Pertempuran Tanpa Pedang (1)

37 21 2
                                    

Malam ketika perjamuan istana beberapa hari yang lalu.

Di aula utama, cahaya lembut dari ratusan lentera yang menggantung di langit-langit menciptakan suasana yang hangat dan menenangkan.

Beberapa bangsawan tampak larut dalam keceriaan, saling menuang arak dengan senyum lebar, berbincang akrab sambil menikmati hidangan yang tersaji. Di hadapan mereka, meja panjang dihias rapi dengan berbagai hidangan lezat—buah-buahan segar yang menggoda, arak harum yang berkilau, serta masakan khas dari penjuru negeri yang menggugah selera, sebagai simbol dari persatuan yang kuat dibawah naungan Kekaisaran Beihe.

Perjamuan ini diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Permaisuri. Meskipun jamuan diatur dengan sederhana dan jauh dari kata mewah layaknya pesta Kekaisaran pada umumnya, akan tetapi, setiap detailnya tetap memancarkan keagungan dan menjaga formalitas.

Kaisar duduk di atas singgasana yang menjulang tinggi di ujung aula, berpakaian jubah kekaisaran berwarna emas yang berkilauan di bawah cahaya lentera. Sebuah mahkota berlapis giok dan permata menghiasi kepalanya, memberikan wibawa yang tak terbantahkan. Di sisinya, permaisuri duduk anggun dengan pakaian phoenix bersulam emas, senyumnya tipis tapi ekspresi kebahagiaannya tak bisa ditutupi.

Di barisan para selir, tak jauh dari singgasana Kaisar dan Permaisuri, Shen Qian Ling duduk anggun dengan pakaian berwarna merah muda. Beberapa aksesori berkilauan tersusun rapi di rambutnya, menambah sentuhan mewah pada penampilannya. Sebagai seorang Selir Agung, ia berhak menempati posisi terhormat di dekat pasangan kerajaan, membuat kehadirannya semakin menonjol di antara para selir lainnya.

Tak berapa lama, suara musik tradisional memenuhi aula, menandakan dimulainya hiburan malam.

Pipa dan seruling bambu berpadu harmonis dengan alunan erhu, menciptakan suasana memukau yang menyelimuti ruangan. Para penari istana memasuki aula dengan langkah anggun, mengenakan pakaian berwarna-warni yang berkibar di setiap gerakan mereka. Gemerincing aksesori di pakaian mereka menyatu dengan irama musik, seolah menjadi bagian dari alunannya.

Kaisar tampak menikmati pertunjukan, sambil sesekali melirik Permaisuri dengan sorot mata yang penuh perhatian. Meski mengenakan topeng besi, tatapannya dengan jelas mengungkapkan betapa besar rasa cintanya. Sementara itu, para bangsawan tampak terpukau, mengagumi kemegahan hiburan yang berlangsung di hadapan mereka. Dengan senyum lebar, mereka saling berbisik, menuangkan arak satu sama lain, dan tenggelam dalam kemeriahan.

Saat tiba waktunya pemberian hadiah, para tamu yang hadir berlomba-lomba menyuguhkan yang terbaik demi menyenangkan hati Permaisuri. Permata berkilauan, perhiasan mewah, kain sutra impor, lukisan kuno, hingga barang-barang antik yang hanya didapatkan dari negeri asing tampak berbaris di hadapan permaisuri. Namun, hal berbeda tampak dilakukan oleh Shen Qian Ling, dia hanya memberikan sekendi arak, sebuah hadiah yang tampak begitu kontras di antara kemewahan lainnya.

Pada waktu ini, Shen Qian Ling melangkah anggun menuju tengah aula, setiap gerakannya terjaga dengan sempurna, memancarkan ketenangan. Begitu tiba di hadapan Kaisar dan Permaisuri yang duduk di singgasana, ia menundukkan tubuh dengan penuh hormat, kedua tangan saling menggenggam di depan perut. Dengan senyum lembut, ia membuka suara penuh penghormatan, “Shen Qian Ling memberi hormat kepada Kaisar, semoga Kaisar panjang umur dan berkuasa selamanya. Shen Qian Ling juga memberi hormat kepada Permaisuri, semoga Permaisuri panjang umur dan selalu bahagia.” Setelah menyelesaikan penghormatan, ia memberi isyarat halus, segera setelah itu seorang pelayan tampak memasuki aula—membawa hadiah yang hendak dia berikan.

Pelayan itu tampak gugup, tubuhnya sedikit gemetar saat melangkah maju. Sesekali ia meneguk ludahnya, namun matanya yang tajam seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih gelap. Shen Qian Ling, dengan senyum yang masih merekah di wajahnya,  tanpa ragu mengambil arak itu dari tangannya, seolah tidak melihat keanehan yang pelayan itu perlihatkan.

The Light that Breaks the DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang