berakhir," kata Yeonjun dengan penuh tekad. "Kita bisa menghentikan ini. Kita bisa menghancurkan sumber kekuatan itu!"
Hanni, Minji, Wonyoung, Taesan, Ricky, Haruto, Leehan, Gyuvin, Jiwon, Rei, Bahiyyih dan Jungwon dengan cepat mendekat dan berdiri di samping Yeonjun, berpegangan tangan, mengumpulkan kekuatan mereka.
"Jika kita bersatu, kita bisa menghentikannya," kata Wonyoung, suaranya bergetar namun penuh keberanian.
Dengan satu langkah kuat, mereka meletakkan tangan mereka pada simbol-simbol yang bersinar itu. Cahaya terang dan kekuatan gelap itu semakin menguat, berusaha menahan mereka, namun kekuatan persatuan mereka lebih kuat. Perjuangan mereka membentuk pusaran energi yang mendorong kembali segala kegelapan yang ada.
"Tidak!" teriak pria itu, berusaha mencegah mereka. "Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan!"
Namun, dengan satu teriakan bersamaan, mereka menghancurkan simbol terakhir yang ada di ruang tersebut. Seperti suara gemuruh yang datang dari dalam bumi, kekuatan itu runtuh, dan sosok pria itu terpelanting mundur. Dinding-dinding yang bergetar akhirnya berhenti, dan semuanya hening.
Sekolah yang tadinya dipenuhi dengan kegelapan dan ketakutan kini mulai kembali tenang. Cahaya yang memancar dari simbol-simbol itu meredup, dan tempat itu kembali ke dalam kesunyian.
Namun, meskipun mereka berhasil menghentikan ancaman itu, ketidakpastian masih menyelimuti mereka. Apa yang telah mereka hadapi hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.
Mereka berlari keluar dari ruang rahasia itu, mengetahui bahwa meskipun mereka telah selamat, dunia yang mereka kenal tidak akan pernah sama lagi. Kegelapan masih ada, mengintai, menunggu untuk kembali.
Dan mereka tahu, tak ada yang bisa menghindari takdir yang sudah digariskan.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Whispers of the Forgotten • 04L ft. Yeonjun
Horror"Whispers of the Forgotten" 12 Orang Siswa 'Seoul International Academy', Hanni, Taesan, Ricky, Wonyoung, Haruto, Minji, Gyuvin, Bahiyyih, Leehan, Rei, Jungwon dan Jiwon, terjebak dalam misteri pembunuhan yang mengguncang sekolah internasional merek...