Merantau | Part 2 | Hukuman

1K 6 0
                                        

Aku memandangi pakaian yang Dea berikan padaku—sepotong bh, celana dalam, rok panjang, kaos, cardigan, dan jilbab. Semua ini tampak begitu asing bagiku, "Mulai dari mana, nih?" pikirku sambil menatap celana dalam wanita itu.

Akhirnya, aku memutuskan untuk mulai dengan celana dalam. Dengan perlahan, aku menariknya ke atas kakiku. Rasa tidak nyaman langsung menyergapku begitu kain lembut itu menyentuh kulitku. "Ini aneh banget..." batinku, merasa asing dengan sensasi yang dirasakanku. Namun, aku terus maju. Saat aku akan memakai bh, masalah lain muncul—aku tidak tahu cara memasangnya.

Aku memutar-mutar bh itu, mencoba menebak arah dan cara memasangnya di dadaku. Rasanya seperti teka-teki yang tidak bisa kuselesaikan. "Gimana pakainya sih ini?" pikirku frustrasi, terlebih lagi dengan kondisi kepalaku yang masih berputar-putar karena mabuk. Lama aku berkutat dengan bh itu, namun tetap saja tidak berhasil.

Tiba-tiba, suara ketukan keras di pintu mengagetkanku. "Kok lama banget sih, To?" suara Dea terdengar dari luar, membuat jantungku berdebar lebih cepat. Aku langsung merespons dengan nada panik, "I-iya, Mbak. Aku... nggak bisa pakai bh-nya."

"Oh, gitu," jawab Dea, terdengar lebih dekat, "Yaudah, sini aku bantuin."

"Eh, nggak usah, Mbak! Aku malu," ucapku cepat, mencoba menghentikan niatnya untuk masuk.

Dea tertawa kecil dari balik pintu. "Ngapain malu? Udah, sini keluar," katanya tegas, seolah tidak memberikan pilihan lain.

Setelah beberapa detik kebingungan, aku akhirnya menyerah. "I-iya, Mbak," ucapku pelan, lalu membuka pintu kamar mandi dengan sangat canggung. Aku keluar dengan hanya memakai celana dalam perempuan milik dea itu, tubuhku telanjang, merasa lebih malu daripada sebelumnya.

Begitu melihatku, Dea langsung tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Kontol kamu kok kecil banget sih, To?" katanya sambil menunjuk ke arah kontolku yang sedikit menyembul dari balik celana dalam, membuatku semakin terbenam dalam rasa malu. "Kamu udah puber apa belum sih?" ledeknya lagi dengan nada menggoda.

Aku hanya bisa berdiri terdiam, wajahku memanas karena malu. Rasanya seperti semua kontrol yang kumiliki atas situasi ini lenyap begitu saja.

"Yaudah, mana sini bh-nya," lanjut Dea sambil mengulurkan tangannya, "Aku pakein buat kamu."


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

MerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang