Hari-hari berlalu dengan perasaan Elara yang tak menentu. Meski pertemuannya dengan pria misterius itu membuatnya takut, rasa penasaran yang membara justru semakin besar. Dia mulai memperhatikan setiap hal kecil di sekitar Lucian dan keluarganya, mencoba mengaitkan potongan-potongan informasi yang ia peroleh.
Suatu sore, Elara menerima pesan dari Lucian yang mengajaknya bertemu di sebuah tempat terpencil di pinggiran kota. Lokasi yang dipilih bukan kafe atau restoran mewah seperti biasanya, melainkan sebuah taman tua yang tak banyak dikunjungi orang. Aneh, pikir Elara, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang membuatnya penasaran.
Setibanya di sana, ia melihat Lucian sedang duduk di bangku taman, menatap langit senja dengan ekspresi yang jarang ia tunjukkan. Raut wajahnya lebih murung, dan matanya terlihat seolah penuh beban.
“Elara,” panggilnya pelan saat menyadari kehadirannya. “Terima kasih sudah datang.”
Elara mendekat, duduk di sebelahnya. “Ada apa, Lucian? Kamu terlihat berbeda.”
Lucian menghela napas, tampak ragu sejenak. “Elara, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Aku nggak ingin kamu terus berada dalam situasi yang tidak kamu pahami.”
Elara menatapnya, mencoba membaca ekspresi Lucian. “Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Lucian?”
Sebelum menjawab, Lucian menatap ke arah sekeliling mereka, memastikan tidak ada orang lain di sekitar. Kemudian, ia mulai bercerita dengan nada yang lebih serius dan dalam.
“Keluargaku… bukan keluarga biasa. Kami memiliki bisnis yang tidak hanya bergerak di bidang perusahaan legal. Ada banyak hal yang melibatkan politik, kekuasaan, dan… rahasia gelap. Semua ini bukan sesuatu yang bisa diputuskan begitu saja. Ini sudah terjalin sejak lama,” katanya sambil menghela napas panjang.
Elara terkejut, namun dia berusaha tetap tenang. “Kenapa kamu baru cerita sekarang?”
Lucian memandangnya penuh rasa bersalah. “Aku ingin melindungimu, Elara. Dari awal aku tahu bahwa kedekatan kita bisa berujung masalah untukmu. Banyak orang yang menganggap dekat dengan keluarga Alistair berarti melibatkan diri dalam kekuasaan dan konflik yang rumit. Ada orang-orang yang memata-matai setiap gerak-gerikku, bahkan orang dalam yang berkhianat.”
Elara terdiam, berusaha mencerna kata-katanya. “Jadi… semua ini lebih dari sekadar cinta? Kamu ingin aku menjauh karena kamu takut aku terlibat?”
Lucian mengangguk, tampak muram. “Benar. Tapi semakin kita dekat, semakin sulit bagiku untuk menjauh darimu. Dan sekarang, aku sadar mungkin sudah terlambat untuk menjaga jarak.”
Di saat itu, suara langkah kaki terdengar mendekat. Lucian berdiri cepat, berjaga-jaga. Dari balik bayangan pepohonan, muncul sosok wanita dengan raut wajah dingin. Dia mengenakan setelan hitam yang terlihat begitu rapi, seolah telah lama terbiasa dengan dunia profesional.
“Elara, kenalkan. Ini Cassandra Grey, asisten keluarga kami. Dia sudah bekerja untuk keluarga Alistair sejak aku masih kecil,” ucap Lucian sambil memperkenalkan wanita itu.
Cassandra menatap Elara dengan pandangan tajam. “Jadi, kamu gadis yang mendekati Lucian?” tanyanya dengan nada penuh penilaian.
Elara tersentak, tapi berusaha tidak terintimidasi. “Ya, aku Elara Verinne. Aku dekat dengan Lucian bukan karena urusan keluarga atau bisnisnya, tapi karena kami saling peduli.”
Cassandra tersenyum dingin. “Kamu tahu apa yang kamu hadapi, Elara? Lucian bukan sekadar pewaris, dia adalah sosok yang dipersiapkan untuk mengambil alih semua urusan keluarga. Dan mereka yang berusaha terlalu dekat dengannya... biasanya harus membayar mahal.”
Elara menahan napas, tak tahu harus merespon bagaimana. Namun, ia sadar bahwa saat ini bukan waktunya untuk takut. “Aku tahu apa risikonya, dan aku siap menghadapi apapun untuk tetap berada di sisinya.”
Cassandra tersenyum sinis. “Kita lihat saja seberapa kuat kamu, Elara. Ingat, ini bukan sekadar cinta biasa. Ketika kamu melangkah lebih jauh, kamu bukan hanya berurusan dengan Lucian, tetapi dengan seluruh kekuatan keluarga Alistair.”
Lucian tampak tegang, namun ia melangkah maju, berdiri di antara Elara dan Cassandra. “Cassandra, cukup. Elara tidak akan menjadi korban dari ambisi keluarga kita. Dia bukan orang yang perlu kamu peringatkan.”
Cassandra mengangkat bahu, seolah sudah terbiasa dengan sikap defensif Lucian. “Baiklah, aku hanya ingin memastikan gadis ini paham posisi dan risikonya. Dan, Lucian... kamu harus segera mengambil keputusan. Apakah dia layak untuk terus di sisimu atau tidak.”
Setelah Cassandra pergi, Elara menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Lucian, apa ini benar-benar worth it untuk kamu pertaruhkan?”
Lucian menatap Elara, wajahnya menunjukkan keteguhan yang jarang terlihat. “Elara, aku mungkin tidak tahu bagaimana akhir dari semua ini, tapi satu hal yang pasti… Aku tidak ingin kehilanganmu. Meskipun ini mungkin keputusan yang salah, aku lebih memilih menghadapinya bersamamu daripada menghindar sendiri.”
Malam itu, Elara menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Jika ia memilih tetap bersama Lucian, ia akan menghadapi banyak risiko dan bahaya. Namun, cinta dan rasa penasaran dalam hatinya mendorongnya untuk terus bertahan.
Dengan tekad yang semakin kuat, Elara menggenggam tangan Lucian. “Kalau begitu, aku akan ada di sini. Kita hadapi bersama, apapun itu.”
Dalam diam mereka berdua saling menatap, mengerti bahwa mereka telah memilih jalan yang sulit dan berbahaya, namun keduanya merasa itu layak untuk diperjuangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at the Crossroads of Destiny
RomanceDi persimpangan jalan hidup yang penuh liku, Elara Verinne, seorang gadis sederhana dengan impian besar, dan Lucian Alistair, pewaris perusahaan ternama, bertemu dalam keadaan yang tak terduga. Elara tumbuh dalam kesederhanaan, percaya bahwa cinta s...