Merantau | Part 1 | Cari Pekerjaan

411 4 0
                                    

Namaku Sucipto, atau biasa dipanggil Cipto oleh orang-orang sekitarku. Tahun ini, aku baru saja lulus dari SMA, sebuah pencapaian yang seharusnya bisa menjadi awal untuk meraih mimpi-mimpiku. Namun, keadaan ekonomi keluargaku yang sulit tidak memungkinkan aku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas seperti teman-teman lainnya. Alih-alih melanjutkan sekolah, aku harus mencari pekerjaan untuk membantu keluargaku. Bapak dan ibuku bekerja keras, tetapi hasilnya selalu pas-pasan, dan dengan lapangan pekerjaan yang terbatas di desa, aku merasa tak punya banyak pilihan selain merantau ke kota.

Keputusan untuk merantau tidaklah mudah. Orang tuaku, terutama ibuku, tidak setuju. Mereka takut jika aku pergi terlalu jauh, apalagi aku adalah anak tunggal. Mereka khawatir tentang bagaimana aku akan hidup di kota yang besar dan asing, tanpa ada keluarga atau teman dekat. Namun, aku merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk keluar dari kesulitan ekonomi dan mencari kehidupan yang lebih baik.

"Pak, Bu... Cipto janji, Cipto bakal baik-baik aja. Cipto harus coba ini. Demi kita semua." Suaraku terdengar yakin, meskipun di dalam hati aku juga merasa cemas dan takut.

Ibu memandangku dengan tatapan campur aduk, lalu menghela napas dalam. "Tapi, Le... gimana kalau ada yang terjadi sama kamu, sama kita?"

"Cipto udah dewasa, Bu. Cipto juga mau membahagiakan kalian. Kalau Cipto berhasil di kota, kita bisa punya kehidupan yang lebih baik," kataku, mencoba meyakinkan mereka.

Bapakku menggeleng, tapi ada keraguan dalam matanya. "Kami cuma mau yang terbaik buat kamu, Le. Ini bukan keputusan yang gampang. Apa kamu udah benar-benar siap?"

"Ya, Pak. Cipto udah pikirin matang-matang. Teman-teman Cipto juga udah ada yang pergi merantau, dan mereka baik-baik aja. Cipto bakal belajar, bekerja keras, dan selalu kabari kalian," jawabku tegas.

Ibuku mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Kamu tahu, Le, nggak ada yang lebih kami mau selain kebahagiaanmu. Kalau ini jalan yang kamu pilih, kami bakal dukung kamu. Tapi, janji sama Ibu satu hal..."

"Apa, Bu?" tanyaku, mulai merasa harapan tumbuh dalam hatiku.

"Janji untuk selalu menjaga diri dan nggak ragu minta bantuan jika kamu butuh," jawabnya, suara penuh harap.

Aku mengangguk, "Cipto janji, Bu. Cipto bakal ingat semua pesan Ibu dan Bapak."

Bapakku akhirnya tersenyum, meskipun masih terlihat sedih. Ibu menarikku ke pelukannya, dan aku merasakan hangatnya kasih sayangnya. Dengan hati yang campur aduk, tetapi penuh harapan, aku siap menghadapi petualangan baru ini.

Akhirnya, hari keberangkatanku tiba. Dengan hati yang berat sekaligus penuh harap, aku berpamitan kepada orang tuaku. Mata ibuku berkaca-kaca saat aku mencium tangannya.

"Jaga dirimu baik-baik, Le. Jangan lupa untuk sering-sering kabari kami," ucapnya lembut, sambil mengusap air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Bapakku menepuk pundakku dengan pelan, seolah ingin memberiku kekuatan untuk menghadapi dunia baru yang belum kukenal. "Jangan takut, Le. Asal kamu jujur dan bekerja keras, pasti semuanya lancar," ucapnya dengan suara berat.

Aku tahu mereka cemas, tetapi aku juga tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Sebuah bus sudah menunggu di terminal kecil di desaku, siap membawaku pergi jauh dari kampung halamanku. Perjalanan ini akan mengubah hidupku, aku yakin itu.

Dengan perasaan campur aduk antara antusias dan cemas, aku menaiki bus yang akan membawaku ke kota yang jaraknya berjam-jam dari desaku. Barang bawaanku tidak banyak. Aku hanya membawa satu tas besar yang berisi pakaian dan beberapa barang penting, serta ransel kecil yang selalu kubawa kemana-mana. Uangku pun tidak seberapa, hanya sekitar empat juta rupiah hasil tabungan dari pekerjaan sambilan selama SMA. Uang itu harus cukup untuk membiayai hidupku setidaknya di bulan-bulan pertama di kota, sebelum aku bisa mendapatkan pekerjaan tetap. Aku tidak punya rencana yang pasti setibanya di sana, tapi aku yakin, seperti air yang selalu mencari jalannya sendiri, aku juga akan menemukan cara untuk bertahan.

MerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang