"Tolong, Pak... jangan," bisikku, suara itu terdengar begitu lemah bahkan di telingaku sendiri. Aku merasa seperti tak berdaya, seperti ada sesuatu yang mengekang setiap pergerakan dan setiap kata-kata yang ingin kuucapkan. Rasa takut semakin menguasai diriku, mencengkeram hati dan pikiranku.
Tanpa peringatan, Pak Heri tiba-tiba menarikku lebih dekat dan mengecup bibirku, membuatku kaget setengah mati. Tubuhnya yang lebih besar dan tinggi membuatku terpojok di bawah bayangannya, dan dia sedikit menunduk agar bisa menciumku. "Hmpph... mmhhh..." bibirnya menyentuh bibirku dengan tekanan yang kuat, seolah tak memberi ruang bagiku untuk bernapas.
Aku langsung mencoba memberontak, mendorong dadanya dengan segenap tenaga yang kumiliki, tetapi doronganku sama sekali tak berarti baginya. Tubuhnya yang kokoh seperti tembok yang tak bisa kutembus, menahan setiap upayaku untuk menjauh darinya.
"Sadar, Pak! Tolong sadar...," teriakku dengan suara yang terputus-putus di sela ciumannya, lidahku kelu antara takut dan panik. "Saya ini laki-laki...," bisikku lirih, berharap dia akan berhenti, akan tersadar, atau setidaknya mendengarku.
Namun, dia tetap mengabaikanku, Pak Heri mengabaikan semua kata-kataku, nafasnya memburu dan panas terasa di wajahku saat ia makin menekan bibirnya. Setiap kali aku mencoba menarik kepalaku ke belakang, dia hanya mendekat lagi, semakin rakus dengan ciuman yang seakan menuntut seluruh keberadaanku. Bibirnya bergerak lembut namun pasti, dan suara kecupan yang bergema di ruang sempit ini terdengar begitu jelas, menambah rasa takut dan bingung yang berputar di dadaku.
"Hmpph... Pak... tolong... mmhhh..." bisikku lemah, hampir tak terdengar. Suaraku bergetar, dipenuhi antara putus asa dan panik. "Pak... cukup..." Kata-kataku terpotong, tertelan di antara desah napasnya yang berat, terasa dalam setiap ciuman yang seolah tak memberiku celah untuk bernapas. Tanganku yang sedari tadi terus berusaha menekan dadanya kini semakin lemah, tak berdaya melawan tubuhnya yang besar dan kokoh. Pelan-pelan, rasa pasrah mulai menyusup ke dalam diriku, mencengkeram erat, namun jauh di lubuk hati, ada secercah harapan, harapan bahwa semua ini akan berakhir.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merantau
RandomDi tengah ketidakpastian masa depan, Cipto, pemuda desa yang baru lulus SMA, terpaksa merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan demi membantu keluarganya. Setibanya di kota, ia dihadapkan pada realitas keras dan kebiasaan masyarakat perkotaan y...