Melody merapikan tatanan rambutnya. Pagi itu, dirinya sudah siap dengan dress kasual berwarna abu-abu. Setelah jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, ia mengambil sling bag hitam kemudian keluar dari kamar kosnya. Akarsana Gallery sudah menunggu. Di lantai satu, ia menemukan Jafi duduk santai di sofa. Matanya menatap layar ponsel. Laki-laki itu terlihat rapi mengenakan celana straight cut hitam, kaos putih yang dipadukan outer hitam, dan kacamata yang mempertegas ketampanannya.
"Kok sepi? Raden mana, Jaf?"
Jafi beranjak dari sofa begitu melihat Melody. "Raden udah duluan," katanya.
Melody mengernyit. "Kok gue ditinggal."
Padahal, mereka sudah sepakat untuk pergi bersama.
Jafi menyimpan ponselnya kemudian memperlihatkan kunci motornya. "Lo bareng gue."
Melody menaikkan kedua alisnya. "Lo ikut?"
Jafi mengangguk kecil, seolah hal itu sudah jelas. "Daripada bosen di kos."
Melody mengangguk-anggukkan kepalanya. Hal umum yang sudah diketahui penghuni kos, bahwa Jafi adalah si budak pelor. Jika tidak ada kesibukan ditambah ditinggal sendirian di kos, Jafi akan mendekam seharian di kamarnya.
"Ayo," ajak Jafi seraya melangkah lebih dulu menuju pintu keluar. Melody pun segera mengikutinya.
***
Matahari pagi bersinar hangat ketika mereka tiba di depan Akarsana Gallery, bangunan bergaya kontemporer dengan sentuhan tradisional. Raden sudah menunggu di sana bersama Didan dan Aryo. Mereka berkumpul di depan pintu masuk sedangkan Cinta tengah mengurus tiket masuk.
"Sorry, guys. Beli bensin dulu tadi," ucap Melody pada mereka.
"It's oke, Sayang. Kita juga baru aja nyampe," balas Aryo.
Jafi menatap Aryo kemudian membuang wajah. Melody melihat Cinta datang mendekat. Cinta membawa beberapa tiket yang telah dibeli. Tiket masuk milik gadis itu sudah terpasang rapi di pergelangan tangannya.
"Nih. Pasang dulu," katanya sembari membagikan tiket masuk kepada mereka.
"Oke. Thank you, Cinta," ucap Aryo menerima satu tiket.
Melody juga menerima satu. Perempuan itu hendak melepas perekat di ujung kertas. Namun, tangan kanannya tiba-tiba ditarik lembut oleh laki-laki di sampingnya. Melody mendongak. Tanpa ada kata yang terucap, Jafi memasangkan gelang kertas itu di pergelangan tangannya. Setelah selesai, Jafi mengulurkan tiket miliknya.
Melody mengerjapkan matanya. Masih dengan sedikit keterkejutan yang ia rasakan, Melody mengambil kertas itu lalu memasangkannya di pergelangan tangan kanan Jafi. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Namun, tiba-tiba suasana di antara keduanya seolah dipenuhi dengan sesuatu yang lebih dari sekadar keheningan. Saat tangannya menyentuh kulit Jafi, Melody sedikit merasa berdesir. Namun, perempuan itu segera mengenyahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkaran Kos Ong
Fanfiction[ WHITORY ] Melody merupakan mahasiswi Seni Rupa semester lima. Gadis dengan ciri khas celemek penuh cat itu memutuskan untuk pindah kos karena alasan kenyamanan. Akhirnya, pilihannya jatuh pada salah satu kos elit bernama Kos Ong. Kedatangannya dis...