Hari-hari berikutnya, Elara berusaha menyeimbangkan hidupnya yang kini terasa seperti roller coaster. Di satu sisi, ia tetap menjalani hidup sederhana, bekerja paruh waktu dan fokus pada impiannya. Namun, di sisi lain, hubungannya dengan Lucian menariknya semakin dalam ke dalam dunia yang penuh dengan rahasia, intrik, dan konflik.
Suatu malam, saat Elara sedang bersiap tidur, ia menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Dengan ragu, ia menjawab panggilan itu.
“Elara Verinne?” suara berat seorang pria terdengar di ujung telepon.
“Iya, saya Elara. Dengan siapa ini?” Elara menjawab, meski jantungnya berdebar kencang.
“Kamu mungkin tidak mengenalku, tapi aku mengenal keluargamu… dan masa lalumu.”
Elara terdiam. Pikiran-pikiran gelap mulai berputar di kepalanya. “Siapa kamu? Apa maksudmu?”
Pria itu tertawa pelan, nada suaranya dingin. “Kamu tahu ada hal-hal dari masa lalumu yang lebih baik tetap terkubur. Tapi jika kamu terus mendekati Lucian Alistair, aku takut rahasia itu akan terungkap. Pikirkan baik-baik, Elara. Kamu tak ingin semua orang tahu siapa kamu sebenarnya, bukan?”
Telepon terputus, meninggalkan Elara dalam kebingungan dan ketakutan. Dia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Siapa pria itu? Apa yang dia ketahui tentang masa lalunya? Pikirannya terus melayang-layang tanpa jawaban.
Keesokan harinya, Elara bertemu dengan sahabat baiknya, Selena. Selena selalu bisa menjadi pelampiasan perasaannya ketika Elara merasa tertekan atau bingung.
“Sel, aku nggak tahu harus cerita ke siapa lagi,” Elara memulai, wajahnya tampak lelah.
Selena menatapnya penuh perhatian. “Apa yang terjadi, Ra? Kamu kelihatan kacau.”
Elara menceritakan tentang telepon misterius yang ia terima malam sebelumnya. “Aku nggak tahu siapa orang itu, tapi dia tahu sesuatu tentang masa laluku. Tentang rahasia yang selama ini aku sembunyikan.”
Selena mengernyitkan dahi. “Apa menurutmu ini ada kaitannya sama keluarga Alistair?”
Elara mengangguk pelan. “Kemungkinan besar, Sel. Dunia Lucian nggak seperti yang kubayangkan. Aku baru tahu betapa besarnya pengaruh dan kekuasaan keluarganya. Dan sekarang… sepertinya aku mulai masuk terlalu dalam.”
Selena menghela napas, mencoba mencerna situasi yang Elara alami. “Ra, kamu harus berhati-hati. Mungkin Lucian memang orang baik, tapi keluarganya… siapa tahu apa yang bisa mereka lakukan kalau mereka merasa kamu mengancam posisi mereka.”
Saat itu, Lucian mengirim pesan yang mengajaknya bertemu di sebuah kafe kecil yang biasa mereka datangi. Elara segera pamit pada Selena, berjanji akan menceritakan semuanya setelah pertemuan ini.
Di kafe, Lucian sudah menunggu di meja pojok dengan ekspresi serius. Begitu Elara duduk, dia langsung membuka pembicaraan.
“Elara, ada hal yang perlu kita bahas. Aku menerima laporan bahwa seseorang menghubungimu tadi malam.”
Elara menatap Lucian, merasa kaget sekaligus bingung. “Kamu… tahu tentang telepon itu?”
Lucian mengangguk. “Aku tahu segalanya yang berkaitan denganmu, Elara. Aku memasang pengamanan ekstra untuk memastikan kamu tetap aman. Tapi yang menghubungimu tadi malam… sepertinya seseorang dari masa lalumu. Seseorang yang punya hubungan dengan rahasia yang selama ini kamu simpan.”
Elara merasakan ketakutan merayap dalam dirinya. “Jadi, kamu tahu… rahasia itu?”
Lucian menatapnya dalam-dalam. “Iya, aku tahu, Elara. Tentang masa lalumu yang kelam, alasan kenapa kamu meninggalkan keluargamu, dan kenapa kamu mencoba memulai hidup baru. Tapi aku tidak peduli dengan semua itu. Bagiku, siapa dirimu sekarang jauh lebih penting.”
Elara terdiam, air matanya mulai menggenang. “Aku takut, Lucian. Aku takut masa laluku akan menghancurkan apa yang kita punya.”
Lucian menggenggam tangannya, memberikan rasa hangat dan kenyamanan. “Kita akan melewati ini bersama, Elara. Aku berjanji akan melindungimu, apapun yang terjadi.”
Tiba-tiba, pintu kafe terbuka dan seorang pria bertubuh tegap masuk. Elara langsung mengenalinya—sosok yang sudah lama ia hindari, seseorang dari masa lalunya yang tidak ingin ia temui lagi.
Pria itu menatap Elara dengan senyum dingin. “Sudah lama sekali, Elara. Kukira kamu sudah lupa padaku.”
Elara merasa tubuhnya membeku. Pria itu, Julian, adalah bagian dari masa lalunya yang kelam. Seseorang yang pernah berjanji akan menghancurkan hidupnya jika dia tidak menuruti permintaannya.
Lucian berdiri, mendekati Julian dengan sikap tegas. “Siapa kamu, dan apa maumu dari Elara?”
Julian tertawa kecil. “Oh, aku hanya ingin mengingatkan Elara di mana tempatnya. Kita punya urusan yang belum selesai, bukan begitu, Elara?”
Elara merasa gemetar, tapi keberadaan Lucian di sampingnya membuatnya kuat. Dengan suara yang bergetar namun tegas, ia berkata, “Julian, aku tidak takut padamu lagi. Aku sudah membangun hidup baru, dan aku tidak akan membiarkanmu menghancurkannya.”
Julian mendekat, menyipitkan mata. “Kamu pikir dengan semua ini kamu bisa kabur dari masa lalumu? Aku akan memastikan bahwa kamu dan Lucian tahu betapa seriusnya aku. Hati-hati, Elara. Dunia ini kecil.”
Setelah Julian pergi, Elara menatap Lucian dengan air mata yang berlinang. “Lucian, aku benar-benar takut.”
Lucian memeluknya erat, memberikan perlindungan yang ia butuhkan. “Kita akan hadapi ini, Elara. Bersama. Kamu tidak sendiri lagi.”
Di dalam pelukan Lucian, Elara merasa sedikit lebih tenang. Namun, ia tahu bahwa ancaman Julian bukanlah main-main. Di persimpangan takdir yang penuh misteri ini, cinta mereka akan diuji oleh bayangan masa lalu yang terus mengintai, dan Elara sadar bahwa perjuangan ini baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at the Crossroads of Destiny
RomanceDi persimpangan jalan hidup yang penuh liku, Elara Verinne, seorang gadis sederhana dengan impian besar, dan Lucian Alistair, pewaris perusahaan ternama, bertemu dalam keadaan yang tak terduga. Elara tumbuh dalam kesederhanaan, percaya bahwa cinta s...