Chapter 4

4 2 1
                                    


Happy reading!


----

Udara di ruangan rahasia itu terasa berat, seolah menyimpan beban rahasia yang telah lama terkubur. Qienna memandangi jurnal yang terbuka di depannya, masih terpaku pada tulisan terakhir yang ia baca.

"Qierra Asthara Gianindya bukan hanya seorang figuran. Dia adalah kunci untuk mengubah alur cerita ini."

Pikiran Qienna penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Qierra? Bagaimana mungkin seorang figuran dalam cerita bisa menjadi pusat segalanya?

Ia membalik halaman jurnal itu, berharap menemukan lebih banyak petunjuk. Tetapi setiap catatan yang ia baca hanya menambah kebingungan. Ada diagram, peta, dan coretan tangan yang tampaknya berisi analisis tentang dunia ini.

Namun, di salah satu halaman, ia menemukan sesuatu yang menarik: sebuah nama yang ditulis dengan tinta tebal. Areska Damario Agaskoro.

Nama itu membuat jantung Qienna berdetak lebih cepat. Areska adalah tokoh utama dalam novel Obsession, CEO tampan yang menjadi pusat kisah cinta klise antara dirinya dan Shagina Shah. Tapi mengapa namanya ada di jurnal Qierra?

Di bawah nama itu, tertulis satu kalimat yang membuat bulu kuduk Qienna meremang:
"Areska bukan seperti yang terlihat. Dia tahu lebih banyak daripada siapa pun."

.....

Setelah memastikan bahwa tidak ada lagi yang bisa ia temukan di ruangan itu, Qienna menyembunyikan jurnal dan kunci logam di balik jubahnya. Ia tahu bahwa penemuannya ini terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja.

Ketika ia keluar dari bangunan tua itu, ia merasa ada yang mengawasinya. Ia melihat sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun. Meski begitu, instingnya memberitahunya bahwa ia harus berhati-hati.

Di perjalanan pulang, pikirannya terus dipenuhi oleh nama Areska. Jika apa yang tertulis di jurnal itu benar, maka pria itu bukan hanya sekadar protagonis dalam cerita. Tapi bagaimana ia bisa mengetahui lebih banyak? Dan apa yang sebenarnya ia sembunyikan?

Setibanya di rumah, Qienna langsung menuju kamarnya dan menyembunyikan jurnal itu di bawah lantai kayu yang longgar. Setelah memastikan semuanya aman, ia duduk di kursi dekat jendela, merenungkan langkah selanjutnya.

Satu hal yang ia tahu pasti: ia harus menemui Areska.

.....

Kesempatan itu datang lebih cepat dari yang ia duga. Esok paginya, Claudien mengundangnya untuk menghadiri sebuah acara pertemuan bisnis di hotel mewah di pusat kota. Qienna awalnya ragu, tetapi ketika ia mendengar bahwa Areska juga akan hadir, ia langsung setuju.

Acara itu berlangsung di ballroom besar yang penuh dengan orang-orang penting. Qienna mengenakan gaun hijau zamrud yang dipilihkan oleh pelayan keluarga. Ia mencoba menenangkan dirinya sambil memindai ruangan, mencari sosok yang dikenalnya hanya dari deskripsi dalam novel.

Dan kemudian, ia melihatnya.

Areska Damario Agaskoro berdiri di dekat bar, mengenakan setelan hitam elegan. Postur tegap dan wajah tampannya membuatnya menonjol di antara kerumunan. Tetapi yang membuat Qienna terpaku adalah tatapan matanya—dingin dan penuh perhitungan, sangat berbeda dari gambaran pria romantis yang ia baca dalam novel.

Qienna menarik napas dalam-dalam dan mendekatinya.

“Selamat malam, Tuan Areska,” ucapnya dengan sopan.

Pria itu menoleh, sedikit terkejut mendengar namanya dipanggil. Tetapi ekspresi terkejut itu dengan cepat berubah menjadi senyum kecil yang penuh arti.

“Nona Qierra Asthara Gianindya,” balasnya dengan nada datar. “Sebuah kehormatan bertemu dengan Anda.”

Destiny and Obsession [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang