Pertempuran Tanpa Pedang (2)

40 13 4
                                    

Setelah menghadiri rapat Kekaisaran sebagai saksi dari kasus pembunuhan Permaisuri, Xu Li Qiao tampak berbaring malas di atas kursi kayu dengan sandaran tinggi. Cahaya matahari senja yang menembus celah pepohonan, menciptakan bayangan lembut di area wajahnya yang ditutupi oleh buku terbuka.

Yan'er, yang setia disisinya, melambaikan kipas bambu dengan lembut, sementara Yu'er yang tengah sibuk mengupas apel merah terlihat duduk tak jauh darinya. Keduanya terlihat gelisah, memperhatikan majikan mereka yang belum banyak bicara sejak kembali dari rapat Kekaisaran pagi tadi.

"Nona, apakah Anda baik-baik saja?" Yan'er akhirnya memberanikan diri bertanya, sambil melirik ke arah majikannya.

Buku itu sedikit bergerak, saat Xu Li Qiao mengangguk pelan tanpa merubah posisinya, menampakkan sekilas matanya yang tertutup rapat. Melihat hal itu, Yan'er dan Yu'er saling bertukar pandang menampilkan ekspresi khawatir, seraya menghela napas. Keduanya lantas kembali fokus pada kerjaan masing-masing.

Beberapa saat kemudian, Xu Li Qiao tiba-tiba bangkit dengan gerakan cepat, menghempaskan buku yang menutupi wajahnya seolah terdorong oleh kekuatan tak kasat mata.

Suasana yang tadinya tenang dalam sekejap mata seolah berubah menjadi ketegangan. Yan'er, yang masih memegang kipas bambu hampir saja menjatuhkannya, begitupula dengan Yu'er yang langsung berhenti mengupas apel. Mereka berdua serentak mengalihkan pandangan kearah Xu Li Qiao dengan ekspresi terperangah.

“Ada hal yang ingin kutanyakan pada kalian,” ucapnya tanpa basa-basi, sembari membenahi posisinya menjadi duduk tegap.

"Selir Shen, apa yang ingin Anda ketahui?" jawab Yu'er, yang sedikit lebih berani di antara mereka berdua. Meskipun terlihat berusaha tenang, ada sedikit keraguan dalam nada suaranya, menunjukkan ketegangan yang tersembunyi.

Xu Li Qiao menatap lurus ke arah mereka, dengan tatapan tajam namun penuh tanda tanya besar. “Yu'er, bukankah tadi pagi kamu mengatakan kalau sebelumnya aku pernah meminta bantuan Perdana Menteri untuk mencari tahu siapa dalang di balik kasus pembunuhan permaisuri?”

Yu'er mengangguk pelan. “Benar, Selir Shen.”

Xu Li Qiao mendecak pelan, wajahnya sedikit menampilkan kekesalan. “Sudah kubilang, tidak perlu memanggilku Selir Shen. Panggil saja aku, Nona,” ujarnya tegas. Dia kemudian menambahkan, “Bukankah kalian juga memanggilku dengan sebutan Nona saat aku bangun? Dan bahkan beberapa saat yang lalu juga masih begitu kan? ” Meskipun ia berusaha menerima identitas barunya, Xu Li Qiao tetap merasa aneh setiap kali orang-orang menyebutnya dengan nama ‘‘Shen Qian Ling’, ‘Selir Shen’ atau ‘Yang Mulia.’

Yu'er tampak menelan ludah, ekspresi wajahnya dipenuhi kecemasan. “Itu... karena saya sudah terbiasa memanggil Anda dengan sebutan Nona sebelumnya.”

“Kalau begitu, mulai sekarang dan seterusnya, panggil saja aku Nona.” Kata Xu Li Qiao.

“Kalau begitu, hubungan seperti apa yang sebenarnya kumiliki dengan Perdana Menteri?”

Yu'er menghela napas, ekspresinya tampak bingung menghadapi pertanyaan majikannya. “Yu'er tidak mengerti apa yang Nona maksud,” ujarnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. “Tentu saja itu hubungan keluarga.”

“Tentu saja aku sudah tahu bahwa Shen Qian Ling memiliki hubungan keluarga dengan Perdana Menteri Shen karena mereka berbagi marga yang sama, hanya saja, itu bukan yang kumaksud,” gumam Xu Li Qiao dalam hati.

“Sepertinya aku salah mengajukan pertanyaan.”

Ia kemudian tersenyum tipis, berusaha berbicara dengan nada sehalus mungkin dan memilih kata-kata yang paling mudah dimengerti. “Maksudku... apakah kamu tahu jika aku dan Perdana Menteri pernah terlibat dalam semacam kerja sama, atau... mungkin urusan lainnya?”

The Light that Breaks the DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang