بِسْمِ اللهِ الرِّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
[ ٢ ]
Aku terlampau jauh dari kata sempurna, aku hanyalah manusia biasa yang kata orang tidak luput dari kesalahan. Tuhan pun sepertinya enggan berbaik hati kepadaku perihal mimpi. Itu yang pernah aku pikirkan dahulu. Namun setelah aku membaca salah satu hadist qudsi yang mengatakan, "Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku." sampai sekarang, hadist penenang itu masih aku jadikan pedoman hidupku.
Aku akan selalu berprasangka baik, meskipun itu menyakiti diriku, menyakiti hatiku. Aku akan selalu berprasangka baik dan melihat hal hal indah apa saja yang sedang menungguku di ujung jalan sana. semoga hal itu berlaku padaku, padamu, dan pada kita. Semoga. Selalu.
♡♡♡♡
Almahira sedang merutuki diri sendiri. Ruangan konsentrasi membuat gadis anggun itu memijit pelipisnya merasa pening. Sudah berbagai alasan ia keluarkan, ustadzah Asya bahkan sudah tau kelakuan dan perangai Almahira.
padahal alasan sakit perut sudah sering ia ucapkan, atau sakit kepala yang beribu kali ia katakan, atau alasan yang sama selama 2 tahun belakangan ini, dan terkadang membuat ustadzah Asya ingin menendang jauh jauh Almahira dari hadapannya. Alasan ia sedang berduka karena hari ke ratusan neneknya meninggal. Atau bahkan ia berani sekali mengatakan bahwa ia sedang berduka karena neneknya baru saja meninggal.
Sepertinya Almahira menaruh dendam kepada neneknya, atas amanah yang di berikan neneknya kepadanya 2 tahun lalu. Sungguh Almahira memiliki bakat membuat semua ustadzahnya sakit kepala memikirkan kelakuan dan segala macam tingkah lakunya.
"Sudah di hafalkan Almahira?"
"Afwan ustadzah, belum. Hehehe."
Ustadzah Asya lagi lagi menghela napas panjang dan mengatakan, "Kali ini ustadzah beri waktu 5 menit untuk menghafalkan 2 hadist arbain an-nawawi kemudian setorkan kepada ustadzah Annisa. Dan 30 menit lagi ustadzah berikan untuk muroja'ah kembali hafalan juz 29 nya, tidak ada alasan."
"Baik ustadzah."
Ustadzah Asya keluar dari ruangan, sedangkan didalam ruangan konsentrasi ini, Almahira sakit kepala melihat berbagai macam buku buku yang tidak ia kenal. Semuanya berjejer rapi pada rak buku layaknya perpustakaan kecil yang pernah ia lihat di dalam kamar milik neneknya di rumah. Dan yang membuat kepalanya sakit kembali ketika melihat kitab Hadist dan Al-qur'an yang ada di hadapannya.
"Untung gue udah muroja'ah hafalan gue tadi sore, dan tadi sempat hafal hadist pertama, sekarang tinggal hadist kedua aja yang belum." Ketika Almahira membuka lembaran kitabnya, kemudian melihat lembaran kedua, ia menggigit bibir bawahnya dan mengernyitkan dahi kesal. "Panjang amat, ini mah 5 menit kurang!!"
5 menit berlalu, akhirnya ia bisa menghafalkan beserta dengan terjemahannya. Kini Almahira siap di uji oleh ustadzah Asya dan ustadzah Annisa. ketika ia ingin keluar ruangan, Langkahnya sengaja ia hentikan saat mendengar keributan di luar.
"Tidak bisa ustadzah, itu menyalahi aturan pondok ini!"
"Kita menggunakan dan mewajibkan memakai satir, ustadzah Zira. Jadi ketakutan kita tidak akan terjadi."
"Dalam kepentingan apa mereka ingin mengumpulkan santri ikhwan dan santri akhwat menjadi satu?"
Almahira mengernyitkan dahinya lantaran kemarahan ustadzah Zira dapat ia dengar. Dengan hati-hati Almahira melangkah mendekati pintu ruangan, gadis itu menempelkan telinganya di balik pintu, kemudian kembali menyimak dan mendengarkan percakapan mereka.
"Mudir hari ini mendatangkan 3 mahasiswa timur tengah untuk bersosialisasi di pondok ini. Di karenakan waktu mahasiswa timur tengah hanya memiliki waktu 4 jam di Indonesia, maka dengan berat hati mudir ingin santri dan santriwati akan mendengarkan sosialisasi ini dalam satu ruangan besok hari, ruangan yang di pakai adalah ruangan Aisyah binti Abu bakar. Tenang saja ustadzah. Santri yang akan kita hadirkan hanya santri dari kelas Fatimah binti muhammad. Dengan tanda kutip, hanya 10 santri akhwat, sedangkan santri ikhwan, hanya beranggotakan 8 orang. Jadi tidak semuanya yang akan kami hadirkan. Dan ruangan Aisyah Binti Abu bakar memiliki fasilitas lengkap, plus satir yang digunakan untuk melakukan sosialisasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jeddah Memeluk Senja
SpiritualAku Almahira, Almahira Hana Muhadzabah. Makhluk bumi yang menyukai segala bentuk ketenangan. Kata orang aku manusia yang tidak bisa mengekspresikan segala bentuk kesenangan. Kata orang aku gadis keras kepala yang terkadang membuat orang lain tidak i...