Evie duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, matanya tidak lepas dari layar laptop yang memancarkan cahaya dingin. Dia sudah berjam-jam mencari informasi, namun tidak ada satu pun artikel yang memberi penjelasan yang memadai tentang vampir-tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hidupnya. Setiap kali dia merasa menemukan petunjuk, informasi tersebut justru berujung pada lebih banyak pertanyaan. Artikel-artikel yang dia temukan sebagian besar terkesan kabur dan penuh dengan mitos, seperti legenda yang tidak bisa dipercaya. Namun, ada sesuatu yang berbeda tentang para vampir ini. Sesuatu yang membuatnya yakin bahwa mereka bukan hanya cerita belaka.
Penasaran, Evie menggulir lebih jauh lagi, membuka situs-situs yang lebih dalam, lebih gelap, seperti forum-forum yang membahas hal-hal aneh. Beberapa bahkan memuat diskusi tentang "darah suci" yang terus-menerus disebut-sebut dalam cerita-cerita yang ia baca. Nama Lucien, yang sejak beberapa hari lalu menghantui pikirannya, sering muncul di artikel-artikel tersebut, terhubung dengan cerita-cerita lama tentang kerajaan vampir yang menginginkan darah tersebut. Dia semakin terjerat dalam pencarian ini. Semakin banyak informasi yang ia gali, semakin besar rasa takut yang menggerogoti hatinya. Tapi ia tak bisa berhenti. Ia harus tahu lebih banyak. Tentang mereka. Tentang dirinya. Tentang mengapa ia terlibat begitu dalam dalam semua ini.
Berjam-jam berlalu. Mata Evie sudah terasa berat, namun ia tidak bisa berhenti. Setiap baris artikel seperti memanggilnya lebih dalam ke dalam misteri ini. Namun, ketika dia mulai merasa hampir putus asa, matanya menangkap satu kalimat yang berbeda-sebuah petunjuk penting. Petunjuk yang membuatnya berhenti sejenak dan merenung.
"Ada satu cara untuk mengalahkan mereka... tetapi itu akan membutuhkan lebih dari sekadar keberanian."
Evie menatap kalimat itu dengan cermat. Apakah ini jawabannya? Apakah dia sudah menemukan jalan keluar dari ketegangan yang membelenggunya? Ia berpikir keras, mencoba menghubungkan apa yang baru saja ia baca dengan apa yang telah terjadi padanya sejak pertemuannya dengan Lucien dan Damon. Ketakutannya mulai meresap, tetapi ia tahu satu hal-dia tidak bisa mundur sekarang.
Namun saat itu, suasana di sekelilingnya berubah. Sebuah angin kencang berhembus dari luar, mengguncang jendela apartemennya. Evie terkejut dan sejenak berhenti menatap layar laptop. Ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang membuat bulu kuduknya merinding. Ia menoleh ke arah jendela besar yang menghadap ke kota. Di luar sana, langit sudah gelap, dan hanya ada gemerlap cahaya lampu kota yang tampak dari jauh.
Angin bertiup lebih keras. Evie merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Siapa itu?" pikirnya, hatinya berdebar. Tapi sebelum dia sempat memikirkan lebih jauh, sebuah bayangan gelap meluncur cepat di luar jendela, seolah melayang di udara. Evie membeku.
Ketika ia menatap lebih dekat, sebuah sosok muncul di balik jendela-sebuah sosok yang begitu familiar, namun juga begitu asing. Damon. Dia berdiri di luar jendela, memandangnya dengan tatapan tajam, seolah tak terpengaruh oleh angin yang berhembus kencang. Tanpa suara, Damon melompat, melayang dengan kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti oleh mata. Dalam sekejap, dia sudah berada di ambang jendela, di atas balkon, menyandar dengan santainya seperti tak ada yang aneh.
Evie terkejut, hampir tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Damon berdiri di sana, dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya, seolah semuanya begitu mudah baginya. "Takut?" katanya, suaranya seolah berbaur dengan angin malam yang dingin.
Evie tersentak mundur, tetapi herannya, meskipun dia merasa takut, ada rasa nyaman yang tidak bisa ia pungkiri. Rasa yang begitu kuat, seolah dia sudah mengenal Damon lebih lama dari yang dia kira. Tidak ada pintu yang terbuka, tidak ada suara langkah kaki yang biasa. Hanya ada Damon, berdiri di luar sana, dengan angin yang menderu di sekelilingnya.
"Aku di sini," lanjut Damon, matanya menyiratkan sesuatu yang sulit diungkapkan. "Ada banyak yang harus kita bicarakan."
Evie terdiam, tubuhnya gemetar, tetapi ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok itu. Ia tahu, seharusnya dia takut. Tapi kenapa ia merasa seperti ini? Kenapa kehadiran Damon justru terasa... menenangkan? Ada sesuatu dalam diri Damon yang membuat Evie tidak bisa menjauh, meskipun segala instingnya berteriak untuk melarikan diri. Tatapan Damon yang intens, senyumannya yang memikat-semuanya terasa membingungkan dan... menghipnotis.
Evie ingin berbicara, ingin bertanya mengapa Damon ada di sana, tetapi kata-kata seolah terkunci di tenggorokannya. Hanya detak jantungnya yang terdengar, berpacu dengan cepat. Evie merasa seperti berada di dalam mimpi yang tak bisa ia jelaskan, sebuah mimpi yang datang terlalu nyata dan membingungkan. Tetapi satu hal yang pasti-kehadiran Damon sudah mengubah segalanya.
"Aku... aku tidak mengerti," akhirnya Evie berbisik, suaranya hampir tidak terdengar. "Apa yang kamu inginkan?"
Damon tetap diam, matanya tetap pada Evie, seolah mencoba memahami apa yang ada dalam pikirannya. "Aku ingin kamu tahu bahwa ada banyak hal yang tidak kamu mengerti tentang dunia ini," jawab Damon, suara rendah dan dalam. "Dan aku di sini untuk membantu kamu memahami semuanya."
Evie menggigit bibir bawahnya. "Bantu aku?" ulangnya, masih tidak yakin dengan kata-katanya. "Bagaimana bisa aku mempercayaimu? Kamu adalah..."
Damon mengangkat tangan, seolah meminta Evie untuk berhenti bicara. "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Aku tahu kamu takut." Suaranya berubah menjadi lebih lembut, seolah mencoba meredakan kegelisahan di hati Evie. "Tapi percayalah, aku bukan musuhmu."
Evie menatap Damon, masih merasa ada sesuatu yang ganjil dalam dirinya. Dia ingin percaya, tetapi segala sesuatu yang terjadi terlalu cepat, terlalu asing. "Kenapa aku merasa... nyaman di dekatmu?" gumamnya, lebih pada dirinya sendiri daripada pada Damon.
Damon tersenyum, senyum tipis yang tidak mengungkapkan banyak hal, namun Evie merasa seperti senyuman itu mengandung lebih dari sekadar ketenangan. "Itu karena aku tahu bagaimana caranya membuatmu merasa nyaman. Aku tahu apa yang kamu butuhkan," jawab Damon dengan nada yang hampir tidak bisa dipahami, penuh dengan misteri.
Tiba-tiba, Evie merasa seperti ada yang berubah dalam dirinya. Rasa takut yang tadi menguasainya perlahan menghilang, digantikan dengan ketenangan yang membuatnya merasa lemah. Ada sesuatu yang meresap dalam dirinya—sebuah rasa aneh, namun menenangkan, seperti ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya yang sedang bekerja. Namun, perasaan itu tidak menyurutkan rasa penasaran yang membara dalam hatinya.
Damon mendekat sedikit, meski dia tidak bergerak lebih jauh, tetap berada di luar jendela, seolah menjaga jarak, namun sikapnya begitu meyakinkan. Matanya, yang tajam dan penuh rahasia, memandang Evie dengan intensitas yang sulit dijelaskan. Ada sesuatu yang begitu dalam di balik tatapan itu, seperti ada kisah panjang yang belum pernah diceritakan.
"Ada banyak yang harus kita bicarakan, Evie," kata Damon, suaranya tenang namun penuh bobot. "Dan kamu harus siap untuk mengetahui lebih banyak."
Evie mengangguk perlahan, hatinya berdebar lebih cepat, meskipun kata-kata Damon semakin menyelimutinya dengan rasa kebingungan. Ia tahu, pertemuan ini bukanlah kebetulan. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan yang lebih besar, perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Sesuatu di dalam dirinya seakan tahu bahwa ini adalah awal dari segalanya, bahkan jika ia belum sepenuhnya memahami apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun, sebelum Evie sempat mengucapkan sepatah kata pun, Damon tiba-tiba bergerak. Tanpa banyak bicara lagi, tanpa peringatan, dia mengangkat Evie dengan satu gerakan cepat yang membuatnya terkejut. Tangan Damon begitu kuat, menggenggam tubuh Evie dengan lembut namun pasti, seolah ia tahu persis apa yang ia lakukan. Evie tidak sempat merespon, sebelum ia sudah berada dalam pelukan Damon, tubuhnya terangkat dengan mudah.
Dengan gerakan yang lincah dan cekatan, Damon melompat ke luar jendela, membawa Evie bersamanya. Angin malam menerpa wajah mereka, mengalir deras seiring dengan tubuh mereka yang meluncur melalui udara. Evie hanya bisa terdiam, terperangkap dalam momen itu. Semua terasa begitu cepat, tapi sekaligus begitu nyata. Jantungnya berdebar hebat, campuran antara rasa takut dan perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan.
continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
The VAMPIRE [POST SETIAP HARI MINGGU]
Vampire- Di balik gemerlapnya Lavender City yang modern dan sibuk, tersembunyi sebuah rahasia kelam yang tak banyak diketahui oleh penduduknya. Sebuah kota yang hidup dengan ritme cepat dan penuh warna, namun di dalamnya, ada kekuatan purba yang mengintai...