Tubuhku kaku tidak bergerak sedetikpun dengan nafasku yang tersendat, melihatnya yang terus menari-nari, memang abstrak tapi sungguh indah.
Seperti angsa putih yang baru saja ingin mengambil ikan, sembari mengepakkan sayap besarnya. Dress putihnya seperti helaian bulu dihiasi manik-manik yang begitu berkilau.
Aku ingin melihat lebih dekat dan jelas.
Dengan cepat aku bangkit dari kasurku, dengan jalan yang tertatih-tatih, aku menuruni anak tangga kayu dan berjalan tergesa-gesa menuju pintu. Suara dari hentakan kakiku terdengar jelas, bising sekali.
Bruk!
"Ius? Suara apa itu? Kau baik-baik saja?" Teriak nenek khawatir, mendengar dentuman pintu yang tertutup dengan keras, cukup bergema.
Nafasku tergesa-gesa dengan tatapanku yang nekat, rela menahan rasa sakit dari setiap pijakan dikakiku. Aku berlari diatas tanah yang cukup keras, melewati beberapa pohon yang cukup tinggi yang sering digunakan untuk berteduh.
Aku tidak tahu ini jalan yang benar atau salah, aku hanya mengikuti kemana arah jendelaku yang langsung memperlihatkan pemandangan laut.
"Sial! Kemana tuh anak?!"
Pekik kesal Ayah didalam hatinya, bingung dimana keberadaan Varius yang menghilang tanpa jejak. Mungkin ada sebagian jejaknya, tapi Ayah tidak menyadari nya?
"Lihat saja, jika bertemu, akan ku kurung dia dibawah tanah lagi"
Timpalnya lagi, sepertinya nasib Varius akan sangat buruk nantinya, saat dia sudah pulang kerumah, ata dia tidak akan pulang untuk selamanya?
Ayah mondar-mandir diruang tamu yang sepi, hanya terdengar suara hentakan sepatu selip nya terdengar jelas dilantai keramik. Entah ayah khawatir dengan keadaan Varius, atau hanya dia ingin menghukum Varius?
Dia sudah menanyakan keberadaan Anaknya kemanapun yang ia tahu, mulai dari wali kelas, Cikay, guru les, bahkan tempat nongkrong yang biasa Varius datangi.
Ayah terduduk lelah disofa yang panjang, mendongakkan kepalanya hingga membuatnya menatap langit-langit ruang tamu, lalu pupil atanya melirik sesuatu disudut ruangan, semacam. CCTV
Senyuman lebar terukir dibibir ayah, dengan sigap dia bangkit dan langsung menuju ruangan CCTV. Dia membuka rekaman sebelumnya, saat Varius masih berbaring lemas dikasur.
Matanya mengamati setiap detail direkaman itu, gerak-gerik kecil dari Varius terlihat jelas, bahkan dia zoom lebih dekat.
Sejak kecil, Varius memang sudah diawasi oleh CCTV bahkan ponselnya pernah dipasangkan kontrol orang tua, dia tidak bisa mengakses apapun didalam ponselnya. Bahkan dia diizinkan bermain ponsel hanya saat sekolah dan belajar saja, itu juga dia harus izinterlebih dahulu.
Yang membuat Varius muak, adalah saat dia tengah belajar melalui ponselnya, masa membuka ponselnya dibatasi, hanya satu jam dalam sehari.
"Arzahinia?"
Gumam pelan Ayah, setelah ia memberhentikan rekaman, disaat Varius tengah sibuk dengan laptopnya. Dan dia zoom, terlihat Varius tengah memesan tiket untuk pergi ke Arzahinia.
Tangan berurat ayah terkepal dengan keras, lalu dia meninju monitor dengan keras, membuat cetakan kepalan tangan di monitor itu, dengan retakan yang engelilingi cetakan itu.
"Anak sialan!"
Dengan semua usahaku, yang terus berlari dengan kencang, entah sudah berapa pohon yang kulewati. Akhirnya aku melihat punggung kecilnya-----dari belakang saja ia sudah terlihat sangat cantik.
"Faye.." Kataku terengah-engah, tidak tahu dia bisa mendengarnya atau tidak.
"Humh?"
Dia menoleh.
"Varius! Kenapa kau bisa disini?" Teriaknya dengan senyuman manisnya, dan dia berjalan riang mendekatiku. Sarapan rambut halusnya masih saja berkilau.
"Kau baik baik saja? Kakimu.." tanyanya khawatir, dia melihat kakiku yang jelas-jelas perbannya masih sama, belum kulepas ataupun ku ganti dengan perban baru.
Aku menatapnya lemas. Sial.. dia cantik sekali. Rasa lelahku hilang seketika, setelah melihat wajahnya yang begitu menawan. Bahkan jika aku diberi tantangan untuk menatap wajahnya selama sebulan, sudah pasti akan kuterima tantangan itu.
Perlahan kepalaku terangguk. "Tidak apa..akh!" Teriakku terkejut, kakiku secara tiba-tiba lemas begitu saja, membuatku terduduk dan meringis kesakitan.
"Astaga Varius!!" Teriaknya khawatir, dan dia duduk tepat disebelahku, sembari memegang bahuku dengan lembut. Teriakan kekhawatiran nya nyaring dan melengking, tapi aku suka.
"Kau seharusnya beristirahat saja dirumah nenek"
"Kenapa kau kemari?" Tanyanya dengan khawatir, cukup terlihat dari kerutan keningnya, dan pupil matanya yang bergerak-gerak ----- cantik sekali saat dia khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET YOU, AT THE SEA
ActionSejak kecil, Varius selalu di perlakukan kasar oleh ayahnya, yang bertujuan agar Varius selalu tetap siaga menghadapi masalah apapun. Namun bukan itu yang di inginkan Varius *** Saat masih kanak kanak, ia selalu di ejek teman temannya, karena Varius...