Bab 10: Jawaban yang Terakhir

3 1 0
                                    

Hari itu, langit memancarkan warna oranye keemasan saat matahari terbenam, menciptakan suasana yang hampir magis. Kirana duduk di bangku taman, tempat yang biasa mereka kunjungi bersama Raka. Namun kali ini, ia datang sendirian. Hatinya masih penuh dengan pikiran yang tidak bisa ia lepaskan—tentang Maya, tentang Raka, dan tentang perasaan yang selama ini ia coba simpan.

Setelah percakapan mereka yang berat beberapa minggu lalu, hubungan mereka bertiga memang berubah. Maya masih berusaha untuk menerima kenyataan bahwa perasaan cinta yang ia pendam untuk Raka tidak bisa berbalas. Meskipun ia tidak pernah mengungkapkan rasa sakitnya secara langsung, Kirana bisa merasakan itu dalam setiap tatapan mata sahabatnya. Maya telah mencoba menjauh, memberi ruang bagi Kirana dan Raka untuk berkembang, meski tak mudah baginya.

Sementara itu, Kirana dan Raka semakin dekat. Cinta mereka semakin kuat, tumbuh dengan cara yang alami, meskipun ada banyak godaan dan ketegangan yang datang dari luar. Raka selalu ada untuk Kirana, dan Kirana merasa bahwa tidak ada yang bisa menggoyahkan perasaan mereka. Namun, dalam hati Kirana, ada rasa bersalah yang belum sepenuhnya bisa ia buang—perasaan bahwa sahabatnya, Maya, sedang menderita karena mereka.

Raka tahu tentang perasaan Kirana yang mengganjal, dan ia juga merasakan beratnya keadaan. Namun, ia tetap meyakinkan Kirana bahwa tidak ada yang lebih penting baginya selain kebahagiaan mereka berdua. "Kirana," katanya suatu hari saat mereka berdua duduk di taman yang sama. "Maya adalah sahabat kita. Dia akan baik-baik saja, dan kita juga akan baik-baik saja. Apa yang kita miliki sekarang adalah sesuatu yang berharga. Jangan biarkan apa yang terjadi di antara kita bertiga merusak itu."

Kirana memandangnya dengan tatapan penuh kasih, tetapi juga dengan kebingungan yang mendalam. "Aku ingin percaya itu, Raka. Tapi aku merasa Maya juga kehilangan sesuatu yang besar. Kita tidak bisa hanya melanjutkan hidup kita seperti ini tanpa mempedulikan dia, bukan?"

Raka menghela napas panjang, lalu menggenggam tangan Kirana dengan erat. "Kita tidak bisa mengubah perasaan Maya, Kir. Apa yang kita bisa lakukan adalah tetap menjadi teman untuknya, tetap ada di sana untuknya, meski kita tahu cintanya untukku tidak bisa terbalas. Kita harus menghargai apa yang telah kita jalani."

Kirana menatap Raka dengan penuh kepercayaan. Ia tahu bahwa, meskipun perasaan mereka begitu dalam dan kuat, persahabatan juga penting. Tetapi, hatinya juga tahu bahwa cinta yang ia rasakan untuk Raka adalah sesuatu yang tak terhentikan—sesuatu yang telah mengikat mereka berdua dalam cara yang tak terduga.

Suatu hari, Kirana menerima telepon dari ibunya. Ada sesuatu yang mengharuskan ia pulang ke rumah orang tuanya, dan meskipun ia awalnya merasa berat untuk meninggalkan Raka, ia tahu bahwa saat itu adalah saat yang tepat untuk kembali ke rumah dan berbicara lebih dalam dengan keluarganya tentang segala yang terjadi.

Sesampainya di rumah, ia disambut dengan hangat oleh ibunya. Setelah makan malam, mereka duduk di ruang keluarga, dan ibunya mulai membuka percakapan dengan lembut.

"Kirana, aku tahu kamu sudah melalui banyak hal belakangan ini," kata ibunya, memandangnya dengan penuh perhatian. "Dan aku tahu, kamu sedang berada dalam dilema yang besar."

Kirana menunduk, merasa sedikit cemas. "Apa maksud Mama?"

Ibunya menghela napas. "Aku tahu kamu mencintai Raka. Aku bisa melihat itu di mata kamu, Kir. Tapi aku juga tahu kamu merasa cemas tentang Maya. Aku ingin kamu tahu, kamu tidak perlu merasa bersalah karena mencintai dia. Kamu tidak bisa mengendalikan siapa yang kita cintai, dan kamu juga tidak bisa mengendalikan perasaan orang lain."

Kirana terdiam, merasa hangat di dadanya mendengar kata-kata ibunya. "Aku takut, Mama. Takut kalau semuanya akan hancur. Takut kalau persahabatan kita, hubungan kita bertiga, akan rusak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir yang MengikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang