|C H A P T E R S E V E N|

38 14 17
                                    

WARNING⚠️ Dilarang Keras untuk men screenshot cerita ini untuk hal yang tidak baik seperti mengcopy paste, Dilarang Keras plagiat untuk masuk ke sini

Enjoy

H A P P Y R E A D I N G💞💐

Chapter Seven: Apa Ini

Di dalam mobil, suasana nyaman mengiringi perjalanan panjang menuju puncak. Bumi duduk di belakang bersama Senja yang tengah terlelap di bahunya, sementara di depan, Narendra mengemudi dengan tenang ditemani Alin di kursi penumpang. Sesekali, suara tawa kecil Alin terdengar saat ia menanggapi gurauan Narendra.

“Mereka kecapekan banget ya, sayang? Tidurnya pules banget sampai nggak sadar sama sekitarnya,” ujar Alin sambil melirik ke belakang, melihat Senja dan Bumi yang terlelap.

Narendra menoleh sebentar, senyum hangat terpancar di wajahnya. “Iya, kasihan mereka. Tapi lo juga kelihatan lelah, sini deh,” Narendra membuka tangannya, mengajak Alin untuk bersandar di bahunya.

“Ah, nggak mau. Kamu lagi nyetir, bahaya,” tolak Alin, meski senyum kecil masih tersisa di bibirnya.

“Nggak apa-apa, aku bisa kok sambil nyetir. Kamu tidur di sini aja, biar aku jaga kamu,” bujuk Narendra dengan nada menggoda.

“Modus itu mah!” balas Alin, mencubit lengan Narendra dengan gemas.

📍Puncak

Sesampainya di villa, udara pegunungan yang sejuk menyambut mereka. Senja yang terlihat senang memimpin langkah ke arah villa, diikuti Bumi, Zia, dan teman-teman lainnya. Mereka berdiri di depan villa yang megah dengan pemandangan yang luar biasa.

“Wow, ini villanya keren banget, ya?” ujar Arga, memandang sekitar dengan takjub.

“Norak, lo, Arga. Kayak baru pertama kali lihat villa,” ejek Bumi sambil tertawa kecil, disambut tawa teman-teman lainnya.

Senja tersenyum lebar, melangkah ke depan pintu. “Oke, guys! Villa ini keren, tapi sekarang tugas pertama buat The Vortex,” ujar Senja dengan nada tegas tapi penuh semangat. Matanya beralih ke arah Zia, yang terlihat sedikit canggung.

“Zia, Lo dan anak-anak The Vortex, tugas pertama Lo semua adalah angkut barang-barang kita masuk ke dalam villa,” perintah Senja dengan nada serius.

Zia menatap Senja, sedikit bingung. “Hah? Tapi kita kan… baru sampai?”

“Ya, angkut barang dulu baru santai. Lo semua kan bagian dari tim kita sekarang. Ini bagian dari peran Lo!” Senja menjelaskan, sedikit menggoda.

Alin yang berada di dekat mereka mengangguk. “Betul, jangan banyak nanya. Ayo, Zia!” ujarnya sambil mulai membawa koper.

Bulan ikut menyemangati. “Ayo, Zia. Lo bisa kok! Kita bantu kok nanti,” katanya, sambil berjalan menuju villa.

Zia mengangguk, sedikit ragu namun ikut membantu. “Baiklah, mulai sekarang aku ikut kalian.”

Senja tersenyum puas, menatap mereka semua yang mulai bekerja.

Bumi berjalan mendekat, menyenggol Senja. “Gue juga bantu, cuma bawa yang ringan-ringan aja, ya!” godanya, membuat Senja tertawa.

Di sisi lain, mobil Marcell dan teman-temannya masih terlihat melaju, sedikit tertinggal dari rombongan mereka. Tiba-tiba, suasana jadi lebih tegang ketika mereka semua mendengar suara rem mobil yang tiba-tiba berdecit keras di belakang.

Senja yang duduk di belakang mobil melirik tajam ke arah Zia dan anggota The Vortex yang tampak lesu membawa barang-barang mereka. "Kalian tahu, gimana caranya kalian mau menang pertandingan kemarin kalau kerjaan kalian cuma ngeluh dan marah-marah mulu?" suara Senja terdengar tajam, menyiratkan dominasi yang biasa ia tunjukkan.

Bumi Untuk Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang