CHAPTER-04

570 60 5
                                    

Maaf lama banget update CHAPTER-04. Waktu itu lagi ngestuck. Bener-bener ngestuck. Gak ada ide:(:(

Hope you like it!

xoxo

Aku melanjutkan langkahku menuju pintu berwarna cokelat yang tampak usang dan habis termakan usia. Aku membukanya. Nampak sepi. Kemana ayah?

Aku berjalan menuju ruang tengah dan kudapati ayahku di sofa ruang tengan dengan keadaan sudah babak belur. Aku bisa melihat lebam berwarna ungu-kebiruan di sekitar mata kanan dan darah yang mengalir dari ujung bibirnya.

"Pasti penagih utang memanggil tukang pukul lagi" batinku.

Sontak aku menghambur mendekatinya.

"Ayah? Kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir.

"Apa kau tidak lihat keadaan ayahmu?! Tentu saja aku tidak baik-baik saja! Daripada hanya bertanya seperti itu lebih baik kau hasilkan uang sebanyak mungkin agar aku terbebas dari hutang-hutangku!" serunya tepat di depan mukaku.

Aku bisa melihat urat-urat di lehernya yang menonjol karena kesal.

Aku terdiam. Aku sangat takut dengan ayahku.

"Maafkan aku ta....."

"Sudahlah memang lebih baik aku menjualmu ke Patrick!" sela ayahku seraya membanting gelas bening di atas meja.

Aku tersentak karena perkataannya dan perlakuannya.

Setauku Patrick adalah orang yang dihutangi ayahku. Apa? Ayahku sendiri ingin menjualku? Apa sehina itukah aku? Apa sebegitu tidak bergunanya aku? Aku ini anak satu-satunya tapi mengapa ia seperti itu padaku? Aku dianggapnya apa?

Air mataku mulai menggenangi pelupuk mataku.

"Cih! Menangis saja yang kau bisa! Cepat buatkan aku sesuatu! Sedari tadi aku menunggumu pulang, kau ini kemana saja?! Aku lapar, kau tau?!"

"A,aku kerja yah...." balasku pelan.

"Bekerja kau bilang? Haha lalu mana uang hasil kerjamu?" tanyanya seraya merebut tasku lalu mengobrak-abrik isinya.

"Ayah! Jangan, kumohon! Aku sudah menyiapkan uang untuk melunasi hutang a....."

"Diamlah!" selanya.

Kini ia sudah memegang semua uang yang tadi baru kuambil dari atm.

"Aku ambil uang ini. Aku mau pergi" beliau mendorongku untuk menyingkir.

"Ayah kumohon itu untuk membayar huta......"

"Bukankah kau sudah mempunyai pekerjaan? Ciumlah kaki bosmu dan minta semua gajimu dibayar dimuka lalu lunasi hutangku! Tidak susah kan?!"

Aku diam. Aku mengusap air mataku yang terus bercucuran. Maksut ayah aku harus mencium kaki seorang Harry?

Oh, ayolah Catherina kau kuat menghadapi ini!

Kini terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Aku menengok ke belakang, ayah sudah menghilang.

Ayah, kau mau kemana? Ibu, apa kau melihat semuanya dari atas sana?

Aku mengatur nafasku yang sempat tidak stabil lalu berjalan memasuki kamarku yang sangat sederhana ini. Bercat merah muda dengan satu jendela menghadap jalanan yang cukup sepi. Aku meletakkan tasku di atas meja yang terdapat di samping pintu. Aku melihat foto ibu yang terpigura rapi. Sial, kini air mataku kembali mengalir. Perlu beberapa kali aku mengusap mataku baru bekas-bekas air mataku menghilang.

HOLD UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang