by : sheeranamaggie
Suara berisik itu telah kembali, entah sudah berapa kali aku mendengarkan nya. Itu sangat membuat ku muak.
Ayah sangat sensitif saat pagi hari, bahkan para pembantu takut mendekatinya, dan sudah banyak yang menjadi korban kemarahan nya. Mulai dari telat menyiapkan kopi, nasi goreng yang terlalu asin, dan lantai yang tidak kinclong. Mungkin Ayah berniat bercermin di keramik lantai.
Aku bersiap untuk pergi ke sekolah, bertemu dengan teman temanku, tugas tugas dan guru yang memberikan tugas. Kemarin aku telah Dispen, di karenakan ikut lomba mewakili sekolah. Ramai yang memberikan dukungan kepada ku.
Tapi menurutku, aku tidak membanggakan sekolah, karena penghargaan yang ku dapat hanya kurang satu langkah dari yang mereka harapkan. "Kau harus juara satu ya!" "Varius pintar, pasti dia menang"
Aku mungkin sudah mengecewakan mereka.
"Aku berangkat ya Miw, sampai jumpa" Kataku mengelus kepala desa terpilih untuk membuat suatu Miw yang sedang memakan sarapan nya dengan lahap.
Perjalan menuju sekolah ku cukup simpel, aku mengendarai Kawasaki Ninja ZX-25R milikku sendiri.
Dengan lihai tanganku memegang gas motor, dan berkendara dengan aman, meski banyak yang membuat emosi disetiap pagi, karena ada ribuan orang yang sibuk dengan urusan mereka masing masing, mulai dari mengantar anak anak sekolah, bekerja, pergi berbelanja ke pasar. Sungguh setiap pagi yang sibuk.
Tapi aku sudah biasa dengan keadaan seperti ini.Tiba disekolah, banyak orang yang menyapaku, dan menanyakan tentang lomba kemarin, membuatku teringat bagaimana reaksi Ayah melihat hasil yang ku dapatkan.
"Aku juara dua" Kata ku pelan menyebutkan hasil yang kudapatkan kemarin, tapi Ayah dan teman ku sungguh berbeda.
"Benarkah?! keren banget sih"
"Anjay, mantap Varius"
"Bangga gua punya temen kayak lu"
Sudah ku duga, kata kata merekalah yang sudah ku tunggu kan sejak kemarin, bahkan sebelum aku tidur, aku sudah mengharapkan mereka berkata seperti itu.
Kata kata mereka bagaikan sebuah bunga yang mekar di padang pasir.
Terimakasih.Sebuah tangan terulur untuk memberikan salaman, kemudian aku meraih tangan itu.
"Selamat Varius, tak ku sangka kau bisa menjuarai lomba itu, bahkan aku tidak yakin bisa mendapatkan hasil seperti mu"
Aku tersenyum mendengar perkataan nya, dan mengangguk.
"Makasih Cekay, akhirnya kau menyadari bahwa akulah yang paling hebat"
Perkataan ku membuat Cikay sedikit kesal, dan menggenggam tanganku dengan lebih erat, seakan ingin meremukkan tulang telapak tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET YOU, AT THE SEA
AksiSejak kecil, Varius selalu di perlakukan kasar oleh ayahnya, yang bertujuan agar Varius selalu tetap siaga menghadapi masalah apapun. Namun bukan itu yang di inginkan Varius *** Saat masih kanak kanak, ia selalu di ejek teman temannya, karena Varius...