Epilog

12 3 1
                                    

“Seseorang pernah berkata padaku bahwa dia tidak tahu kenapa aku bisa mencintai orang seperti dirinya. Terus terang saja, aku juga tidak tahu. Kurasa aku tidak termasuk salah satu orang yang merasa kau tidak membutuhkan alasan untuk mencintai seseorang. Karena cinta terjadi begitu saja. Kau tidak bisa memaksakan diri mencintai seseorang, sama seperti kau tidak bisa memaksakan diri membenci orang yang kau cintai.”

Lee Donghae terdiam sejenak, menarik napas dan menghembuskannya perlahan.
“Tapi kalau aku harus menjawab pertanyaan itu.” lanjutnya sambil merenung.

“Kurasa aku akan berkata bahwa aku mencintainya karena dia adalah Im Yoona.”

Mata Donghae menyapu sekeliling aula konser yang dipenuhi ratusan penonton. Ia melihat kedua orangtuanya duduk di barisan pertama kursi penonton. Jonghyun dan Mark juga ada di sana. Lalu matanya beralih ke arah Tn. dan Ny. Im yang juga duduk di barisan pertama. Mereka tersenyum menyemangati Donghae. Akhirnya mata Donghae terpaku pada kursi kosong di samping Ny. Im dan dadanya langsung terasa nyeri. Membayangkan kembali kehidupannya yang dipenuhi gadis itu, Im Yoona.

"Kurasa di balik semua sikap kasar, dingin, suka memerintah yang kulihat selama ini, masih ada sesuatu yang baik dalam dirimu."

.

.

"Dongeng seorang gadis desa dan pangeran. Bisakah kau melanjutkannya?’"

.

.

"Hae, menurutku gadis desa itu juga menganggap sang pangeran sebagai teman bicara yang menyenangkan."

"Dan aku yakin gadis itu menganggap sang pangeran laki-laki yang sangat baik."

.

"Kau memang menyedihkan. Apa jadinya kau tanpa aku?"

.

"Sangat, sangat bagus. Dan aku sangat, sangat menyukainya."

.

.

"Aku ingin mendengar laguku. Sunshine Becomes You atau Thinking of Im?"

.

"Aku akan menari sekali lagi. Setelah itu aku akan bertahan hidup. Untukku, untuk orang tuaku, dan untukmu."

.

"Setelah ini, aku ingin mendengar laguku sekali lagi."

Donghae memejamkan matanya sejenak, berharap air mata yang susah payah dibendungnya tidak jatuh saat itu juga, tapi nihil. Buliran air bening yang sudah tertumpuk itu pun akhirnya terjatuh mengalir dari sudut matanya kepipinya.

“Walaupun dia tidak bisa berada di sini hari ini.” ucap Donghae kemudian setelah membuka matanya tanpa mengalihkan pandangan dari kursi kosong itu.

“Kuharap dia mendengar lagu ini. Di mana pun dia berada. Dan kuharap dia tahu bahwa selama aku masih bernapas, aku akan selalu mencintainya. Sepenuh hatiku. Selamanya.”

Beberapa detik kemudian, lagu yang selalu membuatnya teringat pada Im Yoona dan setengah jiwanya yang hilang pun mengalun lembut, mengisi seluruh sudut ruangan besar yang sunyi senyap itu dengan nada-nada indah yang pada akhirnya membuat para penonton mendesah dan memejamkan mata, membayangkan sinar matahari yang hangat, padang rumput yang hijau, dan langit biru tak berawan.

you’re the one of my life.

you’re the right my side.

you’re my only one.

you’re the one that i need.

No matter what happens to us in the future.

everyday, everytime, and everywhere.

Even though I know i can’t have you

But believe me, i still love you that’s all i can feel

i still miss you that’s all i can say

Sunshine become you.

~~ end.

when someone you love becomes a memory, the memory becomes a treasure
.

.

.

Sunshine Becomes You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang