"Mas, habis dari mana?"
"Bukan urusan kamu!"
Keniro langsung melewati Sahira tanpa banyak berkata. Ia terlihat kelelahan, terlihat dari jalannya yang sempoyongan. Sahira yang masih ada di belakang segera mengejar Keniro dan memegang tangannya berniat memapah, tapi lagi-lagi tangannya kembali disingkirkan.
Keniro berjalan terlebih dahulu meski pun dengan badan yang terasa begitu berat, sementara Sahira setia membuntutinya di belakang dengan rasa khawatir juga pikiran yang berkecamuk. Namun, ia harus sabar untuk menanyakannya lebih lanjut.
Setibanya di kamar, Keniro langsung merebahkan dirinya di atas kasur empuk itu. Ia bahkan tidak melepas jas kerjanya juga sepatu. Memilih langsung memejamkan mata karena tubuhnya benar-benar terasa begitu remuk.
Seharusnya Keniro merasa beruntung karena memiliki istri seperti Sahira. Ia gadis desa yang tidak neko-neko. Usianya baru menginjak 22 tahun. Namun, ia bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Berkebun pun tidak perlu ditanyakan lagi, karena sedari kecil Sahira sering membantu orang tuanya berkebun dan menanam padi. Parasnya pun lugu, dengan kulit putih dan mata bersinarnya. Menggambarkan gadis desa sesungguhnya. Sahira cukup cantik di kalangan gadis-gadis di desanya. Namun, tidak tahu jika di pandangan Keniro karena Keniro begitu sulit ditebak.
"Mas, tidak bersih-bersih dulu? Aku akan menyiapkan air hangat." Seperti biasa, Keniro diam saja.
Sahira kembali menghela napas. Melihat Keniro yang begitu kelelahan, entah apa yang ia kerjakan sampai pulang tengah malam begini. Ia pun mendekat, membantu melepaskan jas kerja dan sepatu yang suaminya kenakan.
Dadanya terasa begitu sesak ketika melihat bekas merah lipstik di jas hitam milik sang suami. Sahira tidak banyak bicara, hanya menyimpan pertanyaan di lubuk hatinya. Karena ia tahu, jika ia menanyakan itu, ia akan lebih sakit hati.
"Mas, aku sudah menyiapkan air hangat. Bersihkan diri dulu biar tidurnya nyenyak." Sahira mengusap lengan Keniro pelan untuk membangunkannya.
Beruntung Keniro segara bangun. Ia tidak bisa tidur jika tidak mandi memang. Dengan mata setengah terbuka, Keniro pergi ke kamar mandi dan Sahira menunggu dengan hati berkecamuk mengingat noda lipstik di jas Keniro itu.
Sepuluh menit berlalu dan Keniro keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah dan tubuh atletisnya terlihat jelas karena ia keluar hanya mengenakan celana pendek di atas lutut.
Selama melajang, Keniro tidak memiliki pacar. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja dan nge-gym. Oleh karena itu badanya terbentuk dengan bagus. Bagaimana tidak orang setampan itu tidak digandrungi banyak wanita?
"M-mas---"
"Saya capek, saya mau tidur." Tanpa menunggu balasan Sahira, Keniro kembali merebahkan dirinya di atas ranjang.
"Mas, aku---"
"Saya bilang saya mau tidur!" Keniro sedikit menekankan ucapannya.
Sementara Sahira memejamkan mata mencoba menahan emosi. "Mas, lipstik siapa di baju kerja kamu?" tanya Sahira pada akhirnya.
Mendengar itu Keniro malah menarik selimut dan memejamkan matanya. "Bukan urusan kamu."
"Mas, aku istrimu dan sudah pasti jika ada wanita lain di hubungan kita itu menjadi urusan untukku!" Sahira berjalan mendekat. Ia bukan bermaksud menjadi istri durhaka, tapi ia tidak ingin ada orang ketiga dalam rumah tangganya.
"Lipstik milik siapa itu mas? Mas selingkuh? Mas punya wanita lain? Tadi aku mencium bau alkohol waktu Mas pulang, atau Mas dari---"
"Ya, saya dari klub malam dan bersenang-senang dengan wanita. Puas kamu?"
Sahira sudah menduga ini, tapi tetap saja ketika ia mendengar langsung rasanya begitu terkejut. Suaminya pergi ke klub malam untuk bersenang-senang dengan wanita lain. Lalu, Keniro menganggap kehadiran Sahira apa di sini?
Lelah dengan kebisingan ini, Keniro bangkit dari atas ranjang dan berniat keluar untuk mencari tempat tidur yang lebih nyaman. Ia hanya mengenakan celana pendek tanpa baju sehingga dada bidang serta perut sixpack nya terlihat jelas.
"Mas, kamu---""Diam!" Keniro berbalik arah, napasnya terlihat memburu dengan sorot mata tajam, tetapi penuh kelelahan. "Berhenti panggil saya Mas! Panggil saya tuan, mengerti?"
"Mas, aku istrimu. Selama ini kamu menganggap aku apa? Pelayan?" Setetes air matanya jatuh. Rasanya hati Sahira bagai dicabik bertubi-tubi.
"Ya, saya memang menganggapmu pelayan. Tidak lebih dan tidak kurang!" jawab Keniro tanpa menunggu lama.
Lagi, jawaban Keniro tidak pernah gagal membuat hati Sahira berdenyut nyeri. "Pelayan? Aku pelayanmu, Mas?" tanya Sahira dengan suara sumbang.
"Aku pikir kehidupan pernikahan kita akan berjalan lancar. Dulu Mas tidak menolak pernikahan ini, Mas juga sudah berjanji kepada orang tuaku untuk menjaga dan membahagiakanku, Mas bahkan terlihat bahagia di hari pernikahan kita. Kenapa sekarang Mas seperti ini? Aku punya salah apa, Mas?"
Bulir demi bulir air mata semakin berjatuhan lebih deras. Sahira tidak mampu lagi menahannya. Hatinya memang sakit ketika Keniro selalu mengacuhkannya dan bersikap dingin, tapi ketika ia membawa wanita lain di hubungan ini, itu jauh lebih sakit berkali-kali.
"Apa aku tidak cantik? Apa aku tidak menarik sampai Mas pergi mencari wanita lain untuk bersenang-senang?" tanya Sahira. Ia perlahan mulai mengatur emosinya. Pipi yang basah akan air mata pun ia hapus dengan cepat.
Sahira tidak menyangka jika Keniro bisa membawa wanita lain dalam hubungan ini. Dengan pikiran yang kalut, Sahira berjalan mendekat, tepat berhenti di hadapan Keniro. Tangannya terangkat, mulai melepas kancing bajunya satu persatu yang membuat mata Keniro terbelalak kaget.
"Apa karena sampai detik ini Mas tidak mengambil hak Mas hingga Mas tidak menganggap aku sebagai seorang istri?" Sekarang kancing baju Sahira sudah terlepas, memperlihatkan tubuhnya yang hanya dibalut bra dan kaus dalam.
Baju yang masih tersampir di bahu Sahira, ia jatuhkan. Kini bahu putih bersih dengan tulang selangka yang menonjol terlihat begitu indah. Dadanya tidak terlalu besar, tapi sepertinya pas untuk genggaman tangan Keniro. Keniro yang melihat itu menelan ludahnya. Antara kaget juga tidak menyangka jika Sahira akan melakukan ini.
"Aku tidak rela suamiku bersenang-senang dengan wanita lain." Kali ini tangan Keniro yang menganggur Sahira ambil, ia mengangkatnya dan menaruh tangan besar dengan urat yang menonjol itu di atas dada sekalnya.
"Sentuh aku, Mas! Sentuh aku sebagai istrimu!"
TBC ....
Rate cerita ini 18++++
Jadi yang belum 18, aku saranin si jangan baca hehe.Gimana? Kamu suka gak? Lanjut ga nih?
10 komen dulu dong nanti aku lanjutin.
18 November 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Mr. Ken
Teen Fiction"Berhenti panggil saya, Mas! Panggil saya tuan, mengerti?" "Tapi, Mas. Mas kan suami aku dan aku bukan pelayan Mas yang harus memanggil tuan." "Tapi, saya tidak pernah menganggap kamu sebagai istri saya. Ya, saya memang menganggapmu pelayan. Tidak...