happy reading
Sore hari dimana kebanyakan orang selesai melakukan aktivitas, pasti nya salah satu dari keinginan kita saat itu adalah istirahat dan makan. sangat lelah, itulah yang dirasakan kita semua. termasuk Ayana dan Haura, mereka berdua menghilangkan penat dan rasa lapar dengan mampir ke salah satu cafe terdekat dari sekolah sebelum mereka pulang. bahkan semua makanan yang mereka pesan sekarang sudah ludes, habis tak tersisa.
"Kenyang, gak bisa bangun" ucap Haura
Haura menyenderkan tubuhnya ke kursi "Ngantuk"
Karena mereka memilih untuk duduk di area outdoor cafe menjadikan sedikit angin sepoi menerpa mereka, itu yang membuat Haura mengantuk.
Tetapi berbeda dengan Haura, Ayana duduk dengan tegap sambil menatap Haura yang berkeluh kesah.
Ayana menaikkan alisnya. "Oh ya, besok ulang tahun mu ya!" ucap Haura.
"Ada traktiran kan?, atau ada pesta meriah dari nenek mu?, pasti hadiah mu mahal mahal lagi ya" tanya Haura penasaran
"Udah ayo, pulang" jawab Ayana yang membuat Haura menatapnya kesal.
Angin berhembus sangat kencang.
Haura bangun dari sandaran nya "Tunggu!"
cittt!
derr!
brakk!
Ayana menoleh ke belakang
"KECELAKAAN, MOBIL ITU!" teriak Haura.
"Truk itu menabrak mobilnya!"
Semua orang yang berada di cafe langsung bergegas lari ke arah sumber suara. tanpa pikir panjang mereka berdua pun berlari ke tempat terjadinya kecelakaan yang disaksikan secara langsung oleh Haura.
Ayana dan Haura menyela kerumunan orang yang penasaran akan kecelakaan yang terjadi. kini tepat didepan mata mereka bisa melihat salah satu korban dari kecelakaan itu.
Haura membelakkan matanya dan menutup mulutnya dengan tangan, sangat terkejut.
Ayana terdiam.
"NENEK ERIN AY!" teriak Haura
Itu yang mereka lihat, Erin yang terbaring lemas mengeluarkan banyak darah diarea kepala dan hidungnya. dia masih bisa sedikit membuka matanya. Erin sangat berusaha menoleh ke arah Ayana.
Ayana berjalan pelan kearah neneknya.
Ia bingung dan takut.
Tapi tidak bisa meneteskan air matanya
Ayana terduduk diam disebelah neneknya
Ia memegang tangan neneknya erat, sangat erat.
Neneknya berusaha untuk berbicara "Tolong... ubahlah sikap.. mu"
"Pakailah.... cicin.. hadiah dari ne... nek"
Neneknya berbicara dengan terbata bata dan menahan rasa sakitnya.
Ayana mengangguk, dengan tatapan kosong.
****
Ny. Erin telah meninggal dunia
Kabar itu terdengar sehari sebelum ayana ulang tahun. dan neneknya baru dimakamkan bertepatan dengan hari ulang tahun nya.
Anehnya, dia tidak sedih atau menangis.
Hanya bingung.
Tapi bukankah itu cukup kejam? karena nenek nya yang selama ini selalu memanjakan dirinya dari kecil hingga dia remaja pergi meninggalkannya untuk selamanya tetapi ia tidak bersedih atau menangis sedikitpun dari awal sebelum pemakaman hingga pemakaman selesai. bahkan ibunya menangis tersedu sedu setalah mengetahui kabar kepergian neneknya. hingga semuanya selesai pun ibunya masih bersedih dan berduka.
"Bunda mau makan? atau mau ku ambilkan sesuatu" ucap Ayana setelah selesai memberi minum air putih ke ibunya.
Ibu nya menggeleng "Yaudah, bunda istirahat dulu aja ya" jawab Ayana
Ibunya berbaring lalu ayana memakaikan selimut ke ibu nya. tubuh ibunya sangat lemas, walaupun ayana bandel dan seperti tidak mempunyai hati nurani tetapi ketika melihat ibu nya seperti ini, ia kasihan.
"Ayana keluar dulu ya bunda, istirahat yang cukup. jangan sampai sakit" ucap nya lalu pergi meninggalkan kamar sang ibu.
Saat menuruni tangga, ia berpapasan dengan ayahnya. "Bunda dikamar?" tanya sang ayah
Ayana mengangguk "Yaudah, jaga dirimu baik baik" ucap sang ayah.
Ayana mengangguk kembali "Aku mau ke kamar nenek ya, pa"
Ayahnya mengangguk. ia segera berjalan ke kamar neneknya.
Kamar itu gelap, lalu ia nyalakan lampu nya. berjalan pelan ke arah kasur sang nenek, lalu terduduk diam diatas ranjang itu. ia menunduk, teringat waktu kecil ia pernah tidur di ranjang itu juga. waktu ia masih belum seperti sekarang, waktu dia masih takut akan semua orang. waktu itu, ketakutan nya sangat besar.
"Rasa takut mu hanya sebuah perasaan. jadi jangan biarkan perasaan takut merenggut kendali mu"
"Dia yang telah mengatasi ketakutannya akan benar-benar bebas"
Itu salah satu perkataan Aristoteles filsuf yunani yang ia dengar melalui neneknya.
saat itu, ia menangis lalu pergi ke kamar neneknya. ia bercerita tentang kenapa ia menangis kepada sang nenek dan nenek pun mengatakan hal itu yang membuat Ayana merubah dirinya.Tapi sepertinya ia salah mengartikan kata kata neneknya.
Ayana melamun.
"Oh iya, cincin" ucap nya setelah mengingat kembali ucapan neneknya saat itu.
Ayana langsung mencari cincin itu. dan untung nya sangat mudah untuk menemukannya. cicin nya ada di laci meja yang ada dikamar itu, cicin nya hanya terbalut sapu tangan abu abu. tidak ada wadah atau apapun.
"Apa benar ini hadiah nya?" batin Ayana.
Ayana langsung mencari apakah ada perhiasan lain di kamar neneknya. tetapi hasilnya, nihil. hanya cincin yang ia pegang sekarang satu satunya perhiasan.
"Baiklah, sepertinya memang ini hadiah ku"
Tanpa pikir panjang Ayana langsung memakai cincin hadiah dari neneknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
PERUBAHAN
FantasíaIni cerita tentang Ayana Celine Indah sosok antagonis yang di benci oleh semua orang. ia memiliki kuasa. semua ia dapatkan. dia selalu merendahkan orang lain. tapi karena satu hal, sosok antagonis itu menghilang. perubahan itu semenjak ia kehilanga...