Hari-hari berikutnya terasa semakin menegangkan bagi Elara dan Lucian. Mereka terus menggali informasi tentang jaringan Julian, berusaha memahami setiap gerak-gerik pria itu, namun Julian tak pernah menampakkan dirinya secara langsung. Setiap petunjuk yang mereka dapat terasa seperti teka-teki tanpa akhir, seolah Julian menikmati permainan ini dan sengaja membuat mereka tersesat.
Suatu pagi, Elara menerima pesan tak terduga di ponselnya dari nomor yang tidak dikenal. Pesan itu singkat, tetapi penuh ancaman: "Jika kamu tahu apa yang terbaik untuk Lucian, kamu akan menjauh darinya. Atau kamu akan kehilangan lebih dari yang bisa kamu bayangkan."
Elara merasa tubuhnya bergetar membaca pesan itu. Dia tahu ini pasti dari Julian atau salah satu orang kepercayaannya. Dengan hati yang berat, dia mempertimbangkan apakah sebaiknya ia mengikuti ancaman itu demi keselamatan Lucian. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa menyerah bukanlah jalan keluarnya.
Sore itu, saat mereka bertemu di apartemen Lucian, Elara mencoba menahan keresahannya, tetapi Lucian segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
“Ada apa, Ra?” tanyanya lembut, melihat Elara yang tampak gelisah.
Elara menghela napas, merasa bahwa ini bukanlah rahasia yang harus disimpannya sendiri. Dia menunjukkan pesan ancaman itu kepada Lucian. "Aku nggak mau kamu terlibat lebih jauh dalam masalah ini, Lucian. Aku takut... takut kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu."
Lucian membaca pesan itu dengan rahang mengeras. Tatapan matanya menunjukkan kemarahan yang terpendam. “Dia pikir bisa memisahkan kita dengan ancaman seperti ini? Dia salah besar, Ra. Aku tidak akan mundur.”
Elara meremas tangan Lucian dengan cemas. “Tapi, Lucian... ini mungkin lebih berbahaya dari yang kita kira. Kalau Julian benar-benar ingin mencelakai kita, dia pasti punya rencana lebih dari sekadar ancaman. Aku takut kehilanganmu.”
Lucian menatap Elara dengan penuh kasih, lalu menariknya ke dalam pelukannya. “Aku tahu kamu takut, Ra, tapi kita sudah melewati banyak hal bersama. Aku nggak akan mundur, dan aku nggak akan membiarkan Julian menang. Kita akan tetap bersama.”
Namun, di balik ketenangan yang Lucian tampilkan, dia tahu bahwa mereka butuh bantuan tambahan. Hari itu juga, dia menghubungi Leo, meminta bantuan lebih dalam penyelidikan Julian dan koneksi yang mungkin belum terungkap. Leo, yang selama ini bekerja sendiri, mengusulkan untuk melibatkan seseorang yang memiliki informasi tentang dunia kriminal: seorang mantan informan bernama Raka, yang dikenal punya jaringan luas di dunia bawah.
Beberapa hari kemudian, mereka bertemu dengan Raka di sebuah restoran kecil di pinggir kota. Raka, dengan gaya santainya dan pandangan mata yang tajam, tampak seperti seseorang yang biasa hidup di sisi kelam dunia. Ia duduk santai, menunggu mereka untuk mulai bicara.
“Aku dengar kalian punya masalah dengan Julian,” katanya langsung, tanpa basa-basi.
Lucian mengangguk. “Kami ingin tahu semua yang kamu ketahui tentang dia dan jaringannya. Seberapa jauh pengaruhnya, dan apa yang dia rencanakan.”
Raka tersenyum samar. “Julian bukan hanya orang biasa. Dia bagian dari sindikat yang beroperasi secara internasional, dan dia punya banyak ‘tangan’ yang bekerja untuknya. Dia cerdas, penuh perhitungan, dan selalu punya rencana cadangan.”
Elara menelan ludah. “Apakah… apakah ada cara untuk menghentikannya?”
Raka memandangnya serius. “Untuk menghentikan seseorang seperti Julian, kamu harus siap bermain dengan caranya. Dia nggak akan mudah dijebak atau dikalahkan. Tapi ada satu kelemahannya—dia sangat suka tantangan dan sering terlalu percaya diri. Itu mungkin bisa dimanfaatkan.”
Malam itu, Elara dan Lucian merencanakan sesuatu yang besar. Dengan bantuan Raka dan Leo, mereka menyusun rencana untuk menjebak Julian. Mereka berencana untuk membuat Julian percaya bahwa Lucian akan mundur dari hubungan mereka demi keselamatan Elara, memberi ilusi bahwa ancamannya telah berhasil. Dengan begitu, Julian mungkin akan menurunkan kewaspadaannya.
Hari yang ditentukan tiba, dan sesuai rencana, Lucian mengirim pesan pada Julian seolah mengiyakan permintaannya untuk menjauh dari Elara. Pesan itu sederhana namun penuh dengan emosi yang dipalsukan dengan cermat.
“Aku menyerah, Julian. Jika kamu berhenti mengganggu Elara, aku akan menjauh darinya. Aku nggak ingin dia terluka lagi.”
Elara melihat ekspresi Lucian yang mencoba terlihat serius, dan hati kecilnya berbisik bahwa semua ini adalah keputusan yang berisiko. Namun, demi keamanan mereka, Elara tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara.
Beberapa jam kemudian, sebuah pesan balasan dari Julian muncul. Dia terlihat puas, dan bahkan mengatur pertemuan untuk “meresmikan” perjanjian mereka di sebuah tempat yang sepi di luar kota. Lucian dan Elara tahu bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk akhirnya menghadapi Julian secara langsung.
Malam itu, dengan dukungan dari Leo dan Raka yang memantau dari kejauhan, Lucian pergi ke tempat yang dijanjikan. Elara menunggu dengan cemas, memegang ponselnya erat-erat, siap untuk kabar apapun yang mungkin datang.
Namun, ketika Lucian tiba di lokasi, dia mendapati sesuatu yang tidak terduga: Julian tidak datang sendirian. Dia membawa beberapa orang yang tampak seperti penjaga bayaran, mengelilingi Lucian dengan sikap yang mengancam.
Julian tersenyum licik. “Kamu pikir aku benar-benar percaya dengan ‘perjanjian’ ini, Lucian? Aku tahu kamu hanya mencoba menjebakku. Tapi kamu lupa, akulah yang selalu mengendalikan permainan ini.”
Lucian berusaha tetap tenang, tetapi situasinya semakin tegang. Di sisi lain, Leo dan Raka yang memantau dari jarak jauh segera menyadari situasi genting ini. Dengan cepat, Raka menghubungi Elara dan memberitahunya bahwa rencana mereka telah gagal—dan bahwa Lucian berada dalam bahaya besar.
Elara merasa darahnya berdesir. Tanpa pikir panjang, dia meraih kunci mobil dan melaju menuju lokasi pertemuan, tekadnya membara untuk menyelamatkan Lucian. Ini bukan hanya tentang cinta atau dendam lagi, tetapi tentang keberanian untuk melindungi orang yang paling ia cintai, meski harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.
Apakah Elara akan tiba tepat waktu untuk menyelamatkan Lucian? Ataukah Julian telah merencanakan sesuatu yang lebih berbahaya dari yang pernah mereka bayangkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at the Crossroads of Destiny
RomanceDi persimpangan jalan hidup yang penuh liku, Elara Verinne, seorang gadis sederhana dengan impian besar, dan Lucian Alistair, pewaris perusahaan ternama, bertemu dalam keadaan yang tak terduga. Elara tumbuh dalam kesederhanaan, percaya bahwa cinta s...