5

220 41 2
                                    

Lingling menahan napas, memastikan langkahnya tidak terdengar saat dia bergerak dibalik tumpukan kayu. Orm tetap berjongkok di tempat persembunyiannya, menggenggam pistol kecil dengan tangan gemetar. Lingling menoleh padanya sejenak, memberikan isyarat agar tetap diam.

"Ayo keluar, Lingling!" suara pria itu kembali bergema, diikuti tawa kecil yang sinis. "Kami hanya ingin bicara. dan... mungkin sedikit bermain."

Pria itu tidak menyadari Lingling sudah bergerak mendekat dari sisi lain gudang. Saat salah satu rekannya melangkah mendekat ke arah persembunyian Orm, Lingling langsung menyerang. Pisau di tangannya meluncur cepat, menghantam leher pria itu sebelum dia sempat bersuara.

Dua pria lainnya segera bereaksi, mengangkat senjata mereka.
"Lingling! kau benar-benar ingin membuat semuanya sulit, ya?"

Lingling tidak menjawab. Dia meraih pistol dari pria yang baru saja dia lumpuhkan dan segera berlindung di balik tumpukan kayu lainnya. Peluru mulai berterbangan, menghantam kayu tua yang rapuh di sekitar mereka.

Di sudut gudang, Orm menahan teriakannya. Dia menatap Lingling yang bergerak dengan ketangkasan luar biasa, tapi ketakutannya tidak bisa disembunyikan. Ketika salah satu pria mendekatinya, Orm panik dan tanpa sadar menarik pelatuk pistol di tangannya.

Suara tembakan menggema. Peluru itu meleset, tetapi cukup untuk menarik perhatian pria itu. Dia berbalik ke arah Orm dengan senjata terangkat. Namun sebelum pria itu sempat menembak, Lingling muncul dari belakang dan melumpuhkannya dengan pukulan telak.

Kini tinggal satu lawan tersisa, pria itu tampak seperti pemimpin kelompok itu. Dia berdiri di tengah ruangan, menatap Lingling dengan senyum miring.

"Kamu sudah berubah," katanya. "Dulu kamu tidak akan pernah repot melindungi orang lain."

Lingling melangkah maju, senjatanya terangkat. "Kamu benar. Tapi kali ini, aku punya alasan."

Pria itu hanya tersenyum kecil. Pertarungan terakhir itu berlangsung singkat tetapi brutal. Lingling dengan naluri bertahan hidup yang terasah, berhasil mengalahkan pria itu. Lingling tidak membunuhnya, tetapi memastikan pria itu tidak akan bangkit lagi dalam waktu dekat.

Sehabis perkelahian itu selesai, Lingling langsung mendekati Orm yang masih gemetar di sudut ruangan. Dia mengambil pistol dari tangan Orm dan memeluknya erat.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Ling dengan lembut.

Orm mengangguk, meskipun air mata mengalir di wajahnya.
"Aku tidak tau... aku bisa melakukan itu."

"Kamu melakukannya karena kamu kuat," kata Lingling, sambil mengelus lembut punggung Orm. "Dan karena kamu percaya padaku."





















Setelah membersihkan jejak di gudang, Lingling dan Orm meninggalkan tempat itu, menuju tempat lain yang lebih aman. Lingling tau ini belum berakhir–orang-orang dari masa lalunya mungkin akan terus mengejar mereka.

Mereka menyewa sebuah kabin kecil di daerah pegunungan, jauh dari keramaian. Lingling mulai mengajari Orm cara bertahan hidup, bagaimana melindungi diri, dan bagaimana menghadapi situasi berbahaya.

Namun, tidak semua waktu mereka dihabiskan dengan ketegangan. Di antara latihan dan perencanaan, mereka menemukan momen-momen indah. Lingling belajar tertawa lagi, sesuatu yang sudah lama tidak dia lakukan. Sementara itu, Orm mulai melihat Lingling bukan hanya sebagai seseorang yang bermasalah, tetapi sebagai seseorang yang layak dicintai, meskipun dengan segala bayangannya.

Suatu malam, mereka sedang duduk di depan perapian.
"Kamu tau, aku tidak pernah terbayangkan hidupku akan seperti ini," kata Orm memecah keheningan.

Lingling tersenyum kecil.
"Kamu menyesal?"

Orm menggeleng.
"Tidak. Aku merasa... hidup untuk pertama kalinya."

Lingling menatap ke arah Orm, ia menggenggam dan mengelus lembut tangan Orm, merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Mereka tau ancaman masih ada. Masa lalu Lingling mungkin tidak akan pernah benar-benar hilang. Tapi mereka juga tau, selama mereka bersama, mereka bisa menghadapi apapun.

Bersambung...

Bayang-Bayang Dibalik CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang