[8] Rapat

299 64 13
                                    

Keramaian tampak di salah satu ruangan kelas gedung seni Universitas Mahatma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keramaian tampak di salah satu ruangan kelas gedung seni Universitas Mahatma. Hampir seluruh mahasiswa kelas Manajemen Seni sudah berkumpul, duduk di kursi-kursi yang tersusun rapi menghadap ke arah depan. Suasana diskusi sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu, dengan Raden berdiri di depan, memimpin jalannya rapat. Pemuda itu merupakan penanggung jawab projek pameran seni lukis yang menjadi tugas besar akhir semester.

Ruangan kelas itu cukup luas. Jendela besar di salah satu sisi memancarkan cahaya matahari lembut membuat suasana tidak terasa pengap. Beberapa mahasiswa duduk di meja panjang, sementara yang lain memilih untuk duduk di bangku ataupun duduk di lantai karpet. Suara obrolan kecil masih terdengar di sana-sini, tetapi perlahan mereda saat Raden mulai berbicara lagi.

"Sekre sama bendahara udah fiks, ya. lanjut, kita bahas pembagian divisi yang lain," suara Raden terdengar tegas, tetapi santai. Gaya bicaranya memang tidak pernah berlebihan. Selalu jelas dan fokus.

Melody duduk di samping Cinta. Keduanya sedang asyik menulis di buku catatan masing-masing, sesekali saling berbicara pelan. Di sisi lain ada Aryo duduk dengan gaya santainya.

"Sayang! Lo lo mau divisi apa?" Aryo berbisik pada Melody.

Melody mengangkat kedua bahunya. "Sedapetnya."

Sementara itu, di depan kelas, Raden mulai membuka sesi diskusi lebih serius. "Oke, buat yang belum kebagian tugas, gue bakal lanjut pembagiannya. Gue harap kalian semua bisa ngambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kita semua tahu kalau pameran ini bukan cuma nilai buat kita, tapi juga buat kita belajar langsung gimana ngelola event seni," jelas Raden.

Laki-laki itu berdiri. Terlihat tenang, tetapi jelas menguasai jalannya diskusi. "Mel, lo gue masukin ke divisi Publikasi dan Dokumentasi, ya. Lo udah terbiasa sama konten-konten lo, 'Melokis', kan? Followers lo juga udah banyak, dan lo punya kamera yang cukup bagus. Gue yakin lo bisa nge-handle dokumentasi pameran ini," kata Raden sambil menatap Melody.

Melody mengangguk pelan. "Oke." tidak ada penolakan dari gadis itu karena Melody juga tidak keberatan. Edit mengedit sudah menjadi rutinitas Melody.

Anak-anak pun tidak ada yang mengajukan protes. Melody memang dikenal sebagai mahasiswa yang aktif di media sosial, terutama dengan konten-konten tentang seni lukis di akun "Melokis"-nya yang udah punya ribuan pengikut. Kamera DSLR yang sering dia bawa ke kampus ketika ada suatu acara penting membuatnya tampak profesional dalam bidang ini. Sudah pasti ia cocok untuk tugas publikasi dan dokumentasi.

"Divisi lo tuh penting banget buat ngedukung seluruh acara. Publikasi dan dokumentasi bakal nge-handle promosi pameran, bikin poster, katalog, promosi di media sosial, dan ngedokumentasiin semua kegiatan, mulai dari persiapan sampai hari-H pameran. Lo bisa manfaatin followers lo juga. Apalagi, sebagian besar ada anak-anak Mahatma," tambah Raden sambil melihat catatan yang ada di tangannya.

Lingkaran Kos OngTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang