Beberapa bulan setelah acara amal yang mempertemukan Kirana dan Raka kembali, hidup Kirana semakin dipenuhi dengan berbagai proyek seni yang semakin mengukuhkan namanya di dunia seni rupa. Ia merasa bahwa kini adalah waktunya untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang makna seni dalam kehidupannya. Tidak hanya sebagai sarana ekspresi pribadi, seni bagi Kirana kini menjadi jalan untuk menyentuh banyak orang dan membawa perubahan bagi mereka yang membutuhkan.
Salah satu proyek terbesarnya adalah mendirikan sebuah galeri seni yang fokus pada seni untuk penyembuhan. Kirana ingin menciptakan ruang bagi mereka yang merasa terpinggirkan, orang-orang yang hidup dengan beban emosional atau trauma, untuk menyembuhkan diri mereka melalui seni. Ia mengundang berbagai seniman dari seluruh dunia untuk berkolaborasi dan menunjukkan bahwa seni dapat menjadi terapi yang kuat, membuka ruang untuk berbicara tentang luka batin yang terkadang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Kirana merasa semakin percaya diri dengan peran barunya sebagai kurator dan pemimpin di galeri tersebut. Ia semakin sering diundang untuk berbicara di berbagai seminar seni dan bahkan mengadakan lokakarya bagi masyarakat yang ingin belajar menggunakan seni sebagai alat untuk menyembuhkan diri mereka. Meskipun demikian, di balik kesibukannya, ada rasa sepi yang kadang datang. Rasa itu tidak lagi mengganggu hidupnya seperti dulu, tapi ia terkadang merindukan sebuah kedekatan yang lebih intim—entah itu dengan seorang teman dekat, atau mungkin, dengan seseorang yang pernah begitu berarti baginya.
Malam itu, setelah menyelesaikan sebuah pertemuan dengan beberapa kolektor seni, Kirana duduk di studio pribadinya, memandangi lukisan-lukisan yang sedang ia kerjakan. Lukisan-lukisan itu bercerita tentang perjalanan batin—tentang luka, tentang penyembuhan, dan tentang kebebasan. Kirana menatap salah satu lukisan yang paling ia cintai: sebuah potret seorang wanita yang tengah melepaskan belenggu di tangannya, seakan menunjukkan bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, kita selalu memiliki kekuatan untuk melepaskan diri dan menemukan kebebasan.
"Aku bisa melakukan ini," pikir Kirana, memandangi lukisan itu dengan penuh kebanggaan. "Aku bisa memberi ruang untuk orang lain melalui seni, dan aku percaya bahwa ini adalah cara terbaik untukku sekarang."
Sementara itu, Raka terus melangkah maju dalam dunia bisnis sosial bersama Tessa. Setelah menyelesaikan beberapa proyek besar, mereka kini berada di ambang peluncuran sebuah sekolah seni dan keterampilan untuk anak-anak di daerah yang kurang beruntung. Sekolah ini bukan hanya memberikan pelatihan dalam bidang seni, tetapi juga memberikan pelajaran hidup, keterampilan emosional, dan keterampilan sosial yang diperlukan anak-anak untuk berkembang dalam masyarakat.
Bagi Raka, proyek ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya. Ia melihat anak-anak yang dulunya tampak putus asa dan kurang percaya diri, kini mulai menunjukkan bakat dan potensi mereka. Melihat perubahan besar yang terjadi pada mereka adalah hadiah yang tak ternilai bagi Raka. Ini memberinya rasa damai dan puas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Namun, meskipun Raka merasa sangat bahagia dengan pekerjaannya, ada saat-saat di mana ia merasa kehilangan arah. Ia telah berhasil membangun banyak hal, tetapi dalam dirinya, ia masih merasa ada kekosongan yang sulit untuk diisi. Kadang-kadang ia merenung, bertanya-tanya apakah ia telah membuat keputusan yang tepat dengan mengabdikan diri sepenuhnya pada pekerjaan dan proyek sosialnya. Dalam keheningan malam, saat ia duduk di ruang kerjanya, Raka sering kali merenung tentang cinta dan hubungan pribadi.
"Apakah aku terlalu sibuk untuk menemukan cinta yang sebenarnya?" pikirnya, sambil mengelus foto Tessa yang ada di meja kerjanya. "Tessa adalah segalanya bagiku, tapi aku tahu bahwa aku harus terus mencari kedamaian dalam diriku sendiri terlebih dahulu."
Suatu malam, setelah kembali dari kunjungan ke salah satu sekolah yang mereka bangun, Raka menerima pesan singkat dari Kirana. Pesan itu hanya berisi beberapa kata, tetapi cukup membuatnya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Mengikat
RomansaApa yang terjadi ketika cinta dan takdir bertemu? Kirana dan Raka, dua hati yang terpisah oleh waktu dan jarak, akhirnya dipersatukan kembali oleh takdir. Tetapi jalan mereka tidaklah mulus. Konflik batin, perasaan yang tak terungkapkan, dan orang k...