CHAPTER-07

453 49 5
                                    

HELLO GUYS! Maaf banget maaf maaf maaf banget aku baru update! Setelah sekian lama aku sibuk ngurusin UN dan sebagainya akhirnya aku lulus! Tapi masih nyari2 universitas huhuhu. Btw, minal aidzin wal faidzin ya!!!!

Mumpung liburan aku bakal update terus!

Jangan lupa vote dan comment!

xoxo,
SHAFA.

***
Harry cepatlah!" seruku seraya berlarian menuju ruang kerja Simon. Dan kalian harus tau bahwa Harry sangat amat tenang. Berbanding terbalik denganku yang sangat khawatir akan kehilangan pekerjaan. Kalau benar aku akan kehilangan pekerjaan itu artinya aku harus mencari pekerjaan baru. Sial!

"Hei! Bisakah kau tidak menarik tanganku seperti ini?" protesnya dan aku sedang tidak ingin berargumen so, shut the fuck up man.

Baru aku akan membuka pintu ruang kerja Simon, ia sudah membukanya dan astaga raut wajahnya........AKU AKAN KEHILANGAN PEKERJAANKU. BUNUH AKU SEKARANG JUGA.

"Masuklah..." ujar Simon datar. Aku lantas menarik Harry masuk ke dalam ruangannya, Simon menutup pintu lalu mempersilahkan kami untuk duduk di.....kursi panas. Ya, cocok sekali dengan keadaanku saat ini.

Simon memakai kacamatanya lalu menatapku tajam. "Apa alasanmu kali ini Cath?"

"M,maafkan aku......" lirihku. "Ponselku mati semalam....."

"Astaga! Tampaknya band ini akan hancur dalam waktu dekat kalau kau terus menjadi asisten Harry!" Simon benar-benar marah dan aku merasa sangat amat bersalah disini. Aku memang bodoh! Panggil aku bodoh mulai sekarang!

"Ini semua salahku." Harry membuka suara, oh kali ini apa lagi Styles? Setelah semalam mematikan ponselku kuharap ia tidak makin memperkeruh keadaan. "Oh, drama apalagi ini?! Kau membela asistenmu sendiri dibanding Liam?!"

Liam? Bagaimana Simon tau kalau Harry sedang bersitegang dengan Liam? Kecuali.....Liam menceritakan segalanya. Shit.

"Apa yang bajingan itu katakan padamu?" Aku membelalak mendengar perkataan Harry, astaga ini sungguh tidak baik.

Simon tergelak seakan baru saja mendengar jokes menggelitik. "Semua ada di tanganmu, kau lebih memilih gadis ini atau bandmu?"

Aku melirik Harry yang wajahnya mulai mengeras dan ya dia sangat marah. Aku tau itu. Dan aku disini menjadi pilihan, kalau ia memilihku panggil ia bodoh. Tetapi, kalau ia lebih memilih Liam panggil aku bodoh karena sakit hati mengetahui ia tidak memilihku. Eh, kau fikir kau ini siapa Cath?

Melihatnya seperti ini benar-benar membuatku merasa hanya menjadi beban dalam hidupnya. Aku hanya menyusahkannya.

"Aku bisa berpura-pura akrab dengan bajingan itu dan biarkan Cath tetap disampingku." ujar Harry tegas dan membuatku terkejut.

Hey, ia membelaku! Bukankah ini mengharukan?

"Harry......" aku menatapnya "ayolah selamatkan bandmu". Hahaha panggil aku wanita sok tegar saat ini.

"Diamlah, aku sedang menyelamatkan keduanya. Aku tidak ingin kehilangan satu diantaranya." sela Harry seraya memegang tanganku erat.

Apa aku harus senang? Atau harus marah? Atau apa? Aku.....bingung.

Simon bangkit dari kursi keramatnya dan berjalan mendekatiku. Ia sedikit membungkuk lalu membisikkan sesuatu padaku dan rasanya seperti tersambar petir!

Sebisa mungkin aku tidak memperlihatkan bahwa air wajahku berubah, aku harus tampak tenang demi ayah. Dan Harry menatapku dengan tatapan "apa yang kakek ini lakukan padamu?". Lalu kubalas tatapan "everything's fine" even i'm just pretending that everything's fine.

HOLD UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang