『 Dan kau tahu? Bahkan namanya pun terdengar sangat keren! Aaahhh!!! 』
『 Ya ya ya, sungguh keren. Jadi, namanya siapa? Jangan membuatku penasaran! 』
『 Park Julian. Namanya Park Julian! Sudah macam nama aktor, bukan? Jangan-jangan memang iya! Uhh! 』Yoongi hampir menggigit pipi dalamnya sewaktu mengunyah. Kolom pesannya dengan Seokjin sejak dimulainya waktu istirahat makan siang tadi tak lain adalah membahas perihal tetangga Yoongi yang 'keren'.
『 Jadi dia benar manusia, ya? Bukan makhluk jadi-jadian? 』
『 Dia manusia! Bisa makan nasi! Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Hyung. Makanya, datanglah berkunjung. Dari sejak aku pindah kemari kau tak pernah menengokku. Gedungnya tidak seseram dugaanmu, kok. 』
『 Malas, ah. Nanti kalau sepulang dari sana ada yang mengikutiku, bagaimana? 』
『 Ck. Sudah umur segitu masih saja takut dengan hal semacam itu. Dasar penakut. 』
『 Heh, kurang ajar! 』Yoongi terkekeh. Ia meletakkan ponsel setelah mengirim satu pesan terakhir. Kembali pikirannya terisi oleh bayang wajah Julian sewaktu keduanya makan bersama.
Sejak awal bertemu Julian, Yoongi memang merasa ada sesuatu yang menarik dari sosoknya. Dan itu, semakin terbukti saat keduanya duduk dalam satu meja. Menyaksikan bagaimana rupa Julian dalam jarak begitu dekat waktu itu benar-benar membuat Yoongi beberapa kali berdecak kagum dalam hatinya.
Bagi Yoongi, hal yang menonjol dari Julian di samping wajah tampannya adalah, ia tampak begitu misterius. Mungkin itu disebabkan oleh minimnya ekspresi yang ia tampilkan. Namun, hal tersebut justru semakin membuat Yoongi ingin mencari tahu lebih dalam. Ia ingin mengenalnya lebih jauh. Oleh karena itu, Yoongi akan memanfaatkan segala keadaan agar dapat semakin dekat dengan Julian.
Katakanlah Yoongi tertarik pada Julian. Ya, memang benar. Yoongi takkan mengelak untuk mengakuinya.
×××
"Kenapa sekarang kau lebih sering pulang ke apartemenmu? Sedang bosan denganku, huh?"
Jimin berjongkok, memakaikan sepatu pada masing-masing kakinya. Sewaktu kembali berdiri, sepasang lengan kokoh melingkari pinggangnya, diikuti topangan dagu pada bahunya.
"Menginap saja. Pulang ke sini setelah pekerjaanmu selesai. Aku masih menginginkanmu lebih lama."
Sebuah kecupan mendarat di belakang kepala Jimin. Pria yang tengah memeluknya itu kini meniup rambut legamnya main-main.
"Aku tidak janji." Jimin berkata. Melonggarkan kaitan kedua lengan yang tengah mengungkungnya dan berbalik menghadap sang lawan bicara.
"Jadi benar, ya? Kau sudah menemukan mainan baru?"
Terdiam. Jimin menatap bagaimana wajah rupawan di hadapannya telah menyunggingkan senyum miring. "Siapa orangnya? Katakan padaku," lanjut pria itu.
Jimin tak mau menjawab. Ia melangkah pergi sembari memakai topi hitamnya setelah pria itu melapisi bungkamnya dengan bibir tipisnya—sudah kepalang hafal bagaimana perangai Jimin. Barulah setelah sosok yang lebih kecil itu menghilang dari pandang, senyum asimetris kembali ia ulas. Dalam kepalanya muncul sebuah pemikiran menarik.
×××
Hari demi hari terlewati begitu saja tanpa terasa semenjak Yoongi mengukuhkan niatnya untuk mendekati Julian. Dan usahanya tersebut, bisa dibilang cukup memuaskan.
Ya, Yoongi berani menyimpulkan demikian sebab Julian hampir tak pernah menolak tawarannya untuk makan malam bersama.
Memasak adalah salah satu hobi Yoongi. Oleh sebab itu, ketika seseorang yang ia sukai turut menikmati hasil masakannya—terlebih, selalu dengan semeja berdua—tentunya membuat hati Yoongi layaknya kebun bunga yang tengah bermekaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLET IN YOUR HEAD [M] • YOONMIN ONESHOOT
Fanfiction[M] mature contents 🔞 kumpulan oneshoot yang isinya gelap dan suram dengan yoongi dan jimin sebagai tokoh utamanya. berisi adegan dewasa yang tidak layak dibaca oleh anak di bawah umur. yang minor pergi jauh-jauh ya 🫵 dan yang ga nyaman baca book...