1⁹. dunia❤️

1.3K 94 3
                                    

Bab 9 : Alexander

Kepalanya berdenyut hebat. Percakapan sengit antara dua pria dominan di depannya membuat kesabarannya habis. Dengan wajah tegang dan dada yang bergemuruh, Prince akhirnya memilih pergi, mengabaikan teriakan keras dari keduanya.

Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba. Suara asing menggema di telinganya, begitu lantang dan mendadak hingga membuat tubuhnya menegang.

Misi:

1. Buat Alex jatuh cinta.

2. Bantu keluarga Lemos bersatu kembali.

Hadiah: Nyawa: 5, Elemen Air, Katana Rose

Hukuman: Kehilangan sistem selamanya.

"Apa?! Lu gila, Tem?!" Prince terperanjat, matanya membelalak, napasnya memburu.

"Buat Alexander jatuh cinta? Maksudnya apa?! Dan apa hubungannya dengan keluarga Lemos?" Suaranya meninggi, penuh ketidakpercayaan. Dadanya bergemuruh, perasaan tertekan oleh sesuatu yang sama sekali tidak ia inginkan.

[Maaf, Tuan. Ini perintah dari atasan. Kita harus segera menyelesaikan misi dunia pertama.]

Prince menggeleng keras. "Nggak! Nggak! Gue nggak bisa secepat itu!" bentaknya. Amarah menggelegak dalam dirinya.

[Maaf, Tuan. Tapi ini perintah langsung dari atasan saya.]

Jari-jari Prince mengepal erat, rahangnya mengeras. "Siapa atasan lo si?!"

[Maaf, informasi ini bersifat rahasia. Saya akan dihukum jika membocorkannya.]

Prince mendecakkan lidah, frustrasi. Napasnya memburu, pikirannya berkecamuk. Ini bukan sekadar permainan. Taruhannya terlalu besar.

Sebuah dorongan mendesak dalam dadanya, kebingungan, dan ketidakberdayaan bercampur menjadi satu.

"Akhhhhh!" Teriakannya meledak, memenuhi ruangan.

Bram terlonjak. "Sayang, kamu kenapa?" tanyanya khawatir, mendekati Prince dengan hati-hati.

Alexander ikut melangkah maju, matanya penuh kecemasan. "Prince, ada apa?!"

Sementara itu, Xanders hanya diam, tatapannya tajam menembus sosok Prince, seolah mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Prince, yang masih tenggelam dalam amarahnya, tidak menyadari bahwa ketiganya tengah memperhatikannya dengan penuh kewaspadaan.

Seperti biasa, Xanders tetap tak bersuara. Namun, matanya tak lepas dari setiap gerakan mereka.

Prince menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Perlahan, ia melangkah mendekati mereka. Wajah yang tadi penuh amarah kini berubah. Senyum manis merekah di bibirnya—begitu halus, begitu berbeda dari sebelumnya.

Bram dan Alexander saling berpandangan, kebingungan melihat perubahan ekspresi Prince yang tiba-tiba.

"Silakan masuk," ucapnya lembut.

Bram dan Alexander tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan langkah cepat, mereka bergerak maju melewati gerbang yang terbuka otomatis. Xanders mengikuti di belakang mereka, tetap diam, tetap waspada.

Time Travel Prince : BL X SYSTEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang