Bagian Ketiga

18 15 0
                                    

Malam itu, suasana di sekitar Seoul International Academy terasa semakin mencekam. Kegelapan di luar sekolah hanya semakin memperburuk suasana hati Hanni dan Wonyoung yang merasa semakin terperangkap dalam misteri yang tak terpecahkan. Mereka duduk di ruang bawah tanah yang dingin, memegang buku catatan tua yang mereka temukan sebelumnya. Lembarannya yang rapuh tampak seperti petunjuk yang mereka cari, namun makna sebenarnya masih tetap buram.

"Hanni, apakah kau yakin ini tidak berbahaya?" tanya Wonyoung, suaranya penuh keraguan. "Kita mungkin sudah melangkah terlalu jauh."

Hanni menatap halaman-halaman buku itu dengan tajam. "Tidak ada jalan mundur sekarang, Wonyoung. Ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar di sini, dan kita harus mengungkapnya."

Namun, saat itu juga, mereka merasakan sesuatu yang aneh—sesuatu yang membuat rambut mereka merinding. Udara di sekitar mereka tiba-tiba terasa lebih berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari bayang-bayang gelap di sekitar mereka.

"Apakah kau merasakannya?" bisik Hanni, matanya menyipit, mencoba melihat lebih jelas di ruang yang gelap itu.

Wonyoung mengangguk pelan. "Seperti ada yang mengawasi kita."

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar ruangan, membuat mereka terlonjak. Mereka saling berpandangan cemas, dan tanpa berpikir panjang, mereka berlari keluar dari ruang bawah tanah, mencoba menemukan tempat yang lebih aman untuk melanjutkan penyelidikan mereka.

——

Di tempat lain, Taesan, Jungwon, Ricky, Leehan, Haruto, dan Gyuvin juga merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Mereka telah menemukan simbol misterius yang terukir di dinding ruang bawah tanah, dan meskipun mereka mencoba untuk tetap tenang, hati mereka dipenuhi dengan rasa takut yang tak terlukiskan. Haruto, yang merasa ada sesuatu yang sangat tidak beres, memutuskan untuk berbicara.

"Ini bukan hanya tentang pembunuhan Jihan, kan? Ada hal lain," kata Haruto dengan suara pelan, tetapi penuh tekanan.

"Apa yang kau maksud?" tanya Leehan, yang sudah mulai merasa khawatir.

"Simbol ini..." jawab Haruto, menunjuk ke dinding dengan jarinya. "Ini bukan simbol sembarangan. Aku pernah membaca tentang ini dalam buku sejarah kuno. Ini adalah simbol yang sering dikaitkan dengan ritual sesat—sesuatu yang bisa menghidupkan kembali hal-hal yang sudah lama mati."

Semua yang mendengarnya terdiam, seakan kata-kata Haruto menyelimuti mereka dalam kegelapan yang lebih dalam. "Kau bilang... ritual untuk menghidupkan sesuatu?" tanya Gyuvin, hampir tak percaya.

Haruto mengangguk. "Ya, dan jika ini benar, kita mungkin sedang menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar pembunuhan. Kita mungkin membuka pintu yang tidak seharusnya kita buka."

Jungwon menggigit bibirnya, mencoba mencerna kata-kata Haruto. "Kita harus berhenti, kan? Meninggalkan ini semua kepada polisi."

"Tapi kita sudah terjebak di dalamnya," kata Taesan dengan tegas. "Kita tak bisa mundur. Jika kita berhenti sekarang, lebih banyak orang akan terluka, dan mungkin pembunuhnya akan melakukannya lagi."

Ricky mengangguk pelan, kemudian mengeluarkan ponselnya. "Kita harus mencari tahu siapa yang terakhir berada di dekat Jihan. Itu mungkin petunjuk penting."

——

Malam semakin larut, dan misteri ini semakin mendalam. Hanni dan Wonyoung akhirnya bertemu kembali dengan yang lain di perpustakaan Seoul International Academy. Mereka merasa ada yang mengintai mereka, seolah mereka tidak sendirian di sekolah yang seharusnya aman ini. Mereka berkumpul di meja besar, mempersiapkan strategi untuk melangkah lebih jauh.

"Semuanya sudah kita temukan," kata Hanni dengan suara serius. "Jihan terlibat banyak hal lebih daripada yang kita kira. Dia terlibat dalam kelompok siswa yang berlatih ilmu hitam secara diam-diam. Itu mungkin alasan kenapa dia menjadi target."

"Apa? Ilmu hitam?" tanya Rei, tampak tidak percaya.

"Ya, dan aku rasa ini bukan kebetulan. Jihan pasti sudah tahu terlalu banyak tentang apa yang sedang terjadi di sekolah ini. Itulah mengapa dia dibunuh," lanjut Hanni, sambil membuka buku catatan yang mereka temukan sebelumnya. "Kita perlu menemukan siapa yang benar-benar mengendalikan semuanya."

"Sekolah ini menyimpan rahasia yang sudah lama terlupakan," kata Minji, menatap temannya dengan mata penuh tekad. "Kita harus mengungkap semuanya sebelum terlambat."

——

Mereka mulai mencari petunjuk lebih dalam. Dari setiap langkah yang mereka ambil, ada perasaan semakin dekat dengan kebenaran—meskipun semakin dekat pula mereka pada bahaya yang tak terhindarkan. Di luar, malam semakin pekat. Tidak ada yang tahu, namun di antara mereka, ada satu hal yang pasti: mereka tidak akan pernah sama setelah ini.

Saat mereka kembali menuju ruang bawah tanah untuk memeriksa simbol misterius lebih lanjut, sesuatu yang mengerikan terjadi. Dinding di sekeliling mereka tiba-tiba bergerak, dan sebuah suara keras terdengar, seperti gerakan batu besar yang saling bergesekan. Mereka terpaku di tempat, tak bisa bergerak.

"Ini..." suara Jiwon terhenti. "Kita telah membuka sesuatu yang seharusnya tidak kita buka."

Tiba-tiba, di tengah kegelapan, suara gemerisik terdengar—bukan hanya langkah kaki, tetapi juga suara bisikan. "Kalian tidak bisa keluar dari sini," suara itu berkata dengan suara rendah, hampir seperti desisan angin.

Ketegangan mencapai puncaknya saat mereka semua merasa bahwa mereka tidak hanya terjebak dalam misteri ini, tetapi juga terperangkap dalam sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan.

B E R S A M B U N G

[✓] Whispers of the Forgotten • 04L ft. YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang