7.

5 1 0
                                    

Tidak terasa sudah 6 bulan lamanya Zaniya tidak terikat oleh perusahaan Ashraf, ia mencoba menjajal pekerjaan yang sejalur dengan pekerjaan lamanya, tentu masih dengan hal yang sama, tidak membutuhkan kinerja nya untuk 'pergi' bekerja, walaupun gaji yang ia butuhkan tidak sebanyak dengan yang diberikan Ashraf namun setidaknya ia bisa berjaga-jaga dikala ada keperluan mendadak.

Yap seperti sekarang, layar ponsel nya menyala dan memunculkan nama "Bunda" disana, dengan sedikit malas ia mengangkat telfon itu.

"Nak kabar kamu gimana ?" Tanya Bunda diseberang sana.

"Baik Bun, langsung ke intinya aja" Zaniya yang sudah tau maksud dari panggilan Bunda nya ini karena pasti ada suatu hal maka ia langsung menembak begitu saja karna malas berlama-lama dalam komunikasi yang memuakkan ini.

"Hehe kamu sudah tau ya, ibu mau minta uang nak buat Ade kamu, Minggu depan dia lahiran, ternyata harus caesar , ibu mau bantu sedikit"
Sang bunda mengutarakan maksud nya pada Zaniya.

"Loh suami nya kemana ? Waktu itu katanya manager di perusahaan besar ngakunya" Zaniya tidak tau kemana gaji suami adik nya itu, yang ia tau Bunda nya pernah berkata bahwa menantu nya itu orang berada, lantas untuk apa Bunda nya meminta uang padanya.

"Anu nak kemarin itu mereka bilang lagi habis-habisan karena renov kamar calon anak mereka, ditambah dapur belakang rumah juga kena pohon tumbang kemarin, jadi ibu mau minta uang sama kamu"

"Apapun itu aku minta tolong jangan dipake untuk hal yang gak penting ya Bun, uang ku juga menipis, butuh berapa Bun ?" Zaniya mencoba menyadarkan Bunda nya kala selalu merasa iba dengan adik nya, namun padanya entah kapan terakhir kali ia mendapatkan khawatir dari Bunda nya.

"Kalo bisa 10 juta nak" ucap sang bunda dengan nada pelan bahkan nyaris tak terdengar, namun nominal sebesar itu tentu membuat telinga Zaniya terbuka lebar.

"Apa Bun 10 juta! Zaniya gak salah denger ?" Sontak Zaniya kaget bukan main mendengar nominal yang diminta Bunda nya.

"Iya nak, Bunda tunggu sampai nanti malam ya, makasih banyak sebelumnya nya, jaga kesehatan, bunda tutup ya adik kamu manggil" dengan nyata sambungan telfon itu terputus sepihak.

Zaniya yang bahkan belum menurunkan ponsel nya dari telinga nya mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini nyata adanya, mata nya masih menatap satu titik tanpa berkedip.

Bunda nya tanpa pikir panjang memberikan nominal, bahkan tidak bertanya terlebih dahulu bahwa uang itu ada atau tidak, yang jelas itu bukan sebuah pertanyaan namun permintaan yang harus terpenuhi.

Pikiran Zaniya melayang entah kemana, Bunda nya mana tau kalau ia sudah tidak bekerja, ia mana tau anaknya ini sendiri, ia mana tau bagaimana Zaniya berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia selalu sanggup untuk melewati hari-hari nya.

Keluarga namun tak bertanya, tak peduli, tak berkompromi, melewatkan banyak moment bersama.

Zaniya meijit pelipisnya yang mulai berdenyut, seperti nya ia harus benar-benar bekerja agar bisa mendapatkan gaji yang lebih baik, ia tidak bisa hanya mengandalkan uang tabungannya saja, hal seperti ini kerap kali datang tanpa permisi.

Zaniya menyambar tas nya, mengikat rambut nya asal, anak rambut yang menjuntai ia biarkan diterpa angin, ia butuh polusi jalanan, Yap sudah tidak mungkin ada udara segar di jam segini yang menunjukkan pukul 4 sore.

Ia butuh pelampiasan, jika orang lain akan duduk manis menyesap kopi diatas rooftop cafe berbeda dengan Zaniya, ia harus mengeluarkan dengan aktivitas yang menurut nya dapat menyalurkan emosi nya, ia turun dari taxi online nya, dan memasuki sebuah tempat golf.

Satu pukulan hanya mendapat beberapa meter saja, Zaniya semakin memanas tak kala mengingat yang 10 juta nya raib begitu saja, ia mengayun stick golf nya, mencoba menyalurkan amarah nya yang bertumpu pada ujung stick, rasa haus nya tiba-tiba menjalar, ia lupa untuk memesan minuman, Zaniya keluar dari room dan bertabrakan dengan seseorang.

Saat mata mereka bertemu, sontak keduanya membelalakkan mata, Faiz tepat di depan tubuh Zaniya.

"Loe, hah gila-gila, kemana aja lu, hilang gitu aja!" Faiz mulai mengeluarkan kebawelannya lantaran berbulan-bulan lost contect dari Zaniya.

"Apanya yang gila" suara Ashraf sontak membuat kedua nya mematung, Zaniya segera memutar tubuh Faiz agar ia bisa bersembunyi dari Ashraf di belakang badan Faiz.

"Please dia jangan sampe tau Iz" ucap Zaniya dibelakang sana dengan suara berbisik.

"Ekhm engga pak, tadi saya ngomong sendiri, bapak mau lanjut atau pulang kah ?" Faiz mencoba mengalihkan Ashraf dengan pertanyaan.

"Selesai, saya ingin pulang"

"Pulang lah juga, saya akan menyetir sendiri"

Baru saja Faiz ingin bertanya apakah Ashraf ingin di antar atau ingin pergi ke suatu tempat yang lain, namun jawaban Ashraf membuat Faiz bernafas lega.

Ashraf berjalan hendak melewati Faiz lantaran pintu keluar ada di belakang Faiz, dan saat bersamaan Faiz pun memutar tubuhnya mengikuti arah jalan Ashraf dan tidak luput Zaniya yang masih memegangi baju Faiz dari arah belakang mengikuti badan Faiz yang memutar.

Deg

Langkah Ashraf terhenti, Faiz panik bukan main.

"Parfum ini! Mirip sekali dengan--" ucapan Ashraf menggantung saat indra pernafasan nya mencium aroma parfum Zaniya yang ia kenali,sama sepertu wangi yang tertinggal pada saat ia berada di hotel tempo lalu.

Nafas Faiz memburu kala mata mereka bertemu di sepersekian detik, namun Ashraf mengakhiri dengan cepat lalu lambat Laun hilang dari pandangan Faiz.

"Fiuhh hampir aja" Faiz mengelus dada nya yang berdebar lantaran takut ketahuan menyembunyikan Zaniya di belakang badannya.

Lalu ia membalikkan badannya, bertolak pinggang dan menatap Zaniya dengan intens.

Zaniya pun yang sadar hanya ber sorak ria dalam hati karena mendapat bantuan dari Faiz kali ini.

*-*

Ashraf berjalan kearah mobil, mengendarainya dengan kecepatan sedang, pikiran nya melayang kala mengingat kejadian tadi.

Wangi yang ia rindu entah kenapa, padahal ia tidak tau milik siapa, ia penasaran dengan pemilik nya

*-*

Disinilah mereka, Zaniya yang sudah kepalang ketahuan oleh Faiz mau tidak mau harus mengikuti permintaan Pria itu, saat ini sekarang mereka berada di cafe dekat tempat golf itu.

Zaniya masih mencoba menetralisir dirinya, takut akan pertanyaan yang dilontarkan Faiz menuntut diri nya agar menjelaskan semuanya, jujur saya ia sudah sangat malas membahas hal itu.

"Gue tau bukan lu orang nya Za, cuma sampe sekarang gue masih belum bisa nemu bukti nya"

"Iya gapapa, gua juga gak bisa berbuat apa-apa tapi ngeliat penampilan lu yang begini menandakan bahwa Pak Ashraf melimpahkan semua nya ke lu" ucap Zaniya sedikit tertawa karena ia tau bahwa Faiz pasti sangat tertekan dengan Ashraf.

Sontak Faiz segara membuka ponsel dan memencet gambar kamera di ponsel nya.

"Gua butuh kerjaan Iz, can you help me ?"

"Hem... Gua ada ide cemerlang nih"

*-*

















Hola hola i'm back
Hayuk follow, coment and like biar aku makin semangat update nya ya.


See You.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret'arysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang