Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bab 6 : lebih dingin dari es
"Jadi dia? Yang berhasil menarik perhatian nya?" Alexander bertanya dengan nada yang sedikit dingin.
"Benar, tuan," jawab orang di sebelahnya.
"Penampilan indahnya, memang dapat membuat siapapun jatuh cinta," Ucap Alexander dengan nada yang sedikit sinis.
"Tapi tidak dengan saya!" Lanjutnya dengan nada yang lebih keras.
Matanya yang tajam terus saja melirik ke arah Prince berada, yang kini sedang tertidur karena lelah akan hal gila yang terjadi padanya.
Alexander berjalan menghampiri Prince. Sekarang hanya ada dia dan Prince di dalam kamar tersebut.
"Cukup kau saja ya, bodoh," Alexander berucap begitu dingin.
"Karena keindahan hanya akan menjadi penghalang!" Lanjutnya dengan nada yang lebih keras dan dingin.
.
"Ayah," panggil Lona pada ayahnya, yang kini sedang fokus dengan tumpukan kertas di depannya.
"Hm," jawab Xanders dengan nada yang agak jauh.
"Hm ahm, ahm aja terus! Mending ayah jadi Nisa Sabyan!" Ucap Lona dengan kesal.
Xanders hanya menatap anaknya sesaat, setelahnya pandangannya kembali terfokuskan pada tumpukan kertas di depannya.
"Huhhh," Lona menghela dengan kasar. Ayahnya ini sungguh gila dalam bekerja. Sampai mikir nikah lagi juga enggak! Dia kan pengen punya mommy untuk teman-temannya yang lain.
.
"Ahhhh, Faas... terus tuan... ahhhh saya mau ke luar nghhhh ahhh."
"Tu...an nghhhh ahhhh."
Plak! Sebuah tamparan begitu keras terdengar. Wanita di bawahnya menggerang.
"Jalang," ucapnya dengan datar, wajahnya tak menampilkan rasa nikmat sedikitpun.
"Tuan, punya sayang enak kan?" Wanita itu mencoba untuk memujinya.
"Lebih lebar punya mu dari pada Goa di hutan!" Ucapan Pria tampan itu membuat wanita tersebut marah, namun dia tetap mencoba untuk tersenyum.
"Bawa dia!" Pria itu memerintahkan.
"TUAN!" Wanita itu berteriak dengan kencang, saat dirinya dibawa paksa oleh bawahan Pria tersebut.