2³. dunia 💙

337 31 8
                                    


Bab 3 :  misi tersembunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 3 :  misi tersembunyi.


Sore menjelang senja, cahaya matahari yang mulai redup menembus celah-celah dinding rumah bobrok itu. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya sesekali terdengar embusan napas gelisah dari keenam pria yang duduk di luar kamar, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Mereka mencoba berkali-kali membujuk Prince untuk keluar, namun sejauh ini, hanya keheningan yang mereka dapatkan.

Di balik pintu kayu usang itu, Prince duduk bersandar di ranjang sederhana dengan tatapan kosong. Bukan niatnya untuk mengabaikan mereka, tetapi pikirannya masih terhanyut dalam keterkejutan. Sebuah sistem misterius tiba-tiba muncul dalam kesadarannya, memberikan informasi tentang keberadaannya di dunia yang asing ini.

Sistem itu menjelaskan bahwa ia memiliki misi tersembunyi yang harus ia pecahkan sendiri. Tidak ada petunjuk jelas, tidak ada bantuan yang bisa ia andalkan. Semua harus ia lalui seorang diri. Keberadaan sistem yang muncul dan menghilang begitu saja membuatnya frustasi.

"Ke ibu-ibu, mekar lu Tem! Ilang-ilangan mulu!" gerutunya, frustrasi. Ia mengacak rambutnya sendiri, merasa pusing dengan situasi yang dihadapinya.

Tiba-tiba, perutnya berbunyi nyaring, mengingatkannya bahwa ia belum makan sejak pagi. Rasa lapar yang mulai menusuk membuatnya mengeluh.

Tok.

Tok.

Tok.

Suara ketukan di pintu memecah lamunannya.

"Istri, tolong buka pintunya. Ini sudah hampir malam, kamu harus makan." Suara Lim terdengar dari luar, sedikit meninggi karena kekhawatiran.

Prince melirik jendela, menyadari bahwa cahaya di kamar telah berkurang. Hari sudah beranjak gelap. Ia menarik sedikit penutup jerami, memastikan bahwa senja benar-benar telah berlalu.

"Seram juga, jirr..." gumamnya pelan. Merasa tidak nyaman berada sendirian di dalam kamar yang remang, akhirnya ia menghela napas panjang, lalu melangkah ke pintu dan membukanya.

Di hadapannya, keenam pria itu berdiri dengan wajah penuh kekhawatiran. Lim maju selangkah dan berkata dengan nada polos, "Istri, maafkan saudara keempat?"

"Ya, istri, biasanya Hu tidak seperti itu," timpal Lie dengan nada lembut, mencoba menenangkan suasana.

Prince belum sempat merespons ketika suara perutnya kembali bergemuruh. Keenam pria itu tidak tertawa ataupun mengejek, melainkan semakin menunjukkan kepedulian di wajah mereka.

Time Travel Prince : BL X SYSTEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang