Hutan itu begitu sunyi, dan seolah segala hal yang pernah ada di dalamnya telah menghilang begitu saja. Tidak ada suara angin, tidak ada suara binatang malam yang biasanya berkeliaran. Seolah alam pun menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Evie berdiri terpaku, matanya tidak bisa berhenti mengawasi dua sosok vampir yang berada di depannya. Semuanya terasa begitu gelap, dan kehadiran mereka hanya membuat kegelapan semakin mencekam.Di hadapannya, Lucien, sosok vampir yang telah mengungkapkan dirinya sebagai pemimpin dari keluarga vampir yang berkuasa. Mata Evie tertuju pada tubuhnya yang terlihat sangat tinggi dan tegap, hampir tampak tak terkalahkan. Dan meskipun dia belum terlalu mengenal Lucien, rasanya ada perasaan yang mengikat dirinya pada sosok ini—perasaan yang begitu kuat, bahkan lebih kuat daripada kebingungannya tentang siapa dirinya.
“Aku tidak tahu apakah bisa mempercayaimu,” kata Evie, suaranya penuh kebingungan. Ia berusaha mempertahankan ketenangannya, meskipun jantungnya berdebar sangat keras. "Setelah apa yang aku lihat, aku tidak tahu apakah harus mempercayai seorang vampir."
Lucien tetap diam sejenak, tatapannya masih menatapnya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Evie merasa seperti dia sedang diperiksa, bahkan mungkin diuji. "Aku hanya ingin melindungimu," jawabnya dengan suara yang dalam, penuh tekanan. "Dari bahaya yang mungkin datang. Dari segala sesuatu yang akan mengejarmu."
Evie memandangnya dengan mata penuh pertanyaan. Dia merasa perasaan takutnya semakin meningkat, dan meskipun dia berusaha keras untuk tetap tenang, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa mempercayai setiap kata yang keluar dari mulut Lucien. "Melindungiku?" gumamnya. "Dari apa? Dari siapa? Aku sudah melihat sendiri apa yang terjadi sebelumnya. Itu bukan pertarungan biasa."
Lucien berusaha mendekat, mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut. Tetapi ada kesunyian yang terasa begitu berat di antara mereka. Evie merasakan ada sesuatu yang ganjil, sebuah ketegangan yang membuatnya merasa tidak nyaman. "Aku tahu kau merasa bingung, Evie. Tapi percayalah, aku tidak akan membiarkanmu jatuh ke tangan yang salah."
Evie menunduk, matanya berusaha menghindari tatapan Lucien. “aku... aku benar-benar tidak tahu siapa kamu. Apa yang kamu inginkan dariku?” Tanyanya dengan suara sedikit bergetar. “aku... aku hanya merasa bingung.”
Namun sebelum Lucien bisa memberi penjelasan lebih lanjut, suara yang penuh ejekan terdengar dari belakang mereka, menggema di seluruh hutan. “Lucien, masih saja mencoba mengklaim sesuatu yang bukan milikmu?” Suara itu begitu familiar dengan aura gelap yang menyertainya. Seolah suara itu berasal dari dunia yang sangat jauh, penuh ancaman dan sarkasme.
Evie membalikkan tubuh dengan cepat, matanya terbelalak ketika sosok itu muncul di antara pepohonan yang lebat. Sosoknya sangat tinggi, dengan rambut merah menyala yang tampak berkilau dalam cahaya rembulan. Kesan pertama yang didapat Evie adalah bahwa pria ini lebih menyeramkan dari Lucien. Bahkan ketika berdiri tegak di tengah kegelapan hutan, sosoknya seolah memancarkan aura berbahaya yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih dingin.
Damon elvranco.
Dia berdiri dengan sikap yang penuh percaya diri, seolah seluruh dunia adalah miliknya. Rambut merahnya tampak berapi-api, berkilau dalam gelap, dengan poni yang tergerai rapi menutupi sebagian wajahnya. Kulitnya yang pucat kontras dengan kilauan merah pada rambutnya, seperti darah yang terperangkap dalam tubuh yang sudah lama mati. Dan mata... matanya berwarna emas kecoklatan, hampir seperti perunggu yang terbakar oleh api. Mata itu tampak tajam, berkilau dengan sorot yang penuh perhitungan, memancarkan rasa haus yang dalam. Setiap gerakannya, setiap detiknya, terasa seperti ancaman yang tak terucapkan, seolah seluruh dunia harus tunduk padanya.
Evie merasakan ketegangan yang luar biasa ketika sosok itu melangkah maju. Pria ini bukan hanya sekedar vampir biasa—dia adalah sosok yang berbahaya, dengan aura yang sangat gelap dan mematikan. Ketika matanya bertemu mata Evie, rasanya seperti jiwanya sedang ditarik ke dalam pusaran yang tak bisa dia hindari.
Lucien yang sedang berusaha mendekatkan diri pada Evie, kini terhenti. Ia memutar tubuhnya dengan cepat, wajahnya langsung berubah menjadi penuh amarah begitu melihat Damon. "Damon," katanya dengan suara yang tertekan dan penuh kebencian. “Apa yang kau inginkan di sini?”
Damon menyeringai, senyumnya menyebar begitu lebar, tetapi ada sesuatu yang sangat dingin dalam ekspresinya. "Oh, aku cuma ingin melihat bagaimana kamu bertahan hidup dalam klaimmu sendiri, Lucien," jawabnya dengan nada penuh ejekan, seolah menganggap semuanya hanya permainan. “Apa kamu pikir kau bisa mengklaimnya begitu saja?”
Evie bisa merasakan ketegangan yang sangat kental di antara mereka. Ia merasa seolah dirinya adalah objek yang sedang diperebutkan, sesuatu yang begitu berharga sehingga dua sosok ini, dua vampir kuat, tidak ragu untuk berkelahi satu sama lain.
“Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan dariku,” Evie berkata, suaranya serak karena kebingungannya yang semakin dalam. “Apakah kalian mau saya bergabung dengan kalian?”
Lucien mengangkat alisnya, matanya penuh dengan rasa kecewa dan frustrasi. "Aku tidak menginginkan apapun selain melindungimu," jawabnya dengan tegas. "Aku yang pertama menemukannya, dan aku yang akan melindunginya dari bahaya."
Tapi Damon hanya tertawa sinis. "Lucien, kamu selalu begitu. Sungguh memalukan," katanya sambil berjalan maju dengan langkah santai, seolah dia sudah tahu betul apa yang akan terjadi. “Kamu benar-benar berpikir bisa menang begitu saja? Dunia ini jauh lebih rumit dari yang kau kira.”
Evie berbalik, tatapannya berpindah-pindah antara Damon dan Lucien. Semua yang terjadi begitu cepat, dan ia merasa semakin terjebak. “Apa yang kalian inginkan dariku? Mengapa saya yang harus terjebak dalam permainan kalian?”
Lucien menatap Damon dengan penuh amarah, ia bisa merasakan perasaan marah yang mendalam menguasai dirinya. “Evie adalah milikku,” katanya dengan suara penuh penekanan, seolah dia tidak bisa menerima kenyataan lain. “Aku yang menemukannya lebih dulu. Aku yang melindunginya.”
Damon menyeringai lebar, tatapannya penuh dengan kebanggaan yang mengejutkan. "Oh, kalau begitu, Evie juga milikku," katanya dengan nada yang lebih dingin dari sebelumnya. "Siapa yang berhasil mendapatkan hatinya, itulah yang berhak mengklaimnya."
Evie terdiam, kata-kata mereka terus bergaung dalam pikirannya. “Jadi, saya hanya... barang yang bisa kalian rebut begitu saja?” tanya Evie, suaranya hampir tak terdengar. Hatinya terasa sakit, seolah-olah semua rasa hormat yang ia miliki terhadap kedua vampir tak tau malu ini mulai menghilang begitu saja.
Lucien mencoba untuk mendekat, tetapi Damon langsung menghalangi jalan dengan satu gerakan cepat. “Kau pikir bisa melindungi dia, Lucien?” katanya dengan nada mengejek. “Aku lebih kuat darimu. Lebih pintar. Dan aku sudah lama menginginkan darahnya.”
Damon melangkah lebih dekat, gerakannya begitu cepat, lebih cepat dari yang Evie bisa bayangkan. Ia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, udara di sekitar mereka berubah. Hujan mulai turun dengan deras, dan kilat mulai menyambar dari langit, menambah ketegangan di antara mereka. Petir menyambar tanah, menggetarkan bumi dengan suara yang mengerikan.
Lucien berusaha menghindar, tetapi tubuhnya terlempar oleh kekuatan petir yang begitu besar. Evie melihatnya jatuh ke tanah, tubuhnya terguling beberapa meter. "Lucien!" teriaknya panik, melangkah maju.
Tapi Damon tidak memberi ruang untuk keraguan. “Lucien, kamu selalu terlalu lambat. Begitulah cara kita bermain sekarang,” katanya, suaranya penuh dengan kebanggaan. "Aku akan menjadi pemenang."
Evie berdiri dengan perasaan cemas, namun ada sesuatu dalam dirinya yang terasa tidak bisa dijelaskan. "Kenapa... kenapa saya harus terjebak di antara kalian?" tanyanya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Lucien, meskipun kesulitan, mencoba bangkit, napasnya terengah-engah. “Evie,” katanya dengan suara rendah, penuh penekanan, “Dia milikku. Aku yang pertama menemukannya. Aku yang berhak.”
Damon tersenyum lebih lebar, seperti predator yang siap mengincar mangsanya. “Kamu salah, Lucien. Jika dia adalah milikmu, maka aku akan merebutnya.”
Dengan satu gerakan cepat, Damon melompat maju, mengarahkan serangan dengan kekuatan luar biasa yang membuat tanah di bawah mereka bergetar. Evie bisa merasakan ketegangan yang memuncak, tak bisa menghindar dari kenyataan bahwa pertarungan ini akan menentukan siapa yang akhirnya akan mendapatkan dirinya.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
The VAMPIRE [POST SETIAP HARI MINGGU]
Vampire- Di balik gemerlapnya Lavender City yang modern dan sibuk, tersembunyi sebuah rahasia kelam yang tak banyak diketahui oleh penduduknya. Sebuah kota yang hidup dengan ritme cepat dan penuh warna, namun di dalamnya, ada kekuatan purba yang mengintai...