bab 2 || hunting in the dark forest

523 31 2
                                    

Evie bergegas menutup pintu apartemennya dengan pelan, mengusap keringat yang menetes di pelipisnya. Malam itu, dia memutuskan untuk mengunjungi Sarah, teman terdekatnya, yang tinggal tidak jauh dari apartemennya. Tas kecil berisi makanan ringan, ponsel, dan charger-nya sudah siap di tangannya.

Evie memilih untuk berjalan kaki, menghindari biaya transportasi yang mencekik dompetnya. Langkah kakinya menjejak trotoar kota yang sepi di bawah cahaya bulan yang remang-remang.

Dia tak menyadari seorang vampir sedang mengawasi gerakannya dari kejauhan. Vampir itu bernama Darius, seorang vampir muda yang haus akan darah manusia.

Darius telah memantau Evie sejak dia meninggalkan apartemennya. Bau darah Evie yang unik telah menarik perhatiannya sejak lama. Darius yakin bahwa Evie adalah pemilik darah suci yang dicarinya.

Darius mendekati Evie dengan senyap. Dia menarik Evie dengan lengannya yang kuat dan cepat, membuat Evie lengah dan menjatuhkan tasnya dijalan.

Darius menyeret Evie ke dalam hutan dekat apartemennya dengan cepat dan tanpa perlawanan. Evie terkejut dan takut ketika dia dipaksa masuk ke dalam hutan yang gelap dan menyeramkan.

Darius mendorong Evie semakin dalam ke dalam hutan. Pepohonan yang menjulang tinggi menghalangi cahaya bulan, menciptakan bayangan gelap yang menakutkan di sekitar mereka. Angin malam berhembus kencang, membawa aroma tanah basah dan daun yang patah, namun itu tidak cukup untuk menutupi bau darah yang semakin tajam. Darius menoleh ke Evie, matanya penuh dengan nafsu, bersiap untuk melanjutkan rencananya. "Kau akan menjadi milikku," bisiknya dengan suara serak, merayap ke telinga Evie seperti bisikan setan.

Namun, sebelum tangannya yang dingin bisa menyentuh kulit Evie, udara di sekitar mereka tiba-tiba berubah. Suara geraman mengerikan mengguncang hutan, menggema begitu keras sehingga tanah seakan bergetar. Darius menoleh, matanya menyipit, berusaha mengidentifikasi sumber suara itu. Hutan itu terasa sepi sejenak, dan dalam keheningan yang mencekam itu, sebuah sosok muncul dari balik bayang-bayang pohon.

Lucien. bagaimana lucien bisa ada disini?

Jadi di lain tempat, tepatnya di kediaman keluarga lucien. dalam ruang makan istana yang megah, suara tawa saudara-saudaranya mulai mereda. Meski ada kebersamaan yang tercipta di antara mereka, Lucien merasa asing, terasing dalam kehangatan yang tak mampu mengusir kegelapan yang menyelebungi dirinya. Malam ini bukan waktu untuk bercanda. Ada sesuatu yang menarik perhatian seluruh kesadarannya—sesuatu yang telah lama hilang dari dunia ini.

Dia berdiri, tanpa sepatah kata pun, dan melangkah keluar dari istana. Angin malam menyambutnya, tetapi tidak cukup untuk menenangkan hasrat yang membara dalam dirinya. Di luar, kegelapan hutan menunggu. Hutan yang selalu dia kenal sebagai tempat terbaik untuk berburu.

Namun, malam ini berbeda. Malam ini ada sesuatu yang lebih dari sekadar pemburuan biasa.

Begitu Lucien melangkah lebih dalam ke dalam hutan, sesuatu yang sangat tajam menembus indera penciumannya. Sebuah aroma yang menguasai seluruh kesadarannya, seakan menghantamnya dengan kekuatan yang tak tertahankan.

Darah suci.

Bau itu begitu kuat, begitu murni, begitu... menggoda. Sumber dari aroma ini bukan hanya darah biasa, tetapi darah yang mengalir dengan kekuatan luar biasa. Darah yang selama ribuan tahun telah menjadi obsesinya, darah yang sangat langka dan berharga—darah suci.

Lucien berhenti sejenak, tubuhnya membeku dalam ketegangan. Semua ingatannya tentang pencarian panjangnya, segala usaha yang tak terhitung jumlahnya, seakan mengalir kembali ke dalam dirinya.

Darah suci. Akhirnya. Akhirnya, dia menemukan jejaknya.

Matanya menyala lebih terang, meredupkan bayang-bayang di sekitarnya dengan cahaya merah yang menyala. Tidak ada waktu untuk meragu. Tanpa berpikir dua kali, Lucien melesat maju.

The VAMPIRE [POST SETIAP HARI MINGGU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang