"Sa mau jadi pacar aku" - Yega
"Sa nikah yuk" - Yega
"Sa maaf aku harus melakukan ini" -
Yega
Semua tentang Yega dan Yesa. Manis namun pahit. Bahagia namun menyakitkan. Ada tapi menghilang.
Waktu terus berlalu dengan cepat. Yega merasa semakin tidak ingin menjauh dari Yesa. Begitupun Yesa yang semakin hari semakin menunjukan rasa cintanya kepada Yega. Tepat hari ini, Yesa telah resmi menjadi seorang Mahasiswi di salah satu perguruan tinggi terbaik di kotanya. Tempat dimana Yega pun menuntut ilmu disana.
"Udah siap?" Tanya Yega yang berada di balik kemudinya. "Aku degdegan banget ini yank" cemas Yesa yang akan memulai perkuliahan hari ini. "Gak akan kenapa-kenapa, santai aja yaa, cari teman kalo bisa, biar kamu ga sendirian terus, aku ga bisa jagain kamu di kelas. Tapi kalo kamu ga bisa nyari teman ga apa-apa," saran Yega yang diangguki oleh Yesa. "Nanti pulang ngampus mau nonton yaaa boleh gak" pinta Yesa tiba-tiba. "Hmmm kita pulang aja yaa, aku masakin kamu nanti" tolak Yega yang jelas membuat suasana hati Yesa memburuk. "Ck, terserah" Yega pun tau kalau kekasihnya itu merajuk, tapi ya gimana lagi. "Aku cape, banyak tugas, sekalian temenin aku ngerjain tugas yaaa" Yega memberi pengertian yang mungkin Yesa akan mengerti. "Hmm" hanya itu yang Yesa gumamkan. "Jangan marah yaa, nanti weekend aku ganti, seharian jalan-jalan yaa" bujuk Yega kembali dan tentu Yesa pun menyetujuinya.
Waktu menunjukkan jam makan siang untuk orang yang memang terjadwal hidupnya. Tapi tidak dengan Yesa. Dia di waktu ini masih berada di dalam kelasnya. Memperhatikan dosen yang sedang memaparkan beberapa peraturan. Hm ralat bukan memperhatikan tapi lebih tepatnya melamun. Ini cukup membosankan untuknya, dan ingin segera pergi ke luar. Memang, tidak lama dari itu sang Dosen pun selesai. Dan semua mahasiswa termasuk Yesa buru-buru pergi keluar.
"Laper banget gila" gumamnya. "Ayo pulang" tiba-tiba suara itu mengagetkan Yesa yang sedang kesal karena jam makan siang sudah terlewat."bikin kaget aja, aku laper yank" rengek Yesa setelah mengetahui yang mengajaknya pulang adalah Yega. "Iyaaa ayo langsung pulang ya, nanti makan di rumah aja"
"Gimana tadi kuliah pertamanya sayang" tanya Yega yang sedang mengemudikan kendaran roda 4 itu. "Ehh tau gak yank, ternyata aku sekelas loh sama Dania, cuman tadi belum sempet nanya, aku malu" cerita Yesa begitu antusias. Tepat hari ini Yesa memasuki hari pertama perkuliahan, Yesa yang dari sejak lama tidak mempunyai teman, sungguh sangat senang melihat Dania bersama di kelas yang sama. Tapi karena Yesa merasa malu akhirnya dia tetap berdiam diri tanpa menyapanya.
"Kenapa ga kamu tanya sayang, kan biar jadi temen deket kamu, biar kamu ga kesusahan juga nantinya, aku kan ga selalu bisa bantuin kamu nanti" saran Yega yang menginginkan kekasihnya ini memiliki teman. "Iyaa aku harus berteman sama Dania, biar ga sendiri terus di kelas" Yesa menyetujui apa yang di lontarkan kekasihnya itu. "Kita makan beli aja deh bawa ke markas yaa, lama aku ga ke markas. Dah lama juga ga kumpul sama Triyan, nanti aku suruh Triyan bawa Dania aja, gimna?". Yega yang memang sedang sibuk sudah jarang bertemu Triyan, hingga hari ini ada kesempatan untuk menemui sahabatnya itu.
Di kediaman Triyan,yang mereka sebut markas itu kini mereka berada. Yesa yang antusias karena akhirnya bertemu dengan Dania. Mereka memutuskan untuk berteman karena Dania pun sedang kesulitan untuk mencari teman. "Sayang itu makan dulu, katanya tadi laper" begitulah Yega yang selalu perhatian kepada kekasihnya. "Iya ini sambil makan ko" jawab Yesa yang masih antusias berbincang dengan teman barunya Dania. "Engga ya, makan dulu. Dania juga gak akan kemana-mana, atau sekalian ajak Dania makan, aku beli lebih ko makannya" seru Yega yang berharap Yesa akan menuruti perkataannya. Dan memang betul, Yesa menuruti perkataan Yega dan segera menyantap makan siangnya.
"Ting tong"
"Ting tong"
Semua orang di markas saling tatap, ketika mendengar suara bel di kediaman Triyan. "Siapa ya?" tanya Triyan kepada dirinya sendiri. "Lahh mana gue tahu,lo pesen apaan kali, paket atau apa" jawab Yega sedikit kesal. "Kagak ada, gue ga pesen apa-apa, Papa Mama gue kan baru berangkat yakali balik lagi" kesal Triyan. "Ka iyan daripada ngomel mulu mending samperin deh" ucap Yesa yang sama kesalnya. Tanpa menjawab apa-apa lagi Triyan segera bergegas keluar dari Markas dan menuju rumahnya untuk membukakan pintu.
"Hai"
"Hello"
"Woy"
Kaget begitulah yang sedang di hadapi Triyan melihat orang yang bertamu ke rumahnya tersebut. "Gue masuk ya, ada anak-anak kan" pria itu langsung masuk tanpa permisi kepada sang tuan rumah yang masih diam membisu melihat orang tersebut, sampai sebuah teriakan menyadarkan Triyan dari ke kagetannya.
"Buruan woyyy"
"Dinar anjir lo"
Triyan segera berlari menyusul Dinar yang tadi meneriakinya.
Ya laki-laki itu adalah Dinar, yang entah ada angin apa tiba-tiba dia sudah berada di kota ini. Tanpa ada yang tau dia datang, mungkin sengaja. Entah lah Triyan tidak tahu.
"Permisi, paket"
Mendengar suara laki-laki yang sangat Yesa kenal dan rindukan juga, seketika menoleh ke sumber suara. Dan benar laki-laki itu adalah kakaknya, yang entah sudah berapa bulan dia belum bertemu secara langsung.
"Abaaaangg"
Yesa tanpa aba-aba berlari menghampiri sang kakak, kemudian memeluknya dengan erat. "Adek kangen abang" isaknya dalam pelukan sang kakak. Dinar masih mencoba menenangkan sang adik dengan usapan lembut di punggung dan puncak kepalanya.
"Abang juga kangen adek, adek sehat kan?" Hanya ada anggukan yang Dinar rasakan di dadanya.
"Udah udah udah kangen-kangenannya, sayang kamu lanjutin makan dulu gih, kasian Dinarnya cape tuch". Yega memutuskan pelukan sang kekasih dengan sang kakak, kemudian Yega memeluk sahabat nya itu dengan sangat erat.
"Abaaaaaaaaaanggggg".
"Anjir jijik lo"
🏀🏀🏀🏀🏀Bersambung🏀🏀🏀🏀🏀
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.