Vote & Comment★
Mata Crystal mengerjap berkali-kali. Tidak percaya apa yang telah dilihatnya. Seorang lelaki yang baru saja melewatinya sukses membuat gadis itu terpana.
"Whoaaa ... Dion, kau habis kecelakaan? Kepalamu terbentur? Apa ada yang salah dengan sarafmu? Apa ada yang sakit? Mengapa pakaianmu hmm ... rapi sekali, tidak seperti biasanya?" pertanyaan bertubi-tubi Crystal membuat lelaki yang kini berhenti tepat di hadapannya itu kebingungan.
Crystal masih terpesona melihat pakaian rapi yang dikenakan Dion. Ini tidak seperti biasanya. Biasanya lelaki itu berpakaian urakan, benar-benar seperti anak berandalan. Ya walaupun pintar. Dan kali ini, tidak ada noda sedikitpun tercecar di pakaian itu. Potongan rambutnya rapi, dari ujung kepala sampai ujung sepatunya bersih mengkilat.
Apakah hari ini akan ada razia? pikirnya dalam hati.
"Sedang apa kau di sini?!" Seseorang lelaki yang telah berdiri cukup lama jauh di belakang Crystal menghampiri mereka. Crystal menganga lebar, lalu memukul keningnya. "BAGAIMANA BISA? KENAPA DION ADA DUA?!" teriaknya heboh yang dibalas dengusan oleh Dion.
"Yang mana Dion yang asli? Oh astaga, apa mataku yang salah lihat?!" Crystal menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sepertinya pulang sekolah nanti aku harus periksa ke dokter. Atau mungkin, psikiater ..."
Crystal sibuk dalam pemikiran polosnya itu. Sementara dua lelaki yang kini berhadapan itu saling bertukar pandang. Yang satu menatap tajam, dan yang satunya lagi mengerutkan dahinya kebingungan.
"Tentu saja aku Dion yang asli," kata Dion dingin. Crystal memperhatikan lelaki yang baru saja membuka mulutnya. Memperhatikan seluruh tubuhnya, dan ... Bravo! Kalau ini sih tidak salah. Penampilannya yang berantakan asli 100% Dion. Tapi, siapakah lelaki di sebelahnya? Mengapa wajah mereka sama?
"Sedang apa kau kemari?" Dion mengulang pertanyaannya, tepatnya diajukan untuk Deon--saudara kembarnya yang baru saja pulang ke Indonesia setelah melakukan pengobatan intensif di Singapura. Deon memang sering terserang penyakit, dan penyakit itu lumayan berbahaya. Maka dari itu ia harus menjalankan pemulihan intensifnya di sana sampai benar-benar pulih. Dan membuatnya terpaksa tinggal di Singapura.
Dan sepertinya jika dilihat dari kondisinya sekarang, Deon memang sudah sehat. Tidak nampak sedikitpun wajah pucatnya yang sering terpampang dulu.
Deon menghela napas berat. Walaupun jarak kelahiran di antara mereka hanya berselisih 5 menit, tetap saja Dion tidak pernah menghargai Deon sebagai kakaknya. Setiap berbicara, selalu saja Dion menaikkan nada suaranya, atau mengubah ekspresinya menjadi dingin. Sangat dingin. Mungkin karena mereka berdua tidak pernah akur.
"Aku akan bersekolah di sini. Dan kebetulan, aku mendapatkan kelas yang sama denganmu," jawabnya datar lalu melengos pergi tanpa menghiraukan tuturan sebal adiknya. Ia sudah tahu apa yang akan Dion katakan padanya.
Dion mengepalkan tangannya saat melihat punggung Deon yang semakin menjauh. Saudara kembarnya, mengapa harus bersekolah di sini juga? Apa dia belum puas merebut semua yang ia miliki? Kasih sayang keluarganya, dan terlebih lagi, di sini 'kan ada ...
"Dion, Tell me! Who is he? Your twin, huh?" tanya Crystal bingung ketika melihat pandangan yang dilontarkan oleh Dion kepada Deon.
"Hm."
"Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau mempunyai saudara kembar yang tampan?" Crystal tersenyum, menerawang wajah lelaki yang sekarang diketahuinya sebagai saudara kembar sahabatnya itu.
JEDAR!
Ini yang ia takutkan. Rasanya seperti di tembak oleh meriam sebagai sasaran utama. Tepat mengarah ke jantungnya. Tolong malaikat maut, atau siapapun ... cabutlah nyawanya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [On Hold]
RomanceKenapa? Kenapa ini semua harus terjadi? Kenapa di detik-detik pertunanganku Deon malah pergi? Dan kenapa juga kejadian itu harus di depan mataku? Kenapa Tuhan? Ini tidak adil. 3 tahun aku hidup seperti ini. Mengurung diri, jarang berbaur dengan siap...