🔞 NOTE!! Chapter ini mengandung konten dewasa/eksplisit. Harap bijak dalam membaca apalagi kalau masih dibawah umur!!
Woy, komen woy! Aing panas dingin ngetik chapter ini-- (alasan kenapa beliau lama update karena ragu-ragu)
EKHEM! Watashi tidak pandai bikin adegan smut, jadi maap kalau aneh.
Baiq lah tanpa banyak bacot lagi, silahkan gulir😌😉
°~•~•♡•~•~°
Lingkaran sihir mendadak muncul di depan bangunan kayu berlantai dua. Disekitaran sangat gelap dan sejauh mata memandang hanya terlihat hutan rimbun.
Angin berhembus menambahi rasa dingin. Mata emas mengedar guna mengamati perawakan alam yang berbeda, seolah-olah tempat ini berasal dari dunia lain.
"Uh. . . ."
Merasakan urgensi yang semakin parah dari lenguhan gadis digendongnya. Ishakan melangkah memasuki rumah begitu pintu bergerak terbuka dengan sendirinya.
Terkejut, namun tak urung tetap masuk sebab memikirkan si rambut merah yang tubuhnya kian mendingin.
[Name] sengaja membawa dia dan Ishakan ke tempat ini. Dia tak mau pulang dalam keadaan seperti sekarang, bisa-bisa Leah mengomelinya habis-habisan.
Lagipula [Name] sudah memasang sihir pelestarian di rumah ini agar tetap terjaga. Jadi tak perlu khawatir jika ingin bermalam.
"I-ishakan. . ." panggilannya bergetar lemah, itu akibat rasa dingin yang semakin menjadi-jadi.
Ingin meminta Ishakan membawanya ke lantai dua, mereka saat ini memasuki ruang tengah. Namun bibirnya kelu dan malah terus menggigil, rasa dingin ekstrim yang seolah membekukan setiap saraf ditubuhnya.
Bahkan hangatnya tubuh Ishakan masih tak dapat meredakan dingin yang dirasakan oleh [Name].
'Racun ular sialan ini!' batin [Name] memaki.
Pria bermata emas di sisi lain menatap liar antara gadis di gendongannya dan isi rumah. Menghela nafas kasar, Ishakan bergerak hati-hati saat melepas jubahnya, yang lalu dia bentangkan di lantai begitu saja.
Jubah hitam besar yang bahkan dapat menjadi selimut tidur [Name]. Bukannya si raja Kurkan tidak berpikir dulu, tapi dia harus segera melakukan sesuatu guna menetralkan sedikit rasa dingin yang gadis surai merah itu rasakan.
"Aku harus melihat luka mu dulu." kata Ishakan, secara perlahan membaringkan [Name] di lantai dengan beralaskan jubahnya.
Seharusnya [Name] di bawa ke ahli seperti Morga, tapi gadis ini menolak keras. Ishakan tidak bisa menolak begitu [Name] bersikeras dibawa ke rumah ini.
"A-aphrodisiac. . . ramuan c-cinta- ugh! N-narkoba. . ."
Potongan-potongan kalimat yang susah payah dirangkai pemilik surai merah. Ishakan tentu tidak dapat memahami, namun mengangguk menanggapi. Tangan-tangan besar dengan bekas luka dibeberapa bagian, tergerak membuka jubah yang di pakai oleh [Name].
Begitu udara dingin menyapa tubuhnya semakin kuat, [Name] meringis dan tanpa sadar menggenggam tangan Ishakan yang sedang menyingkap surai merah dari wajahnya. Pria mata emas mengernyit, tubuh kecil ini terasa sangat dingin namun, anehnya surai merah basah akan keringat.
[Name] malam ini menggunakan gaun krem yang tidak terlalu menunjukkan lekuk tubuhnya, namun walau bagaimanapun tetap menampakkan leher putih jenjangnya.
Dapat terlihat bekas gigitan ular di area perpotongan leher [Name].
Mengusap wajah menggunakan tangan lain. Ishakan menarik, kemudian menghembuskan nafas berat seraya menatap lamat wajah [Name]-- sedang berpikir keras untuk tindakan yang akan diperbuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imbalance [PM Fic]
Short StoryPredatory Marriage x Readers. Tatapan mata emas mengarah pada helaian merah mawar yang melambai tertiup angin. Padang pasir dengan angin semilir menerpa sosok cantik nan molek itu. "Isha." Tersenyum, bibir semerah ceri itu mengukir senyuman manis. B...