Bayangan di Tengah Malam

23 2 0
                                    

Langkah itu menggema di jalan berbatu, ternyata itu adalah seorang wanita elf berambut pirang, setiap hentakan dari wanita itu memancarkan aura dingin yang mencekam. Kostum slime hitam yang melekat di tubuhnya tampak berkilau redup di bawah sinar bulan. Topengnya hanya menutupi area sekitar mata, menyisakan tatapan tajam yang seolah ingin menembus pikiranku.

[Dia memancarkan aura yang cukup kuat. Tapi aku yakin kau tidak perlu menganggapnya serius, Tsukasa,] komentar System-san dengan nada santai.

Aku tersenyum tipis, menatap wanita itu tanpa rasa takut. “Ya, ini lebih seperti hiburan,” gumamku pelan.

Wanita itu berhenti di jarak lima meter dariku. Suara angin malam menyelubungi kami, menciptakan ketegangan yang nyaris tak tertahankan. “Kau lagi... Sekarang, apa tujuanmu menyusup perusahaan Mitsugoshi?” tanyanya dengan nada dingin.

Aku memasukkan tangan ku di saku celana, senyum kecil tetap menghiasi wajahku. “Aku hanya penasaran. Barang-barang Mitsugoshi terasa terlalu familiar. Aku ingin tahu asal-usulnya.”

“Rasa ingin tahumu akan membawamu pada kehancuran,” katanya tajam. Slime di lengannya mulai bergetar halus, menunjukkan respons terhadap mana yang ia alirkan. Tanpa peringatan, slime itu memadat menjadi pedang ramping yang terlihat mematikan.

Dia melesat ke arahku dengan kecepatan tinggi, pedangnya menebas lurus ke dada. Tapi bagiku, gerakannya terasa lambat. Aku menggeser tubuh sedikit ke samping, membiarkan pedang itu melewati udara kosong.

“Cepat, tapi masih terlalu lambat,” komentarku dengan nada mengejek.

Dia tidak menjawab, hanya melanjutkan serangannya dengan lebih agresif. Kedua tangannya kini memegang pedang slime, setiap tebasannya membentuk kilatan yang hampir tak terlihat. Serangan-serangan itu tidak asal, semua diarahkan dengan presisi tinggi, mematikan bagi siapa pun yang tidak bisa mengimbanginya.

Namun, bagiku, semua itu hanyalah tarian lambat. Aku menghindar dengan mudah, bahkan sambil berjalan santai ke arah berlawanan.

[Kau menikmatinya, ya? (⁠─_─ )] tanya System-san, nadanya seperti teman yang mengamati sebuah pertandingan.

“Tentu saja,” jawabku sambil tertawa kecil. “Lama sekali aku tidak bertemu lawan yang setidaknya cukup serius.”

Wanita itu melompat mundur, slime di kostumnya mulai berpendar saat ia mengalirkan lebih banyak mana. Kali ini, slime-nya berubah menjadi sepasang pedang bercahaya dengan energi sihir yang terasa menghantam udara. Dia mengangkat kedua pedangnya tinggi-tinggi, siap untuk melancarkan serangan berikutnya.

Aku menghilang tepat saat dia mengayunkan pedangnya, tidak menggunakan sihir, melainkan kecepatanku yang tak terukur. Gerakanku terlalu cepat untuk mata biasa, membuatnya kebingungan saat serangannya hanya mengenai udara kosong.

“Dimana kau?!” serunya, nada dinginnya berubah menjadi frustrasi.

Aku muncul di belakangnya dalam sekejap, jarak kami hanya beberapa inci. “Di sini,” bisikku pelan, cukup untuk membuat tubuhnya tegang.

Dia berbalik cepat, slime di kostumnya bereaksi untuk membentuk perisai yang kokoh. Namun, sebelum dia sempat menyerang lagi, aku sudah berpindah tempat. Aku kembali ke atap bangunan terdekat, memandanginya dari kejauhan.

Dia berdiri kaku di tengah jalanan, napasnya berat, dan aura di sekitarnya mulai bergetar. “Shadow Garden...” gumamku sambil tersenyum kecil. “Kalian memang memiliki kekuatan, tetapi sejauh ini, hanya itu saja yang kalian punya.”

Aku melompat pergi, meninggalkan wanita itu sendirian di tengah keheningan malam. Bayangan dari pertarungan kami tetap membekas di udara, membuatnya terdiam, penuh rasa frustrasi dan ketidakpastian.

Dimensional System'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang