Bab 3. Jejak Pegunungan Rantek

2 2 0
                                    

Cahaya bulan menerangi puncak Pegunungan Rantek yang menjulang di kejauhan, pemandangan yang kontras dengan kegelapan malam yang menyelimuti kaki bukit. Raka dan Maya berdiri di depan mulut terowongan yang terbuka, napas mereka memburu setelah perjalanan panjang dari Kota Bawah. Suara helikopter yang samar semakin mendekat, menggema di antara lembah.

“Kita harus bergerak. Helikopter itu pasti mencari kita,” ujar Maya, sambil memeriksa pistol kecil di pinggangnya.

“Kau yakin Amira ada di sini?”tanya Raka. Pandangannya mengarah ke medan berbatu di depan mereka, terlihat tidak bersahabat dan menantang.

“Kau harus belajar percaya,” jawab Maya dingin. Ia menyalakan senter kecil yang dipasangnya di jaket, memimpin langkah. “Menurut sumberku, dia bersembunyi di tempat yang disebut 'Laboratorium Kupu-Kupu.' Itu fasilitas penelitian tua yang ditinggalkan di puncak tertinggi Rantek.”

“Laboratorium Kupu-Kupu?” Raka menaikkan alisnya. “Nama yang aneh untuk tempat seperti itu.”

Maya menoleh, menatapnya tajam. “Nama itu berasal dari proyek terakhir yang dikerjakan di sana. Katanya, mereka menciptakan teknologi yang bisa mengubah arah perang. Amira adalah kepala penelitiannya sebelum dia menghilang.”

Raka mengangguk perlahan, meski pikirannya dipenuhi keraguan. Ia merasa seperti melangkah lebih jauh ke dalam lubang hitam yang tidak bisa ia pahami.

---

Perjalanan mereka dimulai melalui jalan setapak sempit di pinggir jurang. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan liar. Pegunungan Rantek terkenal dengan medannya yang berbahaya, penuh celah tersembunyi dan batu-batu licin.

Di tengah perjalanan, Maya tiba-tiba berhenti. Ia berlutut, memeriksa jejak di tanah.

“Apa itu?” tanya Raka, mendekat dengan hati-hati.

“Jejak sepatu,” jawab Maya. “Seseorang telah melewati sini belum lama ini. Mungkin Amira… atau mereka.”

Raka menelan ludah. “Mereka siapa?”

“Agen Nethrone,” jawab Maya singkat, bangkit berdiri. “Mereka tidak akan membiarkan kita menemukannya lebih dulu.”

Mereka melanjutkan perjalanan dengan lebih waspada. Maya terus memimpin, matanya waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan. Sementara itu, Raka merasa semakin kecil di tengah situasi yang berkembang pesat ini. Ia hanyalah seorang hacker yang terbiasa dengan layar komputer, bukan seseorang yang terlatih untuk menghadapi ancaman fisik.

---

Setelah beberapa jam berjalan, mereka menemukan sebuah gubuk kayu kecil di tengah hutan. Gubuk itu tampak tua, dengan dinding yang sebagian roboh dan jendela yang hilang kacanya. Namun, ada sesuatu yang aneh—sebuah antena kecil dipasang di atapnya, terlihat baru dibandingkan sisa bangunan.

“Ini tempat tinggal sementara,” kata Maya, sambil mendekati gubuk tersebut. “Mungkin Amira tinggal di sini sebelum naik ke laboratorium.”

Mereka masuk dengan hati-hati. Di dalam, hanya ada meja kayu tua dan beberapa lembar kain yang digantung sebagai tirai. Di sudut, sebuah perangkat elektronik kecil terlihat menyala, memancarkan cahaya hijau redup.

“Apa itu?”tanya Raka, mendekati perangkat tersebut.

“Pemancar frekuensi,” jawab Maya, matanya memicing. “Dia mencoba menghubungi seseorang.”

Shadow of NethroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang