63. Kedatangan Tamu Tak Terduga

7 1 0
                                    

Hari itu, cuaca cerah berawan meliputi langit, menciptakan lanskap yang mempesona di sekitar Langgar Suci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu, cuaca cerah berawan meliputi langit, menciptakan lanskap yang mempesona di sekitar Langgar Suci. Kirana duduk di bawah naungan sebuah pohon rindang yang menjadi salah satu tempat favoritnya bersantai, menikmati pemandangan para prajurit yang sedang berlatih di lapangan terbuka. Di sampingnya, Mita duduk dengan tatapan yang penuh perhatian, mengamati latihan para prajurit dengan cermat.

Di antara mereka, terlihat sosok Zayne, yang dengan gagahnya memimpin latihan dengan penuh semangat. Dia memandu dengan gesit, memberikan instruksi kepada para prajurit, mengasah kemampuan mereka dengan pedang-pedang mereka yang berkilau di bawah sinar matahari. Kirana merasa lega melihat keadaan Zayne dan anggota prajurit yang sebelumnya terluka dalam insiden di hutan larangan kini telah pulih sepenuhnya.

Tubuh Kirana memang berada di sana, tapi tidak dengan isi pikirannya. Dia terus saja merasa gelisah, tanpa ia ketahui apa yang menjadi alasan dari kegelisannya itu.

Semua masalah dan kendala yang terjadi akhir-akhir ini memang telah diselesaikan dengan sangat baik. Dia bahkan telah melakukan negosiasi dengan Wira mengenai hutan larangan dan pasukan bayangan miliknya, dan mereka telah mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain.

Harusnya, Kirana merasa tenang karena semuanya sudah berjalan dengan normal kembali, namun sebaliknya, entah mengapa dia terus saja dihujami dengan firasat tak baik, seolah-olah akan terjadi sesuatu yang buruk.

Kirana berulang kali mendesah, mengisyaratkan keresahan hatinya. Mita yang menyadari perubahan suasana hati Kirana yang tidak baik, bertanya karena khawatir.

"Ada apa, Kirana? Sepertinya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranmu?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku saat ini, Kak Mita. Seharusnya aku merasa senang, tapi aku terus saja merasa khawatir tanpa sebab," jawab Kirana sambil memandang Mita dengan kekalutan yang begitu menyiksa.

"Kau terlalu bekerja keras selama ini dan tidak pernah beristirahat dengan benar. Kau juga terlalu memikirkan dan mementingkan orang lain daripada dirimu sendiri. Bagaimana kalau kamu beristirahat saja, tanpa memikirkan apa pun dan siapapun."

Kirana menghela napas untuk yang ke sekian kalinya. "Bagaimana bisa aku mengabaikan orang lain yang datang padaku meminta bantuan, bagaimana bisa aku berpura-pura tidak melihat saat ada yang datang meminta bantuan padaku. Aku bukan hanya Kirana Malikha, aku juga utusan Sang Hyang Tunggal yang  datang untuk membantu manusia yang membutuhkan bantuanku dan Langgar Suci."

"Baiklah. Anda tidak perlu mengabaikan siapapun yang datang pada Anda. Tapi setidaknya, Anda beristirahatlah."

"Baiklah, baiklah. Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku dan tidur sebentar. Terima kasih untuk nasehatnya, Kak Mita," sahut Kirana akhirnya mengalah untuk tidak melanjutkan perdebatan dengan Mita. Kirana berpikir mungkin tidak ada salahnya dia menuruti nasehat Mita dengan beristirahat sebentar saja.

SELENOPHILE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang