Rahasia yang Terpendam

2 1 0
                                    

Keesokan harinya, Elara kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Fakta tentang warisan rahasia Lucian dan kaitannya dengan dirinya membuat segalanya terasa berat. Dia berbaring di tempat tidurnya, mencoba memproses apa yang terjadi. Bagaimana mungkin dia, seorang gadis biasa, bisa terlibat dalam sesuatu yang begitu rumit?

Namun, sebelum pikirannya semakin dalam, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan itu datang dari sahabatnya, Selena Tanaya, seorang gadis yang selalu mendampinginya sejak SMA. Selena adalah sosok yang ceria, tak pernah ragu menyuarakan isi hatinya, dan selalu ada di sisi Elara dalam suka dan duka.

“Ra, kamu lagi sibuk nggak? Aku pengin ketemu! Banyak yang harus aku ceritain nih!” pesan Selena.

Elara tersenyum tipis. Mungkin dia butuh jeda sejenak dari semua hal yang sedang dia alami. Lagipula, Selena selalu berhasil membuatnya merasa lebih tenang.

Mereka pun bertemu di kafe kecil yang sering mereka datangi sejak dulu, tempat yang menjadi saksi bisu berbagai kisah mereka. Begitu melihat Selena masuk, Elara merasa sedikit lega. Ada kehangatan dalam kehadiran sahabatnya yang membuat segala masalah terasa tak terlalu berat.

“Elara Verinne!” panggil Selena sambil memeluknya erat. “Kamu kelihatan lelah banget, ada apa?”

Elara tertawa kecil. “Biasa aja kali, Sel. Cuma... ya, mungkin emang lagi banyak pikiran aja.”

Selena duduk di depannya, menatap Elara penuh perhatian. “Kalau ada masalah, cerita aja. Aku tahu kamu bukan tipe yang suka ngeluh, tapi please, jangan pendam sendiri ya. Aku sahabat kamu, Ra.”

Elara terdiam sejenak, mencoba memutuskan apakah ia harus bercerita. Namun, saat ia hendak membuka mulut, seseorang masuk ke kafe. Pria tinggi dengan jaket kulit hitam dan tatapan tajam yang menusuk. Pria itu duduk di sudut ruangan, matanya menatap lurus ke arah Elara, membuatnya merasa sedikit tak nyaman.

“Eh, siapa tuh?” bisik Selena sambil melirik ke arah pria tersebut. “Kok tatapannya kayak orang curiga aja, ya?”

Elara menggeleng, mencoba mengabaikannya. “Entahlah. Mungkin cuma kebetulan aja.”

Selena mengangkat bahu, lalu kembali fokus pada obrolan mereka. Namun, Elara tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang mengganggunya. Tatapan pria itu begitu tajam, seolah dia tahu sesuatu tentang dirinya.

Ketika mereka hendak menyudahi pertemuan, pria tersebut tiba-tiba menghampiri meja mereka. Tanpa basa-basi, dia memperkenalkan diri, “Maaf, boleh aku ikut duduk sebentar? Namaku Nathan. Nathan Alvaro.”

Selena dan Elara saling berpandangan, kebingungan dengan kehadiran pria asing ini. Elara, yang pada dasarnya lebih tertutup, mengerutkan kening. “Ada yang bisa kami bantu, Nathan?”

Nathan tersenyum tipis, menatap Elara dengan cara yang membuatnya semakin tidak nyaman. “Sebenarnya, ini urusan yang cukup penting, terutama buat kamu, Elara.”

Elara semakin bingung. “Maksudnya, apa?”

Nathan menarik napas, lalu mengeluarkan selembar kartu dari sakunya dan meletakkannya di atas meja. Kartu itu bertuliskan, "Divisi Khusus Keamanan dan Intelijen Alistair Corp." Elara terperangah.

“Aku sebenarnya bekerja untuk keluarga Alistair, dan aku ditugaskan untuk memastikan keamanan semua orang yang terkait dengan Lucian,” jelas Nathan. “Termasuk kamu, Elara.”

Selena menatap Elara dengan mata melebar. “Ra, kamu... kamu ada urusan sama Lucian Alistair?”

Elara mengangguk perlahan, merasa sulit menjelaskan semuanya. Nathan melanjutkan, “Ada sesuatu yang perlu kamu tahu. Situasi yang kamu hadapi dengan Lucian jauh lebih rumit dari yang kamu bayangkan. Ada banyak pihak yang mengincar warisan keluarga Alistair, dan sebagai orang yang kini dekat dengannya, kamu otomatis jadi target.”

Elara menatap Nathan dengan cemas. “Target? Maksudnya, ada orang lain yang ingin mencelakai aku?”

Nathan mengangguk. “Kita bicara tentang kekuatan besar, Elara. Keluarga Alistair bukan hanya kaya, tapi juga punya pengaruh yang sangat kuat. Kekuatan itu diincar banyak orang, dan mereka tidak segan-segan untuk menyakiti siapa pun yang dianggap ancaman.”

Selena terkejut mendengar itu, “Ini gila, Ra. Kamu benar-benar ada di tengah bahaya besar.”

Elara merasa dunianya semakin berputar. Tiba-tiba semua yang pernah dianggapnya normal kini berubah menjadi intrik yang penuh dengan bahaya. Namun, sebelum ia bisa memikirkan lebih lanjut, Nathan melanjutkan, “Aku di sini bukan hanya untuk memberitahumu tentang ini, tapi juga untuk melindungimu. Lucian sudah meminta aku untuk memastikan kamu selalu aman.”

Selena yang dari tadi diam akhirnya bersuara, “Ini serius banget, ya? Jadi... sekarang Elara harus selalu dikawal?”

Nathan mengangguk. “Kita nggak bisa meremehkan ancaman ini, Selena. Elara harus waspada, terutama karena semakin banyak pihak yang mengetahui kedekatannya dengan Lucian.”

Elara menatap Nathan dengan penuh rasa ingin tahu dan takut. “Jadi... apa yang harus aku lakukan?”

Nathan menatapnya dengan serius. “Aku akan selalu berada di sekitar, Elara. Jangan ragu untuk menghubungi aku kapan saja jika kamu merasa dalam bahaya atau butuh bantuan.”

Setelah Nathan pergi, Selena memandang Elara dengan cemas. “Ra, kamu yakin mau tetap berada di dekat Lucian? Semua ini sepertinya lebih berbahaya dari yang kamu kira.”

Elara menggenggam tangannya yang gemetar. “Aku tahu ini berat, Sel, tapi aku nggak bisa mundur sekarang. Aku ingin tahu kebenaran di balik semua ini, dan... aku nggak bisa meninggalkan Lucian begitu saja.”

Selena menghela napas panjang. “Kalau begitu, aku akan ada di sisimu. Apapun yang terjadi, jangan pernah berpikir kamu sendirian.”

Elara tersenyum, merasa lega mendengar dukungan sahabatnya. Meskipun jalan di depannya penuh bahaya, setidaknya ia tahu bahwa ada orang-orang yang peduli padanya.

Namun, di lubuk hatinya, Elara tahu—ini baru permulaan. Di balik rahasia besar Lucian, ada bayangan yang mengintai, mengancam semua yang ia sayangi. Apakah cintanya pada Lucian cukup kuat untuk menahan semua tekanan ini? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Dan di kejauhan, Nathan mengamati mereka dari jauh, memastikan tak ada bahaya yang mendekat. Tanpa sepengetahuan Elara, dia telah memulai perjalanan yang lebih berbahaya dari yang pernah dia bayangkan, dengan sekutu dan musuh yang tak terduga.

Love at the Crossroads of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang