BAB 6 || Damon Elvranco

35 4 0
                                    

Damon melompat dengan lincah, dan dalam sekejap, tubuh Evie sudah terangkat dari tanah. Udara dingin malam menyapu tubuh mereka, menusuk hingga tulang. Dunia di sekitar mereka perlahan menghilang, seolah semua yang pernah dikenal Evie kini lenyap dalam kegelapan. Hanya ada mereka berdua, terbang tinggi melintasi kota Lavender yang semakin menjauh. Lampu-lampu kota yang redup terlihat seperti kunang-kunang kecil dari ketinggian, menari di dalam lautan hitam.

Evie memejamkan mata sesaat, mencoba menenangkan debar jantungnya yang liar. Pelukan Damon begitu erat, dingin seperti es, namun terasa begitu kokoh dan melindungi. Jantung Damon, meski lemah denyutnya, memancarkan kehadiran yang menenangkan. Sesaat, Evie merasa seperti berada dalam dimensi lain, sebuah tempat di mana ketakutan dan keraguan tidak memiliki tempat.

Angin menggulung tubuh mereka, membuat rambut panjang Evie beterbangan tak terkendali. Ia hampir tak berani membuka matanya, takut akan ketinggian yang mencengkeram pikirannya. Namun, sesekali ia mengintip dari balik pelukan Damon, melihat bagaimana gedung-gedung tinggi kota Lavender perlahan menjadi titik-titik kecil yang tenggelam dalam hamparan malam.

"Kemana kita pergi?" tanya Evie dengan suara nyaris berbisik, mencoba memecah keheningan.

Damon tidak langsung menjawab. Wajahnya tetap fokus ke depan, matanya yang berwarna emas kecokelatan bersinar redup di bawah cahaya bulan. Tubuhnya bergerak seolah ia adalah bagian dari angin, melesat tanpa hambatan. Setelah beberapa saat yang terasa abadi, ia akhirnya menjawab dengan suara yang rendah namun mengandung otoritas.

"Kita menuju tempat yang jauh, Evie. Tempat yang hanya sedikit orang yang tahu," jawabnya. "Di sana, kamu akan belajar lebih banyak tentang diriku. Tentang masa lalu yang kubawa. Tentang kebenaran di balik semua ini."

Evie menelan ludah, merasa ada sesuatu yang besar menunggu mereka di ujung perjalanan ini. "Tentang Lucien juga?" tanyanya hati-hati, mencoba mencari kepastian.

Damon meliriknya sekilas, dan untuk pertama kalinya, Evie melihat sedikit kelembutan bercampur kesedihan di matanya. "Ya," jawab Damon, pendek namun berat. "Tentang dia, tentang aku, tentang kami."

Keheningan kembali menguasai mereka, hanya dipecahkan oleh suara angin yang melolong di telinga. Evie menarik napas dalam, mencoba menyusun pertanyaannya. "Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian? Mengapa kalian seperti musuh?"

Damon terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. Angin di sekeliling mereka seolah ikut menyerap kepedihan yang terpancar dari wajahnya. Perlahan, ia mulai berbicara.

"Lucien dan aku tidak selalu seperti ini," ujarnya. "Dulu, kami bukan musuh. Kami adalah dua vampir muda yang dilahirkan dalam keluarga besar dengan tradisi yang sama. Aku adalah satu-satunya anak dalam keluargaku, penerus takhta yang dilatih untuk menjadi yang terkuat. Sedangkan Lucien... dia berasal dari keluarga yang dulu tidak sekuat kami, tetapi memiliki ambisi yang tak tertandingi. Dia ingin menjadi yang terbaik, bahkan jika itu berarti menjatuhkan aku."

Evie mendengarkan dengan saksama, matanya melekat pada wajah Damon. Ada sesuatu dalam nada suaranya-sebuah luka lama yang tampaknya masih menganga, belum tersentuh waktu.

"Sejak kecil, kami selalu bersaing," lanjut Damon, suaranya kini lebih pelan, seolah ia berbicara pada dirinya sendiri. "Berlatih bersama, bertarung dalam segala hal. Fisik, kecerdasan, strategi-kami selalu mencoba membuktikan siapa yang lebih unggul. Awalnya, itu hanyalah sebuah permainan. Tapi seiring waktu, ambisi kami tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar dari itu."

Evie menggigit bibir bawahnya, merasa ada perasaan berat yang menggantung di udara. "Lalu apa yang membuat semuanya berubah?" tanyanya, mencoba menggali lebih dalam.

Damon tersenyum getir, senyuman yang penuh kegetiran. "Pengkhianatan," jawabnya singkat, namun cukup untuk membuat darah Evie berdesir. "Aku adalah pewaris sah, tapi Lucien ingin mengambil segalanya dariku. Dalam sebuah pertempuran yang seharusnya bersahabat, dia melukai aku... menghancurkan semua yang pernah aku miliki."

The VAMPIRE [POST SETIAP HARI MINGGU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang