01 || Permintaan

604 90 19
                                    

Untuk chapter awal-awal mungkin masih agak-agak yah.

Happy reading!

°~•~•♡•~•~°

"HAAH. . . .!"

Mata langsung terbuka lebar begitu kesadaran menariknya. Nafas tersengal-sengal seperti orang yang habis berlari jauh, ingin membawa diri untuk duduk namun perasaan sakit di sekujur tubuh membuat dia mengurungkan niat.

Pikiran berputar ke peristiwa mengenaskan yang beberapa waktu lalu baru saja dialaminya.

Memikirkan rasa sakit setiap bagian badan yang remuk dan terpental ke aspal keras, menghadirkan merinding sekujur tubuh.

Kemudian terpikirkan nasib dua orang yang ikut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.

Adik perempuannya dan sahabatnya.

"Khukk! Uhuk, uhuk!"

Dapat dirasakan tenggorokan yang seolah terhimpit, dia kesulitan bernafas hingga terbatuk-batuk.

Dinginnya lantai, hawa ruangan pengap, dan aroma-aroma tidak sedap membuat semakin bingung. Pusing mendera kepala, bersamaan dengan tubuh yang diguncang-guncang oleh beberapa orang.

Ada kepanikan dari gerakan ceroboh itu. Suara teriakkan bergema di telinga sebelum akhirnya mata kembali tertutup, pingsan.

Brukk!

Jatuh terduduk ke lantai, dua telapak tangan menutup wajahnya saat pusing lambat-laun sirna.

Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah yang tengah ia alami saat ini adalah serangkaian menuju alam akhirat?

Jelas sekali tadinya berada di ruangan gelap-- hanya satu penerangan dari api obor di dinding yang samar-samar.

Namun sekarang sudah berpindah lagi ke tempat lain, yang pencahayaannya dapat membuat matanya buta sejenak.

"Sial."

Umpatan kesal nan jengkel mengalir keluar dari mulut dengan mudah.

Lalu sahutan suara orang lain yang tak terduga terdengar:

"Wow, menakjubkan."

Nada bicara terdengar seperti seseorang yang memiliki kepribadian menjengkelkan.

Melepaskan tangan dari wajahnya, tatapan terangkat naik ke arah sumber suara. Sesaat itu, matanya langsung terbelalak kaget.

"Siapa kau?"

Pertanyaan yang sudah lumrah dipertanyakan oleh orang normal, yang melihat eksistensi asing muncul didepan mata.

"Pertanyaan bagus. Kau terlihat normal, jadi, haruskah kita berbicara santai tanpa tatapan tajam itu?"

Yang eksistensi asing itu maksudkan adalah tatapan tajam milik gadis yang duduk dilantai.

Mengalihkan tatapan ke pemandangan lain, tatapan mengedar melihati tempat aneh yang sayangnya sangat enak untuk dipandang.

Lantai yang kini ia duduki merupakan marmer biru tua dengan kilau bagai bintang di langit. Lebih tepatnya terlihat seperti langit malam penuh bintang.

Imbalance [PM Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang