Bagian Kesepuluh : Ending

24 17 0
                                    

Sekolah yang sebelumnya dipenuhi kegelapan kini terasa lebih tenang, namun udara di sekitar mereka masih terkesan berat dan penuh ketegangan. Meskipun mereka berhasil mengalahkan pria misterius yang memicu kekacauan, Hanni, Wonyoung, Taesan, Haruto dan teman-temannya tahu bahwa ini bukan akhir dari segala hal. Mereka telah menghentikan satu ancaman, tetapi mereka merasakan bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar yang mengintai di balik peristiwa ini.

“Ini belum selesai, kan?” tanya Rei, suaranya yang lembut tergetar, tetapi matanya menunjukkan tekad yang dalam. “Ada sesuatu yang lebih besar di luar sana, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.”

Yeonjun, yang masih tampak terengah-engah, mengangguk perlahan. “Kalian benar. Apa yang kita hadapi hanya permulaan dari permainan yang lebih besar. Kita telah menghentikan satu bagian, tapi ada banyak lagi yang masih menunggu. Kita belum tahu siapa yang mengendalikan semua ini.”

Mereka semua berdiri di tengah ruang utama yang kini tampak lebih terang, dengan cahaya matahari yang mulai merembes melalui jendela besar. Namun, meski cahaya itu memancar, hati mereka masih terasa gelap, seakan ada bayangan yang tak bisa sepenuhnya hilang.

“Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Minji, wajahnya terlihat serius. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut.”

Wonyoung menatap Yeonjun, berpikir sejenak. “Kita harus mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini. Ada yang lebih besar yang menggerakkan peristiwa-peristiwa ini, dan kita harus memecahkan misterinya. Kita tak bisa membiarkan orang lain menjadi korban.”

Leehan yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara. “Jika kita ingin bertahan, kita harus tahu siapa yang sedang mengincar kita. Dan yang lebih penting, siapa yang ada di balik semua pembunuhan ini. Kita harus mencari jawaban sebelum semuanya terlambat.”

Yeonjun mengangguk setuju, lalu menoleh ke arah teman-temannya. “Aku setuju. Kita akan menyelidiki lebih dalam. Sekarang kita tahu bahwa ada banyak hal yang tersembunyi di dalam sekolah ini, dan kita tidak bisa membiarkan kegelapan itu terus merajalela.”

Namun, saat mereka semua saling berpandang-pandangan, sebuah suara yang familiar terdengar dari balik pintu.

“Apakah kalian yakin ingin melanjutkan ini?”

Semua terkejut dan menoleh cepat. Dari balik pintu, muncul sosok yang tak asing lagi—pria yang telah mereka hadapi sebelumnya, yang kini tampak berbeda. Matanya tidak lagi dipenuhi dengan kegilaan, namun ada sesuatu yang tampak lebih menakutkan di balik pandangannya. Dia tidak lagi mengenakan pakaian hitam yang kumuh, melainkan jaket putih bersih dan wajahnya terlihat lebih tenang. Dia tersenyum dingin.

“Tidak... ini tidak bisa terjadi. Kalian... siapa sebenarnya?” tanya Hanni, melangkah maju dengan hati-hati.

Pria itu tertawa kecil, langkahnya mantap mendekati mereka. “Aku adalah kunci dari segala sesuatu yang terjadi di sini. Semua yang kalian lihat, semua yang telah terjadi, adalah bagian dari takdir yang sudah tertulis. Dan aku hanya pemain kecil dalam cerita yang lebih besar.”

“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Gyuvin, suaranya menggema di ruang yang hening.

“Apa tujuanmu? Apa yang kau inginkan dari kami?” Tanya Ricky.

Pria itu berhenti, lalu menatap mereka satu per satu. “Tujuanku sederhana—menguji kalian. Mengetes sejauh mana kalian dapat bertahan. Dan kini, saatnya untuk mengakhiri cerita ini. Aku akan mengungkapkan semuanya.”

Dia melangkah mundur sejenak, lalu mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam saku jaketnya. Buku itu tampak tua, dengan sampul yang telah usang, namun ada simbol yang dikenal mereka terukir di atasnya.

“Ini adalah buku yang menghubungkan kalian semua,” katanya, membuka halaman pertama. “Semua peristiwa ini dimulai karena buku ini. Kalian adalah bagian dari cerita yang lebih besar. Dan takdir kalian sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa menghindar.”

“Apa maksudmu?” tanya Taesan dengan wajah bingung. “Apa yang ada di dalam buku itu?”

Pria itu tertawa sinis. “Ini adalah catatan tentang kehidupan kalian. Setiap keputusan yang kalian buat, setiap langkah yang kalian ambil, tercatat di sini. Tak ada yang dapat mengubah jalan yang sudah ditulis. Kalian hanya menjalani peran yang telah ditentukan. Ini adalah takdir.”

Hanni menggenggam tangannya erat, merasa ketegangan semakin membuncah. “Kami tidak akan membiarkan takdir ini mengendalikan kami,” katanya, dengan suara penuh tekad. “Kami akan mencari jalan untuk menghentikan permainanmu.”

Dengan langkah mantap, Yeonjun mendekati pria itu. “Kami bukanlah pion dalam permainanmu. Kami akan menemukan cara untuk menghancurkan takdirmu.”

Pria itu berhenti tertawa, menatap mereka dengan pandangan yang penuh kebencian. “Kalian boleh berusaha, tetapi kalian tidak akan menang. Takdir sudah ada di tangan yang lebih besar. Kalian tidak tahu siapa yang sesungguhnya mengendalikan permainan ini.”

Namun, saat itu juga, sebuah suara keras menggema, dan langit di luar mendung, seakan menyadari kata-kata pria itu. Listrik di seluruh sekolah padam, dan hanya cahaya dari simbol-simbol yang mulai menyala kembali.

Dan di tengah kegelapan, sebuah bayangan besar muncul, begitu besar dan menakutkan, seolah mengawasi mereka dari jauh. Mereka tahu, meskipun mereka telah mengalahkan pria itu, yang lebih besar masih menunggu.

Namun, dalam hati mereka, ada keyakinan yang kuat—mereka tidak akan menyerah. Tak peduli seberapa gelap masa depan, mereka akan melawan takdir.

Cerita ini mungkin belum berakhir, tetapi mereka telah mengambil langkah pertama menuju kebebasan mereka.

S E L E S A I

[✓] Whispers of the Forgotten • 04L ft. YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang