Air mata Crystal sudah turun membasahi pipinya. Sudah cukup lama dia menangis, tapi air matanya tidak ada hentinya mengalir, justru semakin deras.
Crystal berjalan menyusuri setapak jalanan yang terlihat sepi sambil membawa sebuah buket bunga. Ini memang hal rutin yang selalu ia lakukan, tak pernah terlewat. Tepat di tanggal 7 ia selalu membawa sebuket bunga untuk diletakkan di tempat yang sangat bersejarah baginya.
Hal itu dilakukan untuk mengenang Deon, orang yang telah menyelamatkan nyawanya dan membuatnya tetap hidup hingga saat ini. Crystal berhenti sejenak menatap langit senja dengan pandangannya yang nanar.
'Apa yang harus kulakukan sekarang? Mengapa setiap hari aku selalu menangis untuknya? Mengapa air mataku ini tidak pernah habis? Mengapa sampai saat ini aku belum bisa melupakannya?'
Pikirannya berkecamuk, yang ada hanyalah kejadian tragis itu, 3 tahun lalu. Hal yang paling menyakitkan yang pernah dialaminya.
-Flashback on-
Saat itu adalah hari pertunangannya. Harusnya itu adalah hari yang sangat bahagia untuknya, bukannya hari yang sangat menyakitkan.
Saat itu Crystal tersenyum cerah melihat Deon yang sudah rapi menggunakan tuxedo sambil membawa sebuah buket bunga yang besar di tangannya. Crystal melambaikan tangan ke arahnya, dan dia pun membalas senyumannya sembari menyeberang jalan. Pandangan Crystal teralihkan menuju sebuah motor ninja berwarna hitam kebiruan yang sedang melaju kencang ke arah Deon.
Dengan refleks Crystal berlari dan berteriak, bermaksud agar Deon menghindar. Tetapi dia terlambat, kejadian itu sangat cepat. Sekejap kemudian Deon sudah tersungkur di aspal.
"Deonnn ... !!!" Crystal berlari sekuat tenaga menghampiri Deon yang tengah terkapar. Rasa panik melandanya, ia terus mengguncang-guncangkan tubuh Deon. Pandangannya seketika memburam karena pelupuk matanya mulai mengeluarkan air mata setetes demi setetes hingga membasahi wajahnya.
Crystal tertegun saat merasakan tangan Deon mengusap air matanya. Wajahnya benar-benar tenang, membuat Crystal merasakan sedikit lega. "Crys, jangan nangis. Aku ga pa-pa kok. Paling cuma lecet sedikit," rintihnya.
Perlahan, Crystal membantunya untuk berdiri, tetapi tanpa disadari di belakangnya sudah ada mobil sedan yang melaju sangat kencang. Sontak ia langsung berdiri untuk melindungi Deon yang masih belum bangkit.
"Arghhh ..."
Crystal merasakan sesuatu yang benar-benar perih melanda tubuhnya. Pandangannya memburam, kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya.
Brugh, badannya pun terjatuh di aspal.
"Crystalllll ..." sayup-sayup ia mendengar suara teriakan, tapi ia tidak bisa melihat sekitarnya. Pandangannya berubah menjadi gelap.
***
Crystal mengerjapkan matanya berkali-kali sambil menatap langit-langit dinding. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh, ia tidak tahu itu apa tapi rasanya sangat perih.
Perlahan, ia menoleh mendapati ibunya yang sedang duduk di sebelah ranjangnya. Crystal mengernyit, kedua mata ibunya sembab seperti habis menangis. Crystal meraih tangan ibunya membuatnya terperanjat terkejut. "Crys, kamu sudah sadar nak?" Ibu Priska mengusap jejak air mata di wajahnya sambil membantu Crystal membenarkan posisinya menjadi setengah duduk.
"Hm ..."
Ibu Priska mengambil segelas air putih di atas meja lalu memberikannya pada Crystal. "Ini minum dulu."
Crystal meraih gelas itu, dan langsung meneguknya hingga tersisa setengah, sepertinya ia begitu haus.
"Syukurlah kamu sudah bangun, sudah dua hari kamu tidak sadar nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [On Hold]
RomanceKenapa? Kenapa ini semua harus terjadi? Kenapa di detik-detik pertunanganku Deon malah pergi? Dan kenapa juga kejadian itu harus di depan mataku? Kenapa Tuhan? Ini tidak adil. 3 tahun aku hidup seperti ini. Mengurung diri, jarang berbaur dengan siap...